Kisah Dicky Ambon, Preman Sadis dari Jogja yang Dibunuh Pasukan Kopassus di Penjara
Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai penjahat kelas kakap
Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai penjahat kelas kakap
Kisah Dicky Ambon, Preman Sadis dari Jogja yang Dibunuh Pasukan Kopassus di Penjara
Pada 23 Maret 2013, terjadi peristiwa penembakan di Lapas Cebongan. Saat itu, 17 orang tak dikenal menyerbu Lapas Cebongan. Kelompok itu berhasil masuk lapas setelah mengancam petugas lapas dengan senjata api.
Kelompok itu kemudian melakukan penembakan kepada empat orang tahanan yang terlibat dalam kasus penganiayaan anggota Kopassus hingga tewas di Hugo’s Café, Depok, Sleman. Salah satu dari tahanan yang tewas itu adalah Hendrik Benyamin Angel Sahetapi alias Dicky Ambon.
-
Apa yang dilakukan preman tersebut? Saat mengemudi, dia dikejutkan lantaran sang preman mengaku terserempet. Seketika, ada adu mulut terjadi. Bahkan, sang preman mengaku memiliki KTA Polri.
-
Dimana Diponegoro ditangkap? Raden Saleh meminta izin pemerintah Belanda untuk melakukan penelitian ke Magelang. Tempat penangkapan Diponegoro di kediaman Residen Kedu.
-
Siapa yang berhadapan dengan preman? Seorang wanita berhadapan dengan aksi preman di kawasan Palmerah, Jakarta Barat.
-
Bagaimana PKI berusaha membunuh Abah Anom? Mereka tidak langsung melakukan serangan, melainkan menyusup ke dalam lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya dengan menyamar sebagai santri.
-
Siapa yang dibunuh secara sadis? Hasil analisis menunjukkan, kedua mumi laki-laki ini mengalami kematian di tempat akibat tindakan kekerasan yang disengaja.
-
Apa yang dulu dikenal sebagai 'kampung preman'? Kampung Badran merupakan salah satu kampung padat penduduk di pusat kota Yogyakarta. Dulu kampung itu dikenal sebagai 'kampung preman'.
Semasa hidupnya, Dicky Ambon merupakan gembong preman di wilayah Yogyakarta. Ia merupakan salah satu preman yang dikenal sangat ganas di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak sekali aksi mengerikan yang ia lakukan.
Beberapa catatan kriminalnya antara lain tindakan asusila pada wanita, pencurian, perampokan, dan pembunuhan. Pada tahun 2002, ia terlibat aksi pengeroyokan pada salah satu pemuda kelompok suku lain yang menyebabkan tewasnya korban pada tahun 2002 di Jalan Solo, Yogyakarta. Karena peristiwa itu ia ditangkap dan dijebloskan ke penjara dengan masa tahanan 5 tahun.
Setelah keluar dari penjara, Dicky justru menjelma menjadi semacam ketua preman untuk pemuda-pemudi dari timur di Yogyakarta. Dilansir dari Historyofcirebon, wilayah kekuasaannya membentang di sepanjang Jalan Solo.
Pada 19 Agustus 2007, ia melakukan pemerkosaan terhadap seorang wanita. Saat itu korban dibohongi sudah ditunggu pacarnya di sebuah kafe. Korban menurut dan mau diajak pergi oleh Dicky. Namun di tengah jalan Dicky memerkosa wanita itu. Atas kasus tersebut Dicky mendapat hukuman 3,5 tahun penjara.
Setelah bebas dari penjara, nama Dicky justru lebih bersinar. Ia sudah dianggap sebagai penjahat kelas kakap. Tongkrongannya adalah diskotik dan bar besar di Yogyakarta.
Pada suatu hari, Dicky sedang ikut pesta di diskotik bersama teman satu gengnya, Yohanes Juan Mambait alias Juan, Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi, dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi.
Mereka terlibat keributan dengan seorang TNI yang juga anggota Kopassus bernama Sersan Kepala Heru Santosa yang kala itu sedang melakukan penyamaran.
Dalam keributan itu, Sersan Heru Santosa dikeroyok Dicky dan teman-temannya dan ditusuk menggunakan sebilah belati. Karena peristiwa ini, Dicky dijebloskan ke penjara, tepatnya di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta.
Bukannya menyesali perbuatannya, Dicky justru berbangga diri di dalam penjara dan merasa hebat karena telah membunuh seorang anggota Kopassus.
Kebanggaan Dicky telah membunuh anggota Kopassus kemudian berubah jadi kengerian. Pada Sabtu 23 Maret 2013 dini hari, segerombolan orang mensabotase Lapas Cebongan dan mencari Dicky dan kawan-kawannya.
Mereka memberondong Dicky dan kawan-kawannya dengan senjata hingga tewas. Setelah puas membunuh, segerombolan orang itu dengan tenang meninggalkan lapas untuk melarikan diri.
Berita ini sampai juga pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia murka atas peristiwa tersebut dan menganggap bahwa pembunuhan itu merupakan tindakan menentang dan melawan negara.
Tak terlalu lama setelah kemurkaan Presiden SBY, sebanyak 11 tentara dari Kopassus menyerahkan diri. Mereka mengaku bertanggung jawab atas kematian Dicky dan kawan-kawan di Lapas Cebongan.