Kisah Abu Bakar, jalan kaki 3 KM demi cari keadilan kematian keponakannya
Merdeka.com - Mira (23), warga sebuah desa di Kembang Janggut, Kutai Kartanegara, ditemukan tewas pekan lalu. Keluarga sempat menyatakan ikhlas dengan kematian Mira, dan menolak autopsi. Belakangan, kematiannya misterius. Lantaran ditemukan memar di punggung belakangnya.
Bercelana pendek, Abu Bakar (48), paman dari Mira, mendatangi 2 Polsek di Samarinda, yakni Polsekta Sungai Kunjang, yang menangani awal kasus kematian keponakannya itu.
Perjalanan Abu, cukup jauh. Melalui jalan rusak di desanya, dia harus menempuh 3 jam jalan darat ke desanya di Kembang Janggut, menggunakan motornya. Sementara rumah Mira, mesti menembus waktu lebih lama lagi 8 jam perjalanan darat.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Apa yang ditemukan oleh petani tersebut? Artefak yang dia temukan berupa batu besar berbentuk agak bulat dan ada tiga retakan terlihat di batu itu sehingga membuat benda itu mirip jamur.
-
Siapa yang dimusnahkan oleh petani-pemukim? Sebuah studi baru mengungkap bahwa bangkitnya pertanian ini sebenarnya menyebabkan genosida tragis terhadap populasi pemburu-nomaden yang dimusnahkan oleh para petani-pemukim dalam beberapa generasi.
-
Apa yang ditemukan petani di kebun? Seorang petani dan putranya menemukan pedang Viking yang langka di lahan pertanian keluarganya di Suldal, Norwegia.
-
Apa yang ditemukan di pemakaman? Penduduk setempat di Tarsus, Turki sangat gembira ketika secara tak sengaja menemukan sebuah guci keramik kuno yang lebih dari 1.100 koin perak kuno saat tengah melakukan penggalian pemakaman.
-
Siapa yang ditemukan meninggal? Saat itu, ditemukan seorang pria atas nama W (55) dalam keadaan tak bernyawa.
Memang, awalnya kematian Mira, ditangani Polsek Sungai Kunjang, lantaran dia ditemukan tidak bernyawa di salah satu rumah warga di Jalan Kertak Hanyar, Loa Bakung, Sungai Kunjang. Beberapa hari kemudian muncul dugaan, Mira lebih dulu tewas di indekosnya Jalan Gerilya, Samarinda Utara.
"Tapi dikasih tahu polisi tadi di sana (Polsekta Sungai Kunjang) bahwa ditangani di sini. Makanya saya ke sini," kata Abu, saat berbincang di Mapolsekta Samarinda Utara di Jalan DI Panjaitan, siang ini.
Abu yang juga ditunjuk keluarga sebagai juru bicara bermaksud mendatangi Polsekta Sungai Kunjang, untuk meminta kejelasan penanganan kasus kematian keponakannya itu.
"Awalnya memang ikhlas. Tapi waktu jenazahnya dimandikan, kita lihat memar di punggungnya. Ada kecurigaan keponakan saya ini keracunan," ujar Abu, yang keseharian bekerja sebagai petani di desanya.
Mira, menurut Abu, memang tinggal indekos di Samarinda. Rencananya dia akan menikah dengan kekasihnya, Ogok (25), bulan Februari depan. "Kita ini sudah kenal baik dengan pacarnya itu," ungkap Abu.
Diterangkan Abu, pascakejadian Mira tewas, dia dan orangtuanya Mira, tidak pernah lagi bertemu Ogok. Keluarga meminta Ogok dimintai keterangan polisi, lantaran diduga kuat Ogok bersama Mira sebelum perempuan tersebut meregang nyawa.
"Kita, keluarga minta dilanjutkan (penyelidikan polisi). Biar autopsi tidak masalah," sebutnya.
Berbekal foto-foto mendiang Mira, lengkap dengan memar di punggungnya, Abu meninggalkan Mapolsekta Samarinda sekira pukul 13.15 Wita siang tadi. Kedepan, dia berencana untuk kembali lagi menanyakan kelanjutan kasus kematian Mira.
"Nanti saya akan kembali lagi ke sini," demikian Abu.
Sementara, Kapolsekta Samarinda Utara Kompol Ervin Suryatna mengatakan, kasus itu dalam penyelidikan, dan tidak menutup kemungkinan makam Mira dibongkar untuk autopsi.
"Kita lihat dulu, apakah memang ada indikasi dia meninggal karena dugaan tindak pidana orang lain," kata Ervin.
Diketahui, jasad Mira, ditemukan tergeletak di salah satu ruang tamu rumah kontrakan warga, Selasa (9/1) pagi lalu, di Jalan Kertak Hanyar, Loa Bakung. Rumah itu, diketahui rumah rekannya. Sebelumnya, warga melihat Mira diantar oleh pria bermobil, yang diketahui adalah pacarnya sendiri. Saat ditemukan, tidak terlihat tanda kekerasan pada fisik jasad Mira.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam tausiahnya, UAH menyampaikan kisah seorang kakek yang merawat musala di sebuah desa.
Baca SelengkapnyaKisah karomah Kiai Abbas Buntet, doa dan keikhlasannya menyelamatkan nyawa seorang santri.
Baca SelengkapnyaDiduga orangtuanya melakukan penganiayaan hingga tewas terhadap anaknya inisial AF (3)
Baca SelengkapnyaBanyak ditemukan luka pada tubuh mayat yang ditemukan tergeletak itu.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi di kebun kemiri, Desa Sada Ate, Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara.
Baca SelengkapnyaSejumlah barang bukti diamankan dari pelaku yang diduga melakukan penganiayaan terhadap keponakannya
Baca SelengkapnyaKepolisian mengidentifikasi mayat tersebut dengan memindai sidik jarinnya menggunakan Mambis (pendeteksi sidik jari).
Baca SelengkapnyaKisah lansia 80 tahun rela berjualan kerupuk demi hidupi anak ODGJ ramai disorot warganet. Begini informasinya.
Baca SelengkapnyaKorban dan pelaku sempat cekcok beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaH mengaku kondisi tubuh anaknya penuh dengan luka lebam.
Baca SelengkapnyaSeorang haji backpaker cerita saat ia tidur di Muzdalifah dengan menggunakan alas kardus.
Baca SelengkapnyaApi yang awalnya dinyalakan untuk membakar daun bambu kering, tiba-tiba menyebar dengan cepat dan melahap ranting-ranting di sekitarnya.
Baca Selengkapnya