Ini pengakuan Mbah Supar, saksi mata pembantaian PKI di Semarang
Merdeka.com - Pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) dan mahasiswa kembali menemukan saksi penting kasus kuburan massal korban Tragedi 1965 di Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Saksi mata itu adalah Mbah Supar (79), merupakan orang yang dahulu membawa lampu senter saat dilakukannya eksekusi.
Mbah Supar saat ini tinggal di RT 6 RW VII Kampung Dukuh, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah.
"Waktu itu saya masih muda. Saya diminta dua eksekutor menyalakan lampu senter waktu itu," ujar Mbah Supar saat menerima kunjungan sejumlah pegiat HAM dan mahasiswa Senin (1/12).
-
Kenapa Rebo Kasan dilakukan? Upacara tersebut didasari untuk memohon pertolongan kepada Tuhan agar terhindar dari berbagai bencana.
-
Kenapa Gus Ipul mengajak masyarakat Pasuruan untuk berantas kebodohan? Gus Ipul mengatakan bahwa para pahlawan mengajarkan kita untuk tidak bersimpuh kalah dan menyerah sebesar apapun ancanan dan tantangan akan dihadapi.'Para pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran serta mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara. Para Pahlawan telah mengajarkan kepada kita bahwa kita bukan bangsa pecundang. Kita tidak akan pernah rela untuk bersimpuh dan menyerah kalah,' ujar Gus Ipul.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Siapa yang diajak Bupati Ipuk berjihad melawan perundungan? Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2023 menjadi momentum bagi Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengajak para santri berjihad melawan perundungan di lingkungan pendidikan.
-
Apa yang terjadi di Pasuruan? Wakil Wali Kota Pasuruan, Adi Wibowo, mengucapkan belasungkawa kepada petugas keamanan TPS yang gugur saat Pemilu 2024.
-
Siapa pemimpin adat di Kasepuhan Cisungsang? Struktur lembaga adat Kasepuhan Cisungsang masih dipimpin oleh seorang sesepuh adat yang biasa disebut abah. Dalam menjalankan tugas, jabatan tertinggi itu dibantu oleh perangkat yakni penasihat, dukun, paraji, panei, bengkong, amil dan rendangan. Sebelumnya, abah merupakan keturunan Mbah Rukman yang dahulu melakukan babat alas di sana.
Mbah Supar mengaku dirinya saat itu diajak Kasmijan, tokoh masyarakat di Wonosari, tapi tidak paham maksud tujuannya. "Saya lupa bulannya, yang jelas waktunya tidak jauh setelah Peristiwa G30S. Waktu itu musim hujan, barangkali masih di tahun 1965 antara bulan-bulan November-Desember," katanya dengan bahasa Jawa yang kental.
Mbah Supar kala itu menunggu di lokasi yang sekarang adalah di sekitar sekolah Taman Kanak-kanak Tunas Rimba I Mangkang, hampir tengah malam. Dia bersama Kasmijan (almarhum) kemudian berjalan kaki menuju hutan jati dekat Kampung Plumbon Kelurahan Wonosari, berjalan kaki. Di sana sudah ada tiga lubang yang disiapkan untuk kuburan massal.
"Kata Kasmijan, mereka ini yang mau dieksekusi adalah anggota PKI (Partai Komunis Indonesia)," ujarnya.
Berbeda dengan kesaksian warga Kampung Plumbon umumnya yang menyebut jumlah korban adalah 24 orang, Mbah Supar mengatakan korban saat itu ada 12 orang. Korban diminta duduk-duduk di bibir kuburan massal, mata tertutup, dan pada berdoa.
"Mungkin saat itu pukul 23.30 WIB. Para korban sempat mengaji sekenanya, sehafalnya mereka, sekitar satu jam. Yang hafal Yasin ya yasinan, yang hafal Tahlil ya tahlilan, yang hafal Al Fatihah ya baca itu berulang-ulang. Jadi mengajinya tidak seragam, ya sekenanya, sebisanya ayat suci mana mereka hafal ya mereka lafalkan masing-masing. Yang perempuan qiraahnya bagus sekali, dia satu-satunya perempuan di situ," tuturnya.
Dibanding korban lainnya, korban perempuan terlihat merupakan orang berada bila dilihat dari dandanannya. "Mereka mengenakan baju merah muda, dan jarik. Gelang, kalung, dan cincin yang dipakainya menampakkan kalau ia ini orang berada," selorohnya.
Sedianya, ujar Mbah Supar, eksekusi direncanakan pukul 01.00 WIB dini hari. Namun lantaran pukul 00.30 WIB sudah sangat mendung, eksekusi dimajukan. "Saya sempat menoleh karena tidak tega, tapi dibentak dan diminta melihat," ungkapnya.
Korban dieksekusi dua eksekutor dengan senapan brem, dan langsung jatuh ke lubang kuburan massal. Setelah itu hujan amat deras, dan korban ditinggal begitu saja, tidak diuruk tanah.
"Saya mencari warga yang mungkin bisa membantu mengubur tapi tidak berhasil. Saat itu hujan menjadi amat deras. Lantas saya diajak makan oleh yang mengeksekusi itu di dekat pasar. Tapi saya tidak doyan makan sampai dua hari gara-gara melihat kejadian itu," ucapnya.
Mbah Supar mengaku kalau pagi hari warga yang menguruk kuburan massal itu mengira urukan tanahnya tidak rata, sebetulnya itu adalah tanah galian di bibir kuburan massal yang jatuh ke lubang kuburan massal lantaran terbawa air hujan yang deras.
"Yang perempuan itu tidak langsung meninggal, badannya masih gerak-gerak waktu kami tinggalkan," akunya.
Saksi lainnya, Mbah Sukar (81), warga Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, yang menguruk tanah kuburan massal, pagi hari pasca eksekusi dia dan warga yang menata tanah mendapati badan korban perempuan masih gerak-gerak.
"Karena kasihan, kami langsung menguburnya," pungkasnya pendek. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?
Baca SelengkapnyaKolonel Sahirman dan sejumlah pimpinan PKI Jawa Tengah melarikan diri setelah G30S/PKI gagal.
Baca SelengkapnyaDalam film G30S/PKI, sosoknya digambarkan misterius. Asap rokok tak berhenti mengepul saat rapat. Kehadirannya dalam persiapan penculikan tampak sangat dominan.
Baca SelengkapnyaSjam Kamaruzaman disebut sebagai tokoh kunci Gerakan 30 September. Aksinya serba rahasia.
Baca SelengkapnyaNasib tragis dialami salah satu anak Sunan Giri. Ia terbunuh saat usianya masih remaja.
Baca SelengkapnyaTNI versus Tokoh PKI Kebal Peluru, apa yang dilakukan untuk melawan PKI?
Baca SelengkapnyaSebagian masyarakat yakin makam Sunan Kalijaga ada di Kadilangu Demak, tapi ada juga yang yakin makam sesungguhnya Sunan Kalijaga ada di Tuban.
Baca SelengkapnyaPangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.
Baca SelengkapnyaGubernur Jenderal Van Mook menggambarkan bahwa Amir merupakan orang yang tak mengenal kata takut.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaBerikut potret pentolan Pasukan Tjakrabirawa yang memimpin G30S PKI ketika ditangkap di Tegal.
Baca SelengkapnyaPerlawanan yang dilakukan kaum PKI terhadap pemerintah Hindia Belanda ini pecah di Minangkabau atau tepatnya di daerah Silungkang dekat tambang Sawahlunto.
Baca Selengkapnya