Fakta Baru Kecelakaan Maut Bus SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Acara Perpisahan hingga Iuran per Anak
Kecelakaan maut bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok di Subang menelan 11 korban tewas
Kecelakaan maut bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok di Subang menelan 11 korban tewas
Fakta Baru Kecelakaan Maut Bus SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Acara Perpisahan hingga Iuran per Anak
Acara perpisahan SMK Lingga Kencana ke luar ternyata baru pertama kali digelar.
Tahun-tahun sebelumnya, acara perpisahan hanya dilaksanakan di dalam Kota Depok.
Biaya untuk perpisahan dengan tujuan Bandung, Jawa Barat sebesar Rp800.000.
Bandung menjadi kota tujuan atas permintaan murid dan disetujui orang tua serta pihak sekolah.
Rosdiana, wali murid Mahesya Putra mengatakan, biaya perpisahan itu ditentukan setelah diadakan rapat. Diputuskan biaya Rp800.000 untuk tujuan ke Lembang dan Tangkuban Perahu. Mahesya sendiri menjadi salah satu korban tewas kecelakaan bus di Ciater, Subang, Jawa Barat.
"(Biaya) Rp800.000 untuk dua tempat. Pertama wisuda di Lembang, Bandung dan wisata ke Tangkubap Perahu," kata Rosdiana, Senin (13/5).
Dirinya membayar biaya perpisahan dengan cara mencicil sebanyak dua kali. Dia melunasi uang perpisahan sesaat sebelum berangkat pada Jumat (10/5).
"Saya dua kali bayar. Bisa dicicil," ujar Rosdiana.
Perpisahan keluar kota dengan tujuan Lembang sudah disepakati bersama. Dia pun menyetujui hasil kesepakatan rapat.
"Sudah (dirapatkan)," kata Rosdiana.
Awalnya, ada usulan wisuda perpisahan akan digelar di Yogjakarta.
Namun, banyak wali murid yang keberatan karena terkendala biaya.
Sehingga, akhirnya diputuskan wisuda digelar di Lembang.
"Tadinya kan mau ke Yogja. Tapi kan karena masalah keuangan mungkin pada enggak setuju, terus ditanyakan lagi keanak-anaknya dan jadinya ke Bandung sekalian wisuda di sana," cerita Rosdiana.
Rosdiana tidak menyangka perpisahan tersebut menjadi petaka. Acara perpisahan sebelumnya hanya digelar di dekat sekolah.
"Baru kali ini, biasanya dekat-dekat di DTC atau sekolah. Sebelumnya enggak (perpisahan keluar kota)," kata Rosdiana.
Ide menggelar perpisahan di luar kota awalnya tercetus dari para siswa. Mereka menginginkan ada jalan-jalan keluar kota sambil perpisahan.
"Anak-anak pengin di luar. Pengin jalan-jalan sekalian perpisahan. Ya Namanya orang tua kita setuju saja," ungkap Rosdiana.
Rapat perpisahan keluar kota kata dia digelar tidak lama sebelum keberangkatan.
Sebelumnya memang digelar rapat wisuda, namun karena ada permintaan untuk keluar kota maka digelar rapat kembali sesaat sebelum berangkat.
"Sudah rapat jauh-jauh hari, cuma kembali rapat lagi pas mau berangkat," kata Rosdiana.
Rapat kali itu dihadiri wali murid, kepala sekolah dan wali kelas beberapa hari sebelum berangkat. Dirinya mengaku tidak tahu siapa yang memesan penginapan dan bus.
"Mungkin dari sekolah, panitia itu. Kalau saya ikut saja," cerita Rosdiana.
Rosdiana mengungkap sebenarnya tidak setuju. Karena terkendala masalah keuangan. Namun demi membahagiakan anak, Rosdiana pun mencari cara untuk dapat uang membayar perpisahan.
"Saya pribadi sebenarnya enggak setuju, karena saya orang enggak punya ya," pungkasnya.