Kisah tato dan penembakan misterius
Merdeka.com - Tato memiliki sejumlah makna di masyarakat. Sebagian kalangan menilai tato sebagai sebuah seni keindahan, sementara sebagian lagi menilai miring orang yang memiliki tato di tubuhnya.
Selain ditemui pada orang umum, tato juga biasa ditemui pada orang-orang yang hidupnya dekat dengan aksi kejahatan, sebut saja preman. Dulu, para residivis yang keluar masuk penjara kerap mentato tubuhnya. Itu yang membuat tato identik dengan premanisme.
Tato digunakan untuk menunjukkan keberanian dan kejantanannya sebagai jagoan. Selain itu, mereka juga menggunakannya sebagai tanda identitas kelompoknya.
-
Apa yang dilakukan preman di tahun 1980an? Aksi premanisme, merampok, memalak, hingga kasus pelecehan seksual, selalu dikaitkan dengan Gali. Aksi mereka sudah sangat meresahkan masyarakat.
-
Apa yang dilakukan preman tersebut? Saat mengemudi, dia dikejutkan lantaran sang preman mengaku terserempet. Seketika, ada adu mulut terjadi. Bahkan, sang preman mengaku memiliki KTA Polri.
-
Siapa yang berhadapan dengan preman? Seorang wanita berhadapan dengan aksi preman di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.
-
Kapan kejadian penembakan terjadi? Tragedi itu terjadi di halaman parkiran Mapolres Solok Selatan pada Jumat (22/11) sekira pukul 00.15 WIB.
-
Mengapa preman itu menantang ke Polsek? Saat diajak, sang preman justru menantang. 'Diarahin papi ke Polsek Palmerah supaya masalah kelar,' imbuhnya. Bahkan, dia mengaku jika memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Polri.
-
Kapan kejadian penembakan itu? Benyamin, salah seorang Ketua RT di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara menjadi korban penembakan air softgun saat menggagalkan aksi pencurian sepeda motor, Senin (15/1).
Namun, memiliki tato pada era 1980-an merupakan hal yang cukup menakutkan. Saat itu, pemerintah Orde Baru tengah menggalakkan operasi pemberantasan kejahatan di berbagai wilayah di Indonesia. Operasi itu digelar karena masyarakat semakin resah atas ulah para preman yang semakin merajalela.
Penembakan misterius yang biasa dikenal dengan sebutan Petrus, terhadap orang yang diduga preman pun marak terjadi. Kebanyakan korbannya adalah orang yang memiliki tato di tubuhnya. Mereka ditemukan tewas di pinggir jalan, sawah dengan mengenaskan, salah satunya di Jalan Lembang mengarah Tangkuban Perahu.
Saat itu, warga sekitar kerap menemukan karung berisi mayat pria bertato yang tewas dengan cara ditembak atau dijerat di lehernya.
Mayat mereka umumnya ditemukan dengan luka tembak di kepala dan leher. Konon kabarnya, sepanjang 1983 hingga 1984, ribuan orang yang diduga preman tewas ditembak secara misterius di sejumlah wilayah Indonesia.
Penembakan terhadap para preman itu beberapa tahun kemudian menjadi tak lagi misterius. Saat itu Presiden Soeharto menyatakan tindakan keamanan itu terpaksa dilakukan karena aksi kejahatan semakin brutal dan meluas.
Pak Harto bahkan menyebut tindakan tegas dengan cara kekerasan harus dilakukan terhadap para penjahat sebagai sebuah treatment therapy. Benedict Anderson dalam bukunya Violence and the State in Suharto's Indonesia juga membahas serius tentang Petrus.
Meski sempat menimbulkan kecaman, tak sedikit masyarakat yang mendukung langkah pembasmian preman itu. Sebab, akibat operasi itu aksi premanisme relatif turun, salah satu contohnya di Bandung.
Sebelum penembakan terhadap para preman dilakukan, Terminal Kebon Kalapa, Bandung, dipenuhi preman bertato yang sehari-hari memalak sopir dan masyarakat. "Setelah penembakan gencar dilakukan, terminal itu bersih dari para preman," ujar Rusi (60) salah seorang warga Bandung.
Meski menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik, operasi itu ternyata cukup membuat gentar nyali para preman. Dalam kesaksiannya, Edi (55), mantan preman Pasar Ciroyom mengaku sangat ketakutan saat penembakan misterius marak terjadi.
Dia bahkan tak berani pulang ke rumahnya selama 1 tahun lamanya. Tak hanya itu, ia bahkan nekat menghapus tatonya dengan jalan menyeterika sejumlah bagian tubuhnya. "Setiap hari saya pakai baju lengan panjang supaya enggak kelihatan tatonya," kata dia.
Walau tergolong sadis, operasi pemberantasan preman itu cukup efektif menurunkan aksi premanisme saat itu. Bahkan, tak sedikit masyarakat yang mendukung langkah itu. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tahun 1980an, preman merajalela. Aparat Orde Baru punya satu penyelesaian: Penembak Misterius
Baca SelengkapnyaCara Soeharto menangani kriminalitas di Indonesia ini lantas mendapatkan kecaman dari publik.
Baca SelengkapnyaMengenal 'petrus' penembak misterius bagi orang yang dianggap sebagai penjahat di masa Orde Baru.
Baca SelengkapnyaAksi penyanderaan itu dilakukan setelah tersangka melukai dua orang dalam peristiwa penembakan di rumah sakit.
Baca SelengkapnyaMerangkum sejumlah tindak tak terpuji oknum TNI yang terjadi sejak Bulan Agustus hingga kini
Baca SelengkapnyaBukan hanya sekali, berikut deretan kasus polisi tembak polisi yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial aksi gerombolan pemotor diduga gangster menyerang pemotor lain di Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaUjang ditangkap masih mengenakan seragam lengkap. Dan dia menjadi TNI gadungan demi menipu wanita idaman.
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah diamankan, namun motif pelaku masih belum terungkap.
Baca SelengkapnyaPelaku membersihkan got tanpa adanya permintaan dari pengurus lingkungan setempat.
Baca SelengkapnyaSemasa hidupnya, ia dikenal sebagai penjahat kelas kakap
Baca SelengkapnyaSeorang pria tewas seusai terlibat perkelahian di Pasar Baru Bekasi, Jalan Ir H Juanda, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Rabu (27/12) pagi.
Baca Selengkapnya