Kisah Soeharto dan Tapos, upaya memandiri suplai daging sapi
Merdeka.com - Kasus suap impor daging sapi terus menggelinding. Mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq pun ikut terseret dalam kasus yang merugikan negara puluhan miliar rupiah ini.
Saat harga daging melambung tinggi hingga Rp 90 ribu per kilogram, Kementerian Pertanian malah membuka peluang untuk impor daging sapi, daripada memproduksi sendiri atau swasembada pangan. Bahkan, impor daging sapi ini akhirnya menjerat mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq serta rekan Luthfi, Ahmad Fathanah.
Luthfi Hasan Ishaaq mengatur pertemuan di Angus Steak House di Chase Plaza, Jakarta, dan Hotel Arya Duta di Medan Sumatera Utara. Dia mengatakan pertemuan itu dilakukan untuk mencari solusi atas kelangkaan daging sapi di pasaran.
-
Siapa yang memulai usaha ternak sapi? 'Peternakan ini saya buka karena beberapa tetangga datang minta pekerjaan ke saya. Sapi mereka mati kena wabah PMK. Akhirnya saya mencoba buka peternakan sapi karena kemampuan mereka di bidang tersebut,' ungkap Rofik, dikutip dari YouTube PecahTelur.
-
Apa yang dipelajari Soeharto di PETA? Satu di antara para pemuda itu adalah Soeharto. Mantan Sersan Koninklijk Nederland Indische Leger (KNIL), yang merahasiakan identitasnya. Di masa penjajahan Jepang, Soeharto bekerja sebagai polisi.
-
Bagaimana cara Presiden Soeharto membangun Industri Otomotif? Dengan kebijakan pro pada modal asing, Presiden Soeharto memilih industri otomotif sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi nasional.
-
Makanan kesukaan Soeharto? Wader atau ikan teri memang makanan kesukaan Soeharto.
-
Mengapa Peternakan Padang Mangateh dibangun? Awalnya, fokus dari peternakan ini untuk hewan jenis kuda. Sampai tahun 1936, pun turut mengembangkan sapi Zebu dari Benggala, India.
-
Apa pekerjaan Soeharto sebelum jadi tentara? Dia kemudian mengadu nasib ke Wuryantoro dan diterima bekerja menjadi pembantu klerek di sebuah Bank Desa atau Volks-Bank.
Pertemuan pertama di Angus Steak House, Chase Plaza, Jakarta, pada 28 Desember 2012. Sementara pertemuan kedua di Hotel Arya Duta di Medan, pada 11 Januari lalu, juga atas inisiatif Luthfi.
"Dalam pertemuan pertama, saya berbicara dengan Elizabeth dan dia memaparkan soal data dan langkah buat mengatasi kelangkaan daging sapi," kata Luthfi saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Jumat (17/5) kemarin.
Kemudian, Ahmad Fathanah berperan sebagai makelar proyek atau kurir yang menerima uang dari PT Indoguna Utama, untuk selanjutnya diberikan ke Luthfi.
Saat ini, Kementerian Perindustrian sudah memberikan usulan kepada Kementerian Pertanian untuk memenuhi kuota impor daging sebesar 8.500 ton hingga akhir tahun. Hal ini, seperti yang dikutip dari situs kemenperin.go.id.
"Industri pengolahan daging yang tergabung dalam Nampa membutuhkan 7.000 ton daging impor. Sedangkan 750 ton daging impor diperuntukkan bagi anggota Asosiasi Distributor Daging Indonesia dan 750 ton bagi produsen pengolahan sosis dan bakso," kata Direktur Industri Makanan Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Faiz Ahmad, Senin (3/9).
Pemerintah akan memberikan tambahan kuota impor daging sapi untuk industri pengolahan daging sebanyak 7.000 ton hingga akhir tahun ini. Kuota impor daging sapi pada tahun ini sekitar 34.000 ton yang dibagi ke semester I sebanyak 20.400 ton dan semester II 13.600 ton. Namun, pemerintah menggeser kuota impor semester II ke semester I sebanyak 5.600 ton sehingga kuota pada semester II hanya tersisa 8.300 ton.
Pada zaman orde baru atau tepatnya kepemimpinan Soeharto, justru terjadi swasemba daging sapi dengan jalan ternak sapi untuk mengatasi kelangkaan daging sapi. Sekitar Tahun 1971 presiden yang berkuasa 32 Tahun ini meresmikan Peternakan Sapi Tapos, yang terletak di Bogor, Jawa Barat.
Peternakan Tapos ditargetkan sebagai tempat pembibitan sapi yang hasilnya dapat didistribusikan ke daerah-daerah. Lokasi peternakan Sapi Tapos terletak di Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi dan di Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Bogor yang dimiliki oleh PT Rejosari Bumi.
Pada saat itu, Soeharto mendirikan Tapos untuk membangun peternakan yang mandiri, dalam rangka membantu pemerintah dalam pengembangan ternak besar. Di areal ini dikembangbiakkan sapi potong dan sapi perah, mulai dari pembibitan hingga penggemukan sapi, dengan teknologi modern untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri sekaligus meningkatkan kualitas, pengembangan teknologi dan SDM.
Pengamat peternakan dari Asosiasi Ekonomi dan Politik Khudori tidak setuju jika solusi di pemerintahan era kepemimpinan Soeharto dengan program Tapos atau sebagai tempat pembibitan sapi yang hasilnya dapat didistribusikan ke daerah-daerah. Pasalnya, itu hanya bertahan tidak lama.
"Dikatakan lewat Tapos bukan suatu cara yang benar. Memang, tahun 70-an kita pernah menjadi eksportir daging sapi dan kerbau. Tapos gak lah itu belakangan," kata Khudori saat dihubungi merdeka.com. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria ini merupakan penduduk asli desa Balingasal, Kebumen, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaSoeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian.
Baca SelengkapnyaSetiap bulan, dia menyisihkan gaji yang ia dapat untuk membeli seekor sapi. Hal itu terus dia lakukan hingga usia 18 tahun.
Baca SelengkapnyaBisnis ini berawal dari hobinya suka memelihara kambing.
Baca SelengkapnyaSoeharto menceritakan kisah hidupnya sebagai guru SD sekaligus bertani.
Baca SelengkapnyaPresiden Prabowo Subianto secara konsisten menyuarakan agar Indonesia bisa swasembada pangan, meski dalam realisasinya hal itu sulit.
Baca SelengkapnyaSoeharto menjadi lulus terbaik pendidikan polisi. Kalau sekadar baris berbaris, dia sudah mahir lantaran pernah mengikuti pendidikan tentara Belanda.
Baca SelengkapnyaPria ini adalah salah satu legenda bisnis di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSeorang pengusaha sapi asal Madura, Hayatun sukses mempunyai rumah mewah dan mobil, ia meraup keuntungan ratusan juta perbulan.
Baca SelengkapnyaSobirin yang masih awam dan belum tahu betul karakter puyuh kembali menelan kegagalan karena 1.000 ekor puyuh yang baru dibelinya mati.
Baca SelengkapnyaPresiden ke Dua Indonesia, Soeharto memanggil Kepala Bulog saat itu, Bustanil Arifin ke Bina Graha bahas stok beras.
Baca SelengkapnyaRofik sengaja membuka bisnis peternakan untuk membantu perekonomian para warga sekitar.
Baca Selengkapnya