Arkeolog Ungkap Mumi Pria Berusia 1207 Tahun Ini Meninggal Karena Pembunuhan Sadis
Arkeolog menjelaskan secara detail bagaimana pria ini dibunuh lebih dari 1200 tahun yang lalu.
Arkeolog Ungkap Mumi Pria Berusia 1207 Tahun Ini Meninggal Karena Pembunuhan Sadis
Penelitian kerangka dari zaman pra-Colombus menemukan bukti adanya trauma kekerasan pada 21 persen laki-laki. Saat ini sebagian besar penelitian sejenis ini berfokus pada tengkorak dan bagian dari kerangka lainnya, namun sumber yang berpotensi lebih kaya informasi adalah mumi dengan jaringan lunak yang diawetkan.
Sumber: Heritage Daily
Para peneliti dalam sebuah studi baru di Frontiers in Medicine menggunakan 3D computerized tomography (3D CT) untuk memeriksa tiga mumi dari Amerika Selatan pra-Colombus yang diawetkan sejak akhir abad ke-19 di berbagai museum Eropa.
"Di sini kami menunjukkan trauma mematikan pada dua dari tiga mumi Amerika Selatan yang kami selidiki dengan CT 3D. Jenis trauma yang kami temukan tidak akan terdeteksi jika sisa-sisa manusia ini hanyalah kerangka," kata Dr Andreas G Nerlich, profesor di Departemen Patologi Klinik Munich Bogenhausen di Jerman sekaligus penulis studi.
-
Siapa yang menemukan mumi di Peru? Penemuan ini disampaikan Krzysztof Makowski, kepala penelitian arkeologi di situs tersebut dan seorang arkeolog di Universitas Katolik Kepausan Peru, dalam sebuah unggahan di blog Archeowiesci, yang dikelola oleh Fakultas Arkeologi Universitas Warsawa.
-
Dimana mumi di Peru ditemukan? Situs arkeologi ini terletak di pinggiran kota Barranca, Peru, di bukit Cerro Colorado, Lembah Pativilca.
-
Di mana penemuan mumi di Peru terjadi? Penemuan ini terjadi di dekat Lima, di situs arkeologi Pachacamac, yang terkait dengan budaya Wari.
-
Siapa sosok mumi berusia 2.700 tahun? Seorang ahli antropologi mengungkap siapa sosok mumi berusia 2.700 tahun yang awalnya dikira berasal dari Mesir.
-
Apa penyebab kematian Mumi perempuan tersebut? Para peneliti menyimpulkan bahwa kepala bayi yang terperangkap di saluran lahir karena presentasi sungsang janin selama kelahiran adalah penyebab kematian gadis remaja tersebut.
-
Siapa yang memimpin penelitian mumi Peru? Dipimpin arkeolog Peru, Plinio Guillen Alarcon, serta anggota pendirinya, termasuk bioarkeolog Krakow Lukasz Majchrzak, proyek ini melibatkan mahasiswa dari Universitas Jagiellonian dan Universitas St. Mark di Lima.
Bersama para rekannya, Nerlich mempelajari mumi laki-laki dan mumi perempuan di Museum Anatomicum dari Universitas Phipipps Marburg, Jerman dan Museum Seni dan Sejarah Delemont, Swiss. Mumi tersebut telah terbentuk secara alami saat lingkungan kering seperti di gurun menyerap cairan dari tubuh yang membusuk lebih cepat daripada proses pembusukan pada umumnya, kondisi yang umum di zona Amerika Selatan.
Hasil analisis menunjukkan, kedua mumi laki-laki ini mengalami kematian di tempat akibat tindakan kekerasan yang disengaja.
Foto: A-M Begerock, R Loynes, OK Peschel, J Verano, R Bianucci, I Martinez Armijo, M González, AG Nerlich
Para peneliti menyimpulkan pada mumi Marburg, satu orang menyerang dengan pukulan keras ke kepala, sementara orang lain menikamnya di bagian punggung, saat korban berdiri atau jongkok. Terdapat kemungkinan bahwa penyerang pertama memukul kepala dan kemudian penyerang kedua menikam dari belakang.
Sementara pada mumi Delémont, ditemukan cedera serius pada tulang leher yang kemungkinan menjadi penyebab kematian. Pergeseran signifikan pada dua vertebra leher berakibat fatal dan mungkin menyebabkan kematian instan.
Hanya mumi perempuan yang meninggal karena alasan alami. Meskipun juga menunjukkan kerusakan parah pada kerangkanya, hal ini terjadi setelah kematian, mungkin terjadi selama proses penguburan dan tidak disengaja.
Mumi Marburg berasal dari budaya Arica di wilayah utara Chili. Dari kuburannya, dapat disimpulkan orang tersebut kemungkinan tinggal di komunitas nelayan. Mumi tersebut dimakamkan dalam posisi jongkok dengan kondisi gigi yang masih dalam keadaan baik meskipun tidak rata, merupakan ciri umum pada orang-orang pra-Columbus yang mengonsumsi jagung sebagai makanan utama.
Paru-parunya menunjukkan tanda-tanda kerusakan parah akibat tuberkulosis di masa lalu. Berdasarkan analisis tulangnya, diperkirakan mumi itu adalah seorang pemuda berusia antara 20 hingga 25 tahun dengan tinggi sekitar 172 sentimeter. Kematian terjadi antara tahun 996 dan 1147 M, sesuai dengan hasil penelitian radiokarbon.
Sedangkan, mumi Delémont kemungkinan berasal dari wilayah Arequipa di barat daya Peru. Hal ini disimpulkan dari temuan keramik di sekitar situs pemakamannya. Keduanya dimakamkan dengan posisi menghadap ke atas, hal yang jarang terjadi pada mumi dari dataran tinggi Amerika Selatan. Data radiokarbon menunjukkan bahwa pria tersebut meninggal antara tahun 902 dan 994 M. Sementara mumi wanita meninggal antara tahun 1224 dan 1282 M. Mereka mengenakan pakaian yang terbuat dari kain kapas, bulu llama atau alpaka, dan vizcacha, hewan pengerat yang berhubungan dengan chinchilla. Hasil pemeriksaan aorta dan arteri besar menunjukkan bahwa pria tersebut mengalami pengerasan arteri akibat aterosklerosis selama hidupnya.
Sumber: Heritage Daily