Indonesia Berpotensi Diterjang Panas Ekstrem? Ini Penjelasan dan Imbauan BMKG
Beberapa negara di Asia seperti Thailand dan Filipina mengalami suhu panas ekstrem
Indonesia Berpotensi Diterjang Panas Ekstrem? Ini Penjelasan dan Imbauan BMKG
Sejumlah negara di Asia seperti Thailand dan Filipina mengalami suhu panas ekstrem beberapa hari terakhir ini.
Bahkan suhu lebih dari 40°C di beberap wilayah di Thailand, seperti di Udon Thani yang mencapai suhu maksimum hingga 43.4°C, Kamis (25/4) kemarin.
Tidak hanya menyerang Thailand dan Filipina, suhu rata-rata wilayah Indonesia berada di rentang 32-36 derajat celcius. Berdasakan pengamatan BMKG, suhu maksimum pada hari Kamis (25/4) tercatat 36.1°C di Stamet Pangsuma Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
"Peningkatan suhu yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya," ujar Ketua Tim Kerja Produksi dan Diseminasi Informasi Cuaca, BMKG, Ida Pramuwardani kepada merdeka, Jumat (26/4).
Ida melanjutkan bahwa Indonesia yang sedang mengalami pergantian musim hujan ke musim kemarau akan memiliki tingkat kerawanan, sehingga panas matahari memasuki permukaan tanpa ada filter dari awan-awan yang menyebabkan suhu bisa semakin panas.
"BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh, terutama bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya," terangnya.
Tidak hanya panas ekstrem, BMKG memprediksi bahwa peralihan cuaca juga mengakibatkan hujan lebat dengan kilat dan petir, angin kencang, angin puting beliung, hingga hujan es. Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan waspada potensi cuaca alam.
"Tetap tenang namun tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi, (juga) mengenali potensi bencana di lingkungannya dan mulai memahami cara mengurangi resiko bencana tersebut, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan," lanjut Ida.
Reporter magang: Alma Dhyan Kinansih