Kisah kemiskinan ibu yang terpaksa tinggal anak baru dilahirkan di RS
Merdeka.com - Kisah Emi Rabiatul, ibu yang meninggalkan bayinya sendiri di RS Samarinda Medika Citra (SMC) usai dia lahirkan dari rahimnya, memprihatinkan. Hanya gara-gara tidak punya ongkos angkot, dia tak bisa menjemput dan bawa pulang bayinya untuk dia besarkan.
Merdeka.com menyambangi kediamannya, di kawasan Jalan Otto Iskandardinata, Sungai Dama, Samarinda Ilir, sekitar pukul 17.45 Wita. Kondisi rumah yang ditinggali Emi, sangat tidak layak.
Menggambarkan potret kemiskinan masyarakat perkotaan, rumah sewaan itu terlihat berisiko ambruk apabila disapu angin kencang.
-
Bagaimana kondisi rumah di permukiman terbengkalai? Rata-rata, rumah di permukiman padat tersebut masih berbentuk utuh, dan tak jauh dari pinggir jalan.Semakin dalam masuk ke dalam gang, beberapa rumah yang awalnya masih layak ditinggali, perlahan-lahan berganti menjadi rumah yang tampak rusak karena tidak terurus lama.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Siapa yang terdampak dari broken home? Dampak dari broken home dapat terasa pada anggota keluarga, terutama anak-anak.
-
Siapa yang melahirkan bayi? Hari ini, Rabu (31/7), Tengku Dewi Putri telah melahirkan bayi kedua berjenis kelamin perempuan di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan.
-
Dimana wanita tersebut melahirkan? Dia mencari bantuan untuk masalah medis yang dialaminya 18 tahun lalu saat melahirkan di rumah sakit.
Asmi Juaning, berusia sekitar 50 tahun bersedia berbincang tentang kehidupan memprihatinkan dia bersama anaknya, Emi Rabiatul, dan cucu-cucunya.
"Saya tinggal di sini menyewa Rp 200 ribu sebulan. Sudah tinggal 40 tahun saya di sini," kata Asmi, mengawali perbincangan petang ini, di bawah lampu penerangan.
Rumahnya yang reot itu, dihuni 11 orang termasuk Asmi sendiri, anak dan cucunya. Tetesan air rembes saat hujan, papan kayu yang jabuk, plafon rusak bertutup terpal, jadi santapan dia sehari-hari, di rumah yang dia tinggali.
"Kalau makan, kadang-kadang hanya nasi dan garam," ujar dia, sambil didampingi putrinya, Emi Rabiatul.
Dia pun bercerita tentang kehamilan dan kelahiran cucunya, 28 Desember 2017 lalu. Saat itu, awal kelahiran, dibantu oleh seorang dukun bersalin. "Kita ke dukun karena tidak ada biaya. Tapi karena dukun ternyata tidak sanggup, jadi diteruskan ke SMC (RS SMC)," cerita Asmi.
Belakangan, bukan biaya bersalin cucunya yang jadi masalah lantaran sudah ditanggung BPJS kesehatan, melainkan biaya bayi Emi yang jadi beban pikiran. Akhirnya, Emi pun meninggalkan bayinya pulang ke rumah.
"Kalau suami anak saya (Emi Rabiatul) jadi tukang goreng kerupuk. Jadi ini mau jemput cucu saya, kami ini tidak punya duit taksi (angkot) ke rumah sakit," terang Asmi.
"Rumah sakit memang tidak minta apa-apa. Tetapi kami kan kalau ke sana (RS SMC) perlu biaya transport, beli pampers," ungkap Asmi.
Hidup Asmi dan anak beserta cucunya semakin memprihatinkan, lantaran suaminya meninggalkan dia sepekan yang lalu. "Suami saya meninggal semingguan yang lalu. Jadilah kami seperti ini (hidup memprihatinkan)," demikian Asmi.
"Saat kami datang ini, ternyata memang kendalanya soal ekonomi. Kondisi rumahnya sangat tidak layak, makan pun terbatas. Kita segera koordinasikan dengan pemerintahan setempat, agar segera dapatkan bantuan, "kata petugas Dinas Sosial Kota Samarinda, Syarifah Halimatussadiah, dalam kesempatan itu.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebetulnya ada wacana warganya akan di relokasi ke sebuah rusun yang nantinya bakal disiapkan oleh Pemprov.
Baca SelengkapnyaKhadijah baru saja melahirkan ketika gempa mengguncang Maroko pada Jumat.
Baca SelengkapnyaDalam surat tertulis bagaimana cara merawat sang bayi dan kebiasaannya.
Baca SelengkapnyaMantan model majalah dewasa kini hidup sebatang kara, tinggal di rumah terbengkalai tanpa listrik dan air bersih.
Baca SelengkapnyaYadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita diketahui hidup di sebuah bangunan yang memilukan.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaBuruh migran ini sedih sekaligus bahagia dalam satu waktu. Usai dideportasi dari Malaysia, ia justru dikarunia seorang bayi lucu dalam perjalanan pulang
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaViral karena Jadi Pemulung Cilik, Begini Kondisi Rumah Risna yang Jauh dari Kata Layak
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan masyarakat di desa pedalaman di Cianjur, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaPerumahan tersebut sangat tidak terurus. Mayoritas bangunan rumah-rumah itu hancur karena tidak berpenghuni.
Baca Selengkapnya