Investigasi Kemenkes: Awal Mula Dokter Aulia Mulai Depresi Saat PPDS hingga Ditemukan Tewas
Kemenkes mengungkapkan awal mula dr Aulia depresi hingga diduga bunuh diri.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan awal mula mahasiswi Program Studi Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) dr Aulia Risma Lestari (ARL) mengalami depresi hingga ditemukan tewas.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dr Aulia tertekan karena 'dipalak' senior sebesar Rp20 sampai Rp40 juta setiap bulan.
Permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi tersebut berlangsung sejak dr Aulia masih di semester pertama PPDS atau sekitar Juli hingga November 2022.
"Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga. Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhumah mengalami tekanan," kata Nadia, Minggu (1/9).
Menurut Nadia, dr Aulia tidak menduga akan 'dipalak' senior hingga Rp40 juta setiap bulan. Saat itu, dr Aulia juga ditugaskan menjadi bendahara angkatan yang bertugas menerima pungutan.
"Almarhumah ditunjuk sebagai bendahara angkatan yang bertugas menerima pungutan dari teman seangkatannya dan juga menyalurkan uang tersebut untuk kebutuhan-kebutuhan non-akademik antara lain; membiayai penulis lepas untuk membuat naskah akademik senior, menggaji OB (office boy), dan berbagai kebutuhan senior lainnya," jelas Nadia.
Nadia mengatakan, temuan ini berdasarkan investigasi yang dilakukan Kemenkes. Bukti dan saksi terkait permintaan uang di luar biaya pendidikan itu sudah diserahkan ke pihak kepolisian.
"Investigasi terkait dugaan bullying saat ini masih berproses oleh Kemenkes bersama pihak kepolisian," kata Nadia.
Sebagai informasi, dr Aulia diduga bunuh diri di indekos Lempongsari, Gajahmungkur, Semarang, karena dibully senior pada Agustus 2024. Kasus kematian ini masih ditangani Polda Jawa Tengah.
Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono mengatakan, saat ditemukan wajah korban sudah dalam keadaan kebiruan serta posisi miring seperti orang tertidur.
"Mukanya biru-biru sedikit sama pahanya, seperti orang tidur," kata Kompol Agus Hartono, Rabu (14/8).
Dari hasil pemeriksaan saksi dan bukti di lokasi, polisi menemukan curhatan di sebuah buku harian bahwa korban berniat mundur karena bersinggungan dengan seniornya.
"Kita cek bukti buku harian, bahwa ia merasa berat pelajarannya dan senior-seniornya," ungkapnya.
Dari informasi, korban sudah menempati kos selama setahun ini. Sebelumnya korban sempat bercerita kepada ibunya ingin resign karena tidak kuat.
"Jadi memang pernah cerita tidak kuat dengan sekolahnya. Ada kemungkinan lain sama seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," ungkapnya.