Ganjar Kumpul Bareng Rektor se-Malang Raya, Diskusi Pendidikan Inklusif di Era Digital
Ganjar mendiskusikan perwujudan pendidikan inklusif di era digital untuk seluruh masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Ganjar mengatakan, kesadaran pendidikan yang inklusif ini harus didorong sampai ke tingkat perguruan tinggi.
Ganjar Kumpul Bareng Rektor se-Malang Raya, Diskusi Pendidikan Inklusif di Era Digital
Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo berkumpul bersama rektor perguruan tinggi se-Malang Raya dalam dialog pendidikan di Aula Graha Rektorat Lantai 9 Universitas Negeri Malang (UM), Malang, Jawa Timur (Jatim), Senin (16/10).
Ganjar mendiskusikan perwujudan pendidikan inklusif di era digital untuk seluruh masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Menurut Ganjar, pendidikan yang inklusif bukan hanya sekadar tentang akses dan fasilitas, tapi juga penyediaan wadah berkembangnya nilai-nilai kemanusiaan untuk semua masyarakat tanpa memandang suku, ras, dan perbedaan lainnya.
Apalagi di era digital seperti sekarang konten dan informasi yang sifatnya memecah belah mudah bertebaran, sehingga menghalangi terjadinya inklusivitas di lingkungan pendidikan.
“Inklusivitas tadi tidak cukup sampai untuk berkebutuhan khusus, tapi juga ada nilai-nilai kemanusiaan. Inklusif itu kalau berbeda agama, golongan, dan lain sebagainya, berikan ruang untuk mereka saling memahami, bukan untuk mencaci,” kata Ganjar.
Ganjar mengatakan, kesadaran pendidikan yang inklusif ini harus didorong sampai ke tingkat perguruan tinggi. Sehingga semua masyarakat Indonesia bisa merasakan manisnya pendidikan, termasuk warga kurang mampu.
"Sepuluh tahun ke depan kita harus melakukan satu akselerasi, misalnya di dunia pendidikan. Bagi warga miskin sekolahnya ditanggung negara, maka saya sampaikan satu keluarga miskin satu sarjana,"
kata Ganjar.
merdeka.com
Ganjar mengatakan, inklusivitas harus terus ada untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan memanfaatkan bonus demografi yang didukung dengan percepatan revolusi dalam dunia pendidikan.
"Pendidikan tidak hanya mencetak tukang, tapi juga harus karakter. Maka, pendidikan dan kebudayaan harus jadi satu. Di dalam pendidikan orang diikuti kebudayaan," tandasnya.
Sementara Rektor UM Haryono mengatakan pihaknya senang bisa berdiskusi dan menyampaikan aspirasi tentang pendidikan kepada Ganjar. Menurutnya, Ganjar adalah tokoh yang konsern pada soal pendidikan ini.
"Alhamdulillah Pak Ganjar berkenan bertemu dengan kita, pimpinan perguruan tinggi, dan guru besar Malang Raya. Ini memungkinkan kita gelorakan resonansi pendidikan,"
katanya.
Haryono berharap Ganjar mampu menyerap aspirasi para rektor dan guru besar mengenai konsep pendidikan itu. Sebagaimana Ganjar mengemban amanah ideologi dan konstitusi.
"Pendidikan harus berkait dengan kepentingan dan kebudayaan nasional. Kalau lepas, maka hasil proses pendidikan tidak akan menghasilkan kekuatan nasional," pungkasnya.