Jejak Masyarakat Tionghoa di Pinggir Kali Bekasi
Merdeka.com - Memasuki kawasan Jalan Kenari, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, mulai terasa suasa kental permukiman Tionghoa. Terdapat klenteng tertua diperkirakan usia bangunan lebih dari 350 tahun. Klenteng itu bernama Hok Lay Kiong, berdiri di atas lahan seluas 700 meter persegi, klenteng dikelola oleh Yayasan Pancaran Tri Dharma.
Ketua Yayasan Pancaran Tri Dharma, Ronny Hermawan mengatakan, belum diketahui kapan klenteng tersebut dibangun, namun diperkirakan pada abad ke-18.
"Zaman kakek saya masih kecil, klenteng itu sudah ada," katanya ketika berbincang dengan merdeka.com, Jumat (24/1).
-
Siapa yang dikaitkan dengan Arca Totok Kerot? Konon, arca ini merupakan salah satu bukti kesaktian Raja Kediri, Sri Aji Joyoboyo.
-
Arca Totok Kerot Kediri, apa itu? Arca Totok Kerot merupakan sebuah patung Dwarapala (penjaga gapura) peninggalan masa Kerajaan Kediri.
-
Dimana Arca Totok Kerot berada? Lokasi arca ini berada di Desa Bulupasar Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri atau sekitar 11 kilometer selatan Petilasan Sri Aji Jayabaya yang terletak di Desa Menang.
-
Siapa yang dilambangkan Arca Bhairawa? Banyak yang meyakini bahwa arca ini merupakan perwujudan dari Raja Adityawarman. Sosoknya merupakan pendiri Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat pada tahun 1347.
-
Dimana lokasi Kelenteng Hok An Kiong? Mengutip Beritamagelang.id, Kompleks Kelenteng Hok An Kiong berada di atas tanah seluas 3.120 meter persegi.
-
Siapa yang membangun Kelenteng Hok An Kiong? Mengutip Beritamagelang.id, Kelenteng Hok An Kiong berdiri pada tahun 1878.
Penamaan Hok Lay Kiong mengacu kepada dewa utama, di mana arcanya berada di altar utama. Di sisi kiri dan kanannya ada empat arca dewa pendamping, kemudian di belakangnya tujuh arca dewa pengawal. Menjelang perayaan Imlek, klenteng itu dirias, banyak ornamen khas Tionghoa mulai lilin hingga lampu lampion menghiasi lingkungan itu.
Menurut Ronny, seiring perkembangan zaman kleteng telah banyak mengalami perubahan. Namun yang masih utuh sampai sekarang adalah pintu masuk utama yang terbuat dari kayu. Fasilitas lain di sana yang menjadi ciri khas adalah dua tungku menyerupai pagoda, tempat pembakaran Fu.
Menurut Ronny, permukiman di sekitaran Klenteng terdiri cukup banyak masyarakat Tionghoa. Mereka sudah turun temurun. Alasan mereka bermukim di sana karena letaknya berdekatan dengan Kali Bekasi, kali alam yang hulunya berada di pegunungan kawasan Bogor, Jawa Barat.
"Air adalah sumber kehidupan, makanya, peradaban itu biasanya mulanya dekat air," kata dia.
Dia menuturkan, penyebaran masyarakat Tionghoa di Bekasi dimulai pada abad ke-17. Mereka merupakan imigran dari Batavia (sekarang Jakarta). Misi dagang eropa ke Indonesia lewat VOC membuat buruh Tionghoa kurang sejahtera, banyak tertekan, sehingga memberontak.
"Memberontak dilawan dengan represif oleh VOC, karena VOC punya senjata. Akhirnya kacau-balau, ratusan atau ribuan orang mati. Tapi ada yang lari ke Tangerang, Banten, Pandeglang, Bekasi, Cikarang, bahkan sampai ke Karawang," kata Ronny.
Karena itu di sepanjang jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) berdiri klenteng, termasuk di Bekasi. Untuk bertahan hidup, masyarakat Tionghoa berdagang. Karena itu, di sekitar klenteng Hok Lay Kiong dulu ada pasar, menjadi yang terbesar di Bekasi. Tidak hanya masyarakat Tionghoa, etnis Sunda, Jawa, Arab dan lainnya pernah berdagang di sana.
Pasar itu sekarang berubah menjadi permukiman padat penduduk. Ini setelah dibangun pasar baru yang sekarang biasa disebut Pasar Proyek.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini Klenteng Sian Djin Ku Poh telah diresmikan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah yang bebas dikunjungi.
Baca SelengkapnyaKelenteng itu dibangun pada tahun 1746. Nama “Tay Kak Sie” sendiri memiliki makna “Kuil Kesadaran Agung”.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini menjadi simbol penyucian diri umat Tri Dharma guna menghapus segala keburukan hati dan pikiran serta kembali suci.
Baca SelengkapnyaSitus ini jadi salah satu bukti peninggalan era Hindu di Lebak yang masih tersisa.
Baca SelengkapnyaLokasi candi ini hanya bisa diakses menggunakan motor atau menumpang truk pasir
Baca SelengkapnyaSuku ini merupakan salah satu marga etnis Minangkabau yang masih berkerabat dengan Suku Koto yang membentuk Adat Katumanggungan.
Baca SelengkapnyaSaat ini pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo sudah mencapai 70 persen.
Baca SelengkapnyaKirab budaya ini menjadi hiburan murah meriah warga dengan sejumlah atraksi.
Baca SelengkapnyaDaerah-daerah terluar kerajaan ini punya ciri khusus yang unik
Baca SelengkapnyaBukit ini memiliki pertautan erat dengan sejumlah tokoh pada era Kerajaan Kadiri.
Baca SelengkapnyaPatung yang menjadi media ritual tersebut memang dipercaya ditempati oleh roh-roh para leluhur.
Baca SelengkapnyaKayu ini bentuk pengakuan terhadap eksistensi agama Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Baca Selengkapnya