Fitnah Arabisasi dan LGBT di Pariwisata, Pemkab Banyuwangi Beri Penjelasan
Merdeka.com - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memberikan penjelasan sekaligus membantah terkait kabar bohong atau hoaks yang viral di jagad maya tentang upaya arabisasi dan mendukung Lesbian, Gay, Biseksual, dan Trangender (LGBT). Isu tersebut digulirkan oleh pengguna media sosial terkait kebijakan pariwisata Pantai Syariah, Pulau Santen di Banyuwangi yang memisahkan pengunjung Laki-laki dan Perempuan.
Konsep pariwisata yang bertujuan untuk membidik pasar wisatawan syariah, dinilai menjadi upaya arabisasi, mengasingkan kebudayaan lokal dan mendukung LGBT oleh seorang warga net.
"Harus asa komitmen bersama, ingin meluruskan kalau berita itu hoaks, fitnah, editing Photoshop. Dan yang bikin bukan orang Banyuwangi yang tidak tahu kondisi sebenarnya. Kita risau, karena jadi ujian masyarakat Banyuwangi. Prihatin kita bersama seolah membolehkan LGBT ada di pantai, diviralkan, ini mengganggu," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, MY Bramuda saat jumpa pers di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Sabtu (29/6).
-
Bagaimana Rumah Adat Panjalin dibangun? Merujuk laman Napak Jagat Pasundan, rumah adat Panjalin sendiri konon dibangun hanya dengan satu batang pohon Jati.Pengerjaannya juga unik, karena pohon jati tersebut tidak ditebang dan akarnya masih berada di bawah bangunan rumah adat Panjalin.
-
Apa pesan Rumah Adat Panjalin? Fakta menarik lainnya dari bangunan tersebut adalah ditemukan pesan kekeluargaan yang tertulis di dinding kayu. Pesan tersebut tertulis 'Mutus Karuhun, Megat Katurunan' yang dibentuk secara melingkar dengan tulisan ‘Munafek’ di tengahnya.
-
Mengapa pendopo penting di rumah jawa? Pendopo, bangunan terbuka di depan rumah, melambangkan keterbukaan dan kedekatan dengan alam, tempat di mana masyarakat bisa berkumpul dan berinteraksi sosial.
-
Dimana Rumah Adat Panjalin dibangun? Untuk tempat dakwah Mengutip laman direktoripariwisata.id, rumah adat ini awalnya dibangun oleh keturunan Kerajaan Talaga Manggung bernama Raden Sanata di tahun 1700-an.Ia sebelumnya berguru di Pondok Pesantren Pager Gunung, yang tidak jauh dari Kampung Panjalin, Desa Panjalin, Kecamatan Cikalong Wetan.
-
Bagaimana konstruksi rumah adat Julang Ngapak? Untuk strukturnya, rumah adat Julang Ngapak di Sempurmayung juga mempertahankan ciri khasnya, yakni berbentuk panggung. Dibuat dengan kayu Keunikan lainnya adalah dari sisi konstruksinya yang masih menggunakan kayu dan anyaman bambu.
-
Siapa yang membangun Rumah Adat Panjalin? Untuk tempat dakwah Mengutip laman direktoripariwisata.id, rumah adat ini awalnya dibangun oleh keturunan Kerajaan Talaga Manggung bernama Raden Sanata di tahun 1700-an.
Status facebook akun Kajitow Elkayeni dengan judul "Di Tanah Hindu Banyuwangi Itu, Arabisasi Dipaksakan Tumbuh" dipublis pada 27 Juni 2019. Hingga kini status itu mendapatkan 1,4 ribu tanggapan emotion dan suka, 262 komentar dan 642 pembagian.
Selain itu, juga terdapat meme yang tersebar di facebook, salah satunya oleh akun Arie Infernum El-Nashhara mengunggah foto berisi pasangan LGBT. Pemkab Banyuwangi menilai foto tersebut merupakan editan. Foto tersebut telah disebarkan hingga seribu kali sejak diunggah pada 26 Juni 2019.
Bramuda menjelaskan, Pantai Syariah yang dibuat oleh Pemkab Banyuwangi merupakan salah satu strategi memikat kunjungan wisatawan dengan kategori segmentasi syariah, tidak lebih.
"Ditempa isu yang mengatasnamakan pribadi, menjust pemerintah, budayawan, terkait pantai syariah. Segmentasi ada, banyak pesantren, kita pilih. Kita ambil saat munculnya Raja Salman ke Bali. Kebutuhan segmen ada. Kami gak pilih pilih segmen," katanya.
Lebih lanjut, kata Bramuda, Pantai Syariah dibuat untuk mengangkat perekonomian masyarakat pesisir dan membuat kawasan pantai menjadi lebih bersih dan tertata.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan, terkait beredarnya isu yang hoaks tersebut, pihaknya meyakini bahwa masyarakat Banyuwangi sudah dewasa untuk menanggapi hal tersebut, dalam artian tidak mudah diadu domba.
"Sebenarnya tidak risau, cuma capek menjawabnya. Banyuwangi sangat toleran. Ada tulisan dari luar, Banyuwangi punya pengalaman masa lalu yang tidak terkoyak. Tapi di medsos kita lelah menjawab. Kita dinilai mengalienasi (mengasingkan) budaya using. Bisa dilihat, ada banyak festival yang mendukung kebudayaan Using," ujar Anas.
Bentuk dukungan yang jelas terhadap kebudayaan lokal, kata Anas, bisa dilihat dari arsitektur mulai dari perhotelan, perkantoran, puskesmas dan lainnya untuk mengadopsi arsitektur Using.
"Sampai di pendopo kita angkat rumah using, mewajibkan arsitektur meearnai bangunan hotel dll. Staf kita harus memakai baju adat, udeng, saya capek jawab, biar budaya wan yang jawab," kata Anas.
"Banyuwangi jauh kebih dewasa, punya sejarah kekompakan umat beragama," tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Banyuwangi I Komang Sudira A yang hadir menjelaskan, penyebaran isu tanpa bukti itu merupakan kezaliman untuk masyarakat Banyuwangi. Tidak ada umat Hindu di Banyuwangi yang berpikiran seperti maksud dalam status tersebut. Umat Hindu Banyuwangi hanya menjalankan garis hidupnya dan meyakini Karmapala.
"Persepsi yang diungkap, dibangun untuk kepentingan pribadi, entah siapa yang menyuruh, di Hindu tidak ada semacam itu, kami percaya dengan hukum karmapala. Ini sudah mendzolimi -meminjam istilah saudara Muslim- masyarakat Banyuwangi, yang ada di Banyuwangi maupun di luar. Saya harap tidak perlu khawatir, kalau berlaku jahat, maka akan menerima akibatnya," ujarnya. (mdk/paw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Arya menyebut video yang viral terkait ucapannya saat rapat adalah potongan.
Baca SelengkapnyaAsrama Inggrisan awalnya dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1776.
Baca SelengkapnyaBupati Ipuk dalam upacara tersebut mengenakan busana adat suku Bugis.
Baca SelengkapnyaKepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman mengunjungi kompleks tentara yang dikenal dengan Asrama Inggrisan
Baca SelengkapnyaMenag mengingatkan, bangsa Indonesia dibangun oleh berbagai macam ras, suku, budaya, hingga agama.
Baca SelengkapnyaKonsistensi Pemkab Banyuwangi dalam pelestarian bahasa daerah, yakni Bahasa Using mendapat apresiasi positif.
Baca SelengkapnyaArya tak asing karena pernah dikenal sebagai model atau cover boy Majalah Aneka Yess tahun 1997
Baca SelengkapnyaMasyarakat Aceh sebelumnya dihebohkan dengan viralnya video di sosial media yang menampakkan sosok Mbak Rara pawang hujan beraksi di Stadion Harapan Bangsa.
Baca SelengkapnyaHaji Uma menyatakan masyarakat Aceh tengah mencari pemenang dari kontes kecantikan transgender yang disebut bernama Nyak Ayu Saree.
Baca SelengkapnyaLuhut mengancam jika masih ada turis asing yang tidak mengikuti aturan main pemerintah maka akan dideportasi.
Baca SelengkapnyaViral Pengerukan Tebing Pecatu Diduga untuk Hotel, Sandiaga: Kemurnian Alam Bali Harus Dijaga!
Baca SelengkapnyaDalam pidatonya, Anies membeberkan permasalahan keagamaan di Jakarta.
Baca Selengkapnya