Ini Tiga Pola Hidup Sehat yang Menjadi Standar WHO
Kebiasaan baik tersebut dapat membantu mencegah datangnya berbagai penyakit kronis dan membantu menjaga kestabilan emosional.
WHO mengajak lebih banyak individu dari berbagai wilayah untuk mengadopsi pola hidup sehat.
Ini Tiga Pola Hidup Sehat yang Menjadi Standar WHO
Pola hidup sehat atau healthy lifestyle kian menjadi tren di Tanah Air.
Pasalnya, semakin banyak individu yang menyadari pentingnya menjalani kebiasaan atau pola keseharian yang teratur dan sehat serta bermanfaat untuk jasmani dan rohani yang berdampak pada meningkatnya kualitas hidup.
Kebiasaan baik tersebut dapat membantu mencegah datangnya berbagai penyakit kronis dan membantu menjaga kestabilan emosional.
Oleh karena itu, WHO mengajak lebih banyak individu dari berbagai wilayah untuk mengadopsi pola hidup sehat.
Pola hidup sehat memang tidak mencegah semua penyakit.
Namun, menurut WHO, risiko dari sebagian besar penyakit yang saat ini dominan menyebabkan kematian di dunia, seperti sakit jantung dan kanker paru-paru, dapat diminimalkan dengan pola hidup sehat.
Sejumlah penelitian ilmiah bahkan telah menyimpulkan bahwa beberapa pola hidup yang kurang sehat telah berkontribusi signifikan pada penyakit kronis dan kematian dini.
Tak kalah penting, WHO mengingatkan bahwa adaptasi pola hidup sehat akan menjadi contoh positif yang akan ditiru oleh keluarga, terutama anak-anak.
“Ketika healthy lifestyle diterapkan, semakin besar pengaruh positif tersedia bagi individu lain di dalam keluarga, khususnya bagi anak-anak,” demikian laporan WHO.
Lantas, bagaimana standar pola hidup yang sehat menurut WHO?
Untuk menjalani gaya hidup sehat, WHO merekomendasikan tiga hal utama:
1. Pola makan sehat
WHO mengimbau setiap individu menjalankan pola makan sehat (healthy eating). Pola makan yang tidak sehat dinilai berpotensi menyebabkan penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes.
Pola makan sehat itu diwujudkan antara lain dengan memperbanyak makan buah dan sayuran, khususnya yang segar. Selain itu, WHO mengajak setiap orang untuk mengurangi asupan lemak, gula, dan garam.
2. Berolahraga
WHO mengajak masyarakat untuk berolahraga atau aktif melakukan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik secara teratur, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau menari, bermanfaat signifikan bagi kesehatan.
Aktivitas fisik secara rutin, tulis WHO, dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes dan osteoporosis, membantu mengontrol berat badan, serta meningkatkan kesehatan mental.
3. Menjaga berat badan ideal
Dua anjuran di atas sangat terkait dengan upaya setiap individu untuk mencapai berat badan ideal. Sebab, menurut WHO, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berat badan yang berlebihan meningkatan risiko pada kesehatan.
Berat badan ideal ini diukur dengan Body Mass Index (BMI) atau indeks massa tubuh. BMI memperhitungkan berat badan seseorang dalam kilogram yang dibagi dengan tinggi badan (kuadrat) dalam satuan meter.
Di samping itu, risiko penyakit di masa depan pun masih berpotensi untuk datang dan menimbulkan dampak lainnya, terutama risiko finansial untuk membiayai pengobatan dan perawatan medis.
Berhadapan dengan risiko tersebut, asuransi menjadi salah satu pilihan terbaik bagi setiap individu sebagai langkah antisipatif dalam melindungi diri dan keluarga dari risiko finansial akibat kondisi kesehatan yang menurun. Memang, asuransi tidak serta-merta dapat mengeliminasi risiko yang mungkin terjadi di masa depan.
Namun, asuransi akan sangat berfungsi untuk mengurangi dampak atau kerugian finansial yang timbul dari risiko yang mungkin terjadi di masa depan. Dengan berasuransi memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi potensi kerugian yang kemungkinan timbul dari risiko yang selalu mengintai.