Penyebab Resistensi Insulin pada Tubuh, Bisa Picu Komplikasi Serius di Jantung
Resistensi insulin adalah kondisi ketika sel tubuh tidak dapat merespons hormon insulin dengan baik, sehingga gula darah tidak terserap secara maksimal.
Penting untuk tahu segala informasi tentang resistensi insulin, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara mencegahnya.
Penyebab Resistensi Insulin pada Tubuh, Bisa Picu Komplikasi Serius di Jantung
Resistensi insulin adalah kondisi ketika sel tubuh tidak dapat merespons hormon insulin dengan baik, sehingga gula darah tidak dapat diserap secara maksimal untuk menghasilkan energi. Hormon insulin berfungsi untuk membantu sel tubuh menyerap glukosa dari darah dan menyimpannya sebagai glikogen.Jika sel tubuh resisten terhadap insulin, maka glukosa akan menumpuk di dalam darah dan menyebabkan kadar gula darah meningkat. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya prediabetes, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan peradangan.
Penyebab Resistensi Insulin
Penyebab resistensi insulin adalah faktor-faktor yang dapat mengganggu kerja hormon insulin dalam membantu sel tubuh menyerap glukosa dari darah. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan resistensi insulin adalah:
-
Mengapa kelebihan karbohidrat memicu resistensi insulin? Konsumsi berlebihan karbohidrat, terutama karbohidrat sederhana, dapat menyebabkan resistensi insulin. Sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, hormon yang mengatur gula darah.
-
Kenapa PCOS bisa menyebabkan resistensi insulin? Dilansir dari jurnal Fertility and Sterility, sekitar 70% perempuan yang mengidap PCOS memiliki resistensi insulin.
-
Bagaimana diabetes bisa menyebabkan serangan jantung? Diabetes dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang dapat merusak pembuluh darah dan saraf yang mengendalikan jantung.
-
Kenapa konsumsi gula tinggi berisiko untuk jantung? Pada studi tersebut, disebutkan bahwa seseorang yang mengonsumsi gula lebih dari seperlima kalori harian akan memiliki dua kali lipat risiko penyakit jantung dibandingkan mereka yang mengonsumsi makanan sehat dengan kandungan gula sebanyak 10 persen saja.
-
Apa saja komplikasi diabetes yang bisa terjadi di organ tubuh? Ternyata orang yang mengidap penyakit ini bisa mengalami komplikasi di seluruh organ tubuh, dari mata hingga ujung kaki. Ada beberapa komplikasi utama penyakit ini, antara lain: 1. Neuropati Diabetik Kerusakan saraf yang umum terjadi di area kaki dan tangan. Hal ini menyebabkan hilangnya sensasi, yang artinya jika mengalami luka kecil atau luka bakar bisa jadi tidak terdeteksi atau tidak terasa. Komplikasi ini dapat menyebabkan rasa sakit, kesemutan atau kelemahan ekstrem yang terkena. 2. Retinopati Diabetik Diabetes ternyata juga bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di area mata yang menyebabkan retinopati diabetik. Kondisi tersebut bisa mengganggu penglihatan, bahkan berisiko menyebabkan kebutaan. 3. Penyakit Jantung Orang yang mengidap diabetes ternyata memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami penyakit jantung, termasuk serangan jantung dan stroke. Kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi hingga peradangan kronis yang sering terjadi pada penderita diabetes bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. 4. Gagal Ginjal Kondisi diabetes juga bsia merusak pembuluh darah yang ada di area ginjal, dan berpotensi menyebabkan gagal ginjal. Jika kondisinya parah, maka pasien memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
-
Kenapa diabetes jadi bahaya? Hiperglikemia, atau kadar gula darah yang tinggi, menjadi penyebab utama penyakit diabetes.
- Usia. Resistensi insulin cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, karena sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin.
- Obesitas. Kelebihan berat badan, terutama di sekitar perut, dapat menyebabkan peradangan dan stres oksidatif yang menghambat kerja insulin.
- Kurangnya aktivitas fisik. Olahraga dapat meningkatkan penggunaan glukosa oleh otot dan mengurangi kebutuhan insulin. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penumpukan glukosa di darah dan menurunkan sensitivitas sel terhadap insulin.
- Kekurangan vitamin D. Vitamin D berperan menjaga keseimbangan kadar gula darah dan mempengaruhi pelepasan dan kerja insulin. Kekurangan vitamin D menyebabkan gangguan metabolisme glukosa dan resistensi insulin.
- Stres. Stres dapat meningkatkan pelepasan hormon stres, seperti kortisol dan adrenalin, yang dapat meningkatkan kadar gula darah dan menghambat kerja insulin.
- Sindrom ovarium polikistik (PCOS). PCOS adalah gangguan hormonal yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar hormon seks, seperti estrogen, progesteron, dan testosteron. Hal ini dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan ovulasi pada wanita.
- Merokok. Merokok dapat meningkatkan peradangan, stres oksidatif, dan kerusakan sel beta pankreas yang bertanggung jawab untuk memproduksi insulin. Hal ini dapat menyebabkan resistensi insulin dan penurunan produksi insulin.
- Riwayat diabetes di keluarga. Faktor genetik juga dapat mempengaruhi sensitivitas sel terhadap insulin. Jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka risiko resistensi insulin dan diabetes juga akan meningkat.
- Penggunaan obat tertentu. Beberapa obat dapat mengganggu kerja insulin atau meningkatkan kadar gula darah, seperti kortikosteroid, diuretik, antipsikotik, antiretroviral, dan kontrasepsi hormonal.
Apa Gejalanya?
Gejala resistensi insulin adalah kondisi yang timbul akibat sel tubuh tidak dapat merespons hormon insulin dengan baik, sehingga gula darah tidak dapat diserap secara maksimal untuk menghasilkan energi.
Gejala resistensi insulin dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan faktor lainnya. Namun, beberapa gejala umum yang dapat dikenali adalah:
- Merasa sangat haus. Hal ini terjadi karena tubuh mencoba untuk mengeluarkan kelebihan gula darah melalui urine, sehingga menyebabkan dehidrasi dan rasa haus yang berlebihan.
- Mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil. Hal ini juga berkaitan dengan upaya tubuh untuk menurunkan kadar gula darah dengan membuangnya melalui urine. Frekuensi buang air kecil dapat meningkat, terutama di malam hari.
- Merasa sangat lapar. Hal ini disebabkan karena sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi, sehingga tubuh merasa kurang tenaga dan membutuhkan asupan makanan yang lebih banyak.
- Mengalami penurunan kemampuan penglihatan. Hal ini terjadi karena kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah halus di mata, sehingga mengganggu fungsi retina dan menyebabkan penglihatan kabur, buram, atau berbayang.
- Mengalami sakit kepala. Hal ini terjadi karena kadar gula darah yang tidak stabil dapat mempengaruhi aliran darah ke otak, sehingga menyebabkan sakit kepala, pusing, atau lemas.
- Mengalami infeksi pada vagina dan kulit. Hal ini terjadi karena kadar gula darah yang tinggi dapat mengurangi daya tahan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi bakteri atau jamur, terutama pada area yang lembap, seperti vagina dan kulit.
- Bercak-bercak gelap, kulit seperti beludru yang disebut acanthosis nigricans. Hal ini terjadi karena kadar insulin yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan sel kulit secara berlebihan, sehingga menyebabkan kulit menjadi tebal, kasar, dan berwarna gelap, terutama di leher, ketiak, siku, lutut, dan lipatan kulit lainnya.
Bahaya Resistensi Insulin
Pada dasarnya, resistensi insulin terjadi ketika tubuh tidak merespons dengan baik terhadap insulin yang diproduksi oleh pankreas. Insulin adalah hormon yang berperan dalam mengatur kadar gula darah, dan ketika tubuh tidak mampu merespons dengan benar, hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius.
Salah satu bahaya utama dari resistensi insulin adalah terjadinya peningkatan kadar gula darah dalam tubuh. Ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif, gula darah akan tetap tinggi, yang dapat menyebabkan diabetes tipe 2.
Resistensi insulin juga dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular. Ketika insulin tidak berfungsi dengan baik dalam tubuh, hal ini dapat menyebabkan penumpukan lemak pada dinding arteri, yang akan menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah lainnya.
Selain itu, resistensi insulin juga dapat menyebabkan peningkatan produksi hormon insulin oleh pankreas. Peningkatan produksi insulin ini pada akhirnya dapat menyebabkan kelelahan pada pankreas, yang dapat mengakibatkan diabetes tipe 2. Ketika pankreas tidak lagi mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengendalikan kadar gula darah, penggunaan insulin sintetis mungkin diperlukan untuk mempertahankan gula darah dalam rentang normal.
Cara Mencegah Resistensi Insulin
Cara mencegah resistensi insulin adalah dengan mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memicu atau memperburuk kondisi ini. Beberapa faktor risiko yang dapat diubah adalah:
- Pola makan. Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan yang seimbang, rendah gula dan karbohidrat, serta tinggi serat, protein, dan lemak sehat. Hindari makanan yang mengandung gula tambahan, tepung terigu, nasi putih, kentang, dan minuman manis. Pilihlah makanan yang mengandung gandum utuh, sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, telur, dan susu.
- Aktivitas fisik. Anda disarankan untuk berolahraga secara teratur, minimal 150 menit per minggu, dengan intensitas sedang hingga tinggi. Olahraga dapat meningkatkan penggunaan glukosa oleh otot dan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin. Anda dapat melakukan olahraga aerobik, seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau jogging, serta latihan ketahanan, seperti angkat beban, sit-up, atau push-up.
- Berat badan. Anda disarankan untuk menurunkan berat badan jika Anda mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, terutama di sekitar perut. Kelebihan lemak dapat menyebabkan peradangan dan stres oksidatif yang mengganggu kerja insulin. Menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
- Faktor lain. Anda disarankan untuk menghindari merokok, mengonsumsi alkohol, dan stres berlebihan, karena hal-hal ini dapat meningkatkan resistensi insulin. Anda juga disarankan untuk mencukupi kebutuhan vitamin D, tidur yang cukup dan berkualitas, serta mengontrol penyakit lain yang dapat mempengaruhi kadar insulin, seperti sindrom ovarium polikistik, hipertensi, atau dislipidemia.