IDI Sebut Belum ada Penelitian Pengaruh Vaksin Covid-19 Bagi Ibu Hamil
Merdeka.com - Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Iris Rengganis menuturkan, belum ada penelitian pengaruh Vaksin Covid-19 bagi ibu hamil terhadap bayi yang dilahirkan.
Pernyataan ini disampaikan merespons laporan studi terbaru dari Israel yang menemukan dampak positif vaksinasi corona pada ibu hamil.
"Penelitian pada ibu hamil tidak etis ya kalau betul-betul kita tidak yakin. Jadi, vaksin manapun tidak ada penelitian terhadap ibu hamil," kata Iris saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu (21/3).
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Kenapa anak harus divaksinasi? Vaksinasi atau imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak-anak kita.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
Pertimbangan etika menjadi alasan hingga kini pakar belum melakukan penelitian mendalam terhadap pengaruh vaksin Covid-19 pada ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
"Ya kalau kita bikin pernyataan, nanti kalau anaknya cacat atau apa jangan menyalahkan kita. Itu kan tidak etis," katanya.
Rekomendasi Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) terhadap penggunaan vaksin influenza bagi ibu hamil, merupakan kabar gembira. Namun, kebijakan itu belum tentu berlaku juga bagi vaksin lain seperti vaksin Covid-19.
Vaksin Covid-19 yang kini beredar di berbagai negara melalui izin penggunaan secara darurat masih memerlukan penelitian lebih mendalam.
Itulah sebabnya pemerintah hingga saat ini belum menganjurkan pemanfaatan Vaksin Covid-19 kepada ibu hamil. "Sebab pada peserta vaksinasi kelompok dewasa pun masih sangat super hati-hati betul, jangan ada komorbid, jaraknya panjang dan lainnya," katanya.
Iris juga mengemukakan terdapat fakta bahwa antibodi seorang ibu hamil bisa disalurkan kepada bayi melalui asupan Air Susu Ibu (ASI) serta tali pusat atau plasenta.
"Antibodi kita ada lima macam, yang kita omongin IgG untuk infeksi. Nah IgG ini akan diberikan oleh si ibu melalui ASI atau dari si ibu melalui tali pusat kepada bayi. Tapi, kita belum tahu itu antibodinya spesifik atau tidak, tapi pada pokoknya itu antibodi secara keseluruhan," katanya.
Dilansir melalui laman alodokter.com disebutkan Immunoglobulin G atau IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya.
Ketika antigen seperti kuman, virus, atau zat kimia tertentu masuk ke dalam tubuh, sel-sel darah putih akan "mengingat" antigen tersebut dan membentuk antibodi untuk melawannya.
Dengan demikian, sistem kekebalan tubuh akan mudah mengenalinya dan melakukan perlawanan karena antibodi sudah terbentuk lebih dulu.
"Makanya dianjurkan ASI, bukan susu sapi, supaya dia punya pertahanan antibodi dari si ibu. Tapi kan itu antibodinya belum spesifik, masih global, sifatnya umum," katanya.
Atas alasan tersebut, Iris mengatakan vaksin Covid-19 memungkinkan untuk diberi kepada kelompok ibu menyusui. "Tapi Sinovac lho ya, yang lain kita belum ngomongin," katanya.
Iris berharap bila sang ibu sudah terbentuk antibodi terhadap Covid-19, diharapkan juga bisa mengalir ke anaknya melalui ASI.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaMitos-mitos semacam ini dapat mempengaruhi keputusan kesehatan ibu hamil tanpa dasar ilmiah yang kuat.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaMenurutnya, galon-galon tersebut sudah memiliki standar SNI dan telah melewati serangkaian penelitian dan uji kecocokan pangan.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaSebelum bayi bisa bepergian menggunakan pesawat, ada usia minimal yang harus dipahami.
Baca Selengkapnya