Erupsi Gunung Merapi Berpotensi Meluas, Ini Penjelasan Petugas
Merdeka.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan keberadaan dua kubah lava aktif berpotensi membuat erupsi semakin meluas di Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan potensi bahaya erupsi tidak hanya di arah tenggara saja melainkan juga ke arah barat daya.
"Kalau di arah tenggara itu ada Kali Gendol. Sedangkan, arah barat daya ada banyak kali mulai dari ada Kali Krasak, Kali Boyong, dan Kali Kuning," kata Agus saat dihubungi melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat (24/3).
-
Apa yang terjadi di Gunung Merapi? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Apa yang terjadi di puncak Merapi? Puncak Gunung Merapi dipenuhi batu-batu berapi yang suhunya diperkirakan mencapai 1.000 derajat. Jam masih menunjukkan pukul 05.30 pagi saat pemilik kanal YouTube KBS Vlog menerbangkan drone dari Pos Pengamatan Gunung Api Babadan menuju puncak Gunung Merapi pada 27 Februari 2024 lalu.
-
Bagaimana memprediksi erupsi gunung berapi? Cara lain untuk melihat kapan gunung berapi akan erupsi adalah dengan mengukur gas yang keluar. Ketika magma bergerak ke permukaan, gas keluar dengan cepat dan mendahului magma. Gas ini bisa diukur dari angkasa atau dari daratan.
-
Kenapa erupsi Merapi dianggap sebagai amarah? Namun, penjaga Jamurdipa, yang merupakan kakak-beradik pembuat keris, belum selesai dengan pekerjaan mereka dan meminta waktu tambahan. Dewa menolak permintaan ini, yang membuat penjaga tersebut marah dan mengancam akan menciptakan bencana abadi di Merapi, termasuk magma yang terus memanas hingga hari ini.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
Gunung Merapi kini memiliki dua kubah lava aktif dalam satu periode erupsi yang menjadi fenomena pertama kali dalam sejarah.
Kubah lava itu adalah kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah. Pasca kemunculan pada Januari 2021, kedua kubah lava tersebut saat ini masih terus tumbuh.
Berdasarkan pemantauan visual dan termal pada 18 Maret 2023, kubah lava barat daya masih terlihat aktif yang ditunjukkan oleh suhu tinggi mencapai 230 derajat Celcius.
Bagian selatan kubah arah Kali Boyong juga tampak masih aktif.
Suhu kubah lava tengah kawah tidak jauh berbeda dengan bebatuan sekitarnya, namun ada titik panas di tepi timur kubah dengan suhu mencapai 114 derajat Celcius.
"Dengan adanya kubah lava yang di barat daya, maka daerah yang berpotensi terdampak erupsi ini jadi ke barat daya juga," ujar Agus.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa keberadaan dua kubah lava itu belum bisa dipastikan apakah meningkat intensitas erupsi atau tidak karena sesuai karakter dari Gunung Merapi.
Apabila gunung api itu sudah mengeluarkan erupsi yang bersifat efusif, maka aktivitas vulkaniknya terhitung sering dengan periode empat tahunan.
Kondisi itu lebih dikontrol dari keberadaan sistem vulkanik yang ada di dalam Gunung Merapi tersebut.
"Jadi dari sananya memang Gunung Merapi kalau erupsi yang semacam ini dia termasuk lebih sering daripada yang erupsi besar efusif. Erupsi pada tahun 2010 perulangannya 100 tahunan. Kalau efusif seperti ini empat tahunan, rata-rata bisa plus minus," jelas Agus.
BPPTKG terus meningkatkan pemantauan kubah lava, pemantauan pergerakan dari tubuh gunung, maupun pemantauan morfologi puncak dan kubah.
Langkah itu dilakukan untuk meminimalkan dampak erupsi bagi masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung Merapi, terkhusus penduduk yang berada di sektor tenggara maupun barat daya dari Gunung api tersebut.
Adapun dari sisi peralatan pemantauan saat ini sudah cukup memadai berupa peralatan seismik dan peralatan yang sifatnya real-time untuk memantau kondisi Gunung Merapi.
Agus mengimbau masyarakat untuk selalu sigap bila suatu waktu kubah kawah itu runtuh.
Sepanjang 2021 sampai 2023, karakteristik erupsi Gunung Merapi, di antaranya adalah tipe erupsi bersifat efusif yang didahului oleh erupsi-erupsi freatik, durasi erupsi yang panjang, adanya dua kubah lava, dan deformasi yang cukup besar.
Kejadian awan panas guguran saat ini masih sulit untuk diprediksi waktu kejadiannya namun dapat diperkirakan potensi bahayanya.
Langkah untuk mengurangi kerugian dan menghindari korban akibat erupsi adalah dengan cara meningkatkan keakuratan dan kecepatan asesmen bahaya serta memastikan masyarakat dapat merespon peringatan dini dengan cepat dan tepat.
"Masyarakat di daerah bahaya, yaitu tenggara dan barat daya untuk meningkatkan kesiapsiagaan karena karakter dari kejadian awan panas guguran sulit untuk diprediksi waktu kejadiannya," pungkas Agus.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jarak luncur awan panas 1.000 meter ke arah barat daya atau Kali Bebeng.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan pengamatan pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, guguran lava itu meluncur ke arah Kali Bebeng.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi kembali menunjukkan keaktifannya, Jumat (28/7) malam. Gunung di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu meluncurkan awan panas guguran sejauh 1,5 Km.
Baca SelengkapnyaPada siang hari, Minggu (21/1), awan panas yang muncul dari Gunung Merapi. Beberapa daerah di sekitaran Merapi terkena dampak hujan abu.
Baca SelengkapnyaDua kali awan panas guguran ini terjadi pada pukul 19.56 WIB dan 20.03 WIB.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi yang berada di DIY dan Jawa Tengah kembali mengeluarkan awan panas guguran.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi dua kali meluncurkan awan panas guguran pada Senin (27/11) pukul 17.00 WIB dan 17.15 WIB.
Baca SelengkapnyaJarak luncur awan panas guguran maksimum 3,5 kilometer ke arah Kali Krasak.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas pada sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari pusat erupsi.
Baca SelengkapnyaGunung marapi saat ini berada Level III (Siaga) dengan rekomendasi tidak berada di radius 4.5 km dari pusat erupsi.
Baca SelengkapnyaAwan panas guguran itu telah menyebabkan hujan abu tipis yang turun pukul 21.24 WIB di sekitar Dukuh Plalang hingga Desa Lencoh.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi mengalami erupsi. Hujan abu melanda Boyolali dan Klaten
Baca Selengkapnya