Lahir 25 Tahun Sebelum Indonesia Merdeka, Nenek Mutiroh Semangat Naik Haji Tahun Ini
Merdeka.com - Di balik sebuah rumah yang sangat sederhana di Kampung Kabandungan, Desa Pakalongan, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Mutiroh yang saat ini berusia 103 tahun, tinggal. Layaknya rumah-rumah pedesaan, ia tinggal di dalam bangunan berdinding kayu.
Mutiroh selama ini tinggal sendiri sejak suaminya meninggal di tahun 2017. Saat suaminya masih ada, ia tinggal dan tidur di rumah tersebut. Kini, rumah tersebut hanya ditinggal di siang hari, malamnya ia pindah ke rumah salah satu anaknya yang ada di kampung yang sama untuk tidur.
Mutiroh adalah salah satu calon jemaah haji yang akan berangkat tahun ini. Perempuan yang biasa dipanggil Mak Mut itu pun mengaku sangat semangat dan tidak sabar untuk bisa melaksanakan rukun Islam yang ke lima, meski usianya sudah sangat tidak muda lagi karena lahir 25 tahun sebelum Indonesia merdeka, 1920.
-
Siapa yang tinggal di rumah itu? Salah seorang penghuni bernama Rasya memiliki pengalaman tersendiri tinggal di rumah yang berdampingan dengan area kuburan.
-
Siapa yang tinggal di kolong rumah? 'Biasanya suara itu terdengar larut malam, dan kami mengira itu hanya hewan yang berada di kolong rumah,' ungkap Ricardo Silva, menantu pemilik rumah tersebut. 'Suara-suara itu mirip ketukan, seperti saat istri saya berjalan, dan terdengar seperti suara balasan dari bawah rumah, sehingga dia berkata, 'kamu tahu ada yang salah'.'
-
Siapa yang tinggal di rumah tersebut? Jadi Tempat Tinggal Bangunan ini dulunya menjadi tempat tinggal Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar selama kurang lebih 3 tahun lamanya.
-
Di mana rumah itu berada? Sebuah rumah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terbilang unik dan berbeda. Bangunan tempat tinggal itu berdiri di samping tempat pemakaman umum (TPU) Sirnaraga di wilayah tersebut.
-
Kenapa pria itu tinggal di kolong rumah? 'Ini adalah situasi yang aneh, tetapi mungkin bukan hal yang tidak biasa. Saat ini, orang-orang memang mencari tempat berlindung.'
-
Dimana rumah tersebut berada? Kediaman yang terletak di Bogor ini akan segera dijual, dan setelah penjualan, hasilnya akan dibagi rata 50% untuk masing-masing pihak.
Mutiroh bercerita bahwa sebelum berangkat tahun ini, ketika usianya lebih muda dari sekarang sudah berkeinginan untuk menyempurnakan rukun Islam. Keinginan itu pun akhirnya bisa dimulai dengan memantapkan diri bersama suaminya 10 tahun lalu untuk berangkat ke Tanah Suci.
Hasil pemantapan diri itu, di 2017 ia bersama suaminya mendaftar, atau lebih tepatnya membeli kursi haji. Hal tersebut dilakukan setelah menjual sawah dan kolam ikan.
Setelah mendaftar itu, rupanya suaminya meninggal dunia, dan uang pendaftarannya dikembalikan karena keluarganya memilih jatah haji tersebut tidak diwariskan. Jadinya, keberangkatan Mutiroh untuk ibadah haji tahun ini tanpa pendamping keluarga sama sekali.
Meski begitu, Mutiroh sama sekali tidak takut meski harus berangkat ke tempat yang selama ini hanya dibayangkan.
"Saya mah semangat, tidak takut, karena ke Makkah (ibadah haji) adalah cita-cita saya sejak dulu," kata Mutiroh.
Mak Mut, seharusnya berangkat haji tahun 2021. Namun karena pandemi Covid-19, dia tidak bisa berangkat karena sejumlah aturan. Namun walau begitu ia termasuk orang yang beruntung karena daftar tunggunya tidak terlalu lama.
Mutiroh rencananya akan berangkat ke Tanah Suci 4 Juni 2023. Dia mengaku siap menyempurnakan rukun Islam dan menjalani pemeriksaan dan hasilnya, fisiknya dinyatakan kuat untuk beribadah haji.
"Sangat bahagia akhirnya bisa berangkat. Alhamdulillah Allah memberikan nikmat sehat dan bisa berangkat ke haji," ucapnya.
Mak Mut yang memilih tujuh anak, 20 cucu, dan 14 cicit ini mengaku sama sekali tidak khawatir selama ia melaksanakan ibadah haji. Ia meyakini ada petugas khusus dari Kementerian Agama yang membantunya selama beribadah di tanah suci.
Sementara itu, Suartika (44) anak keenam Mutiroh menyebut bahwa kedua orang tuanya sudah sangat ingin berangkat haji ketika usai mereka masih sangat muda. Namun takdir Allah yang kemudian menentukan ibunya baru bisa berangkat saat usianya 103.
"Tahun 2017 emak daftar sama bapa, pas itu usia emak 97 tahun. Di akhir 2017 bapa meninggal, tapi emak tetap semangat berangkat haji. Sebetulnya harusnya pergi pada 2021, namun terhalang pandemi Covid-19," beber Suartika.
Sejak dinyatakan sebagai salah satu jemaah yang berangkat haji tahun ini, Suartika menyebut bahwa ibunya memang sangat semangat. Hal itu dibuktikan dengan dihadirinya seluruh kegiatan bimbingan manasik haji.
Suartika mengungkapkan bahwa secara fisik ibunya masih sehar, berjalan pun masih normal. "Hanya penglihatan dan pendengaran yang terganggu karena faktor usia, tapi kami tetap mendukung, semoga di sana tetap sehat dan selamat sampai kembali lagi," ungkapnya.
Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya, Yayat Kardiyat mengatakan bahwa di tahun 2023 ada 1.514 calon haji yang akan berangkat. Dari jumlah tersebut, 20 persennya adalah warga yang berusia lanjut.
"Usia paling tua dari Kabupaten Tasikmalaya 103 tahun. Namun tentunya kami telah menyiapkan penanganan untuk para calhaj lansia agar dapat menjalani ibadah haji dengan lancar. Apalagi, tagline penyelenggaraan haji tahun ini bertema haji berkeadilan dan ramah lansia karena hampir 40 persen calhaj adalah lansia. Jadi sudah disiapkan pembimbing yang sudah terlatih dalam menangani lansia," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia sudah lama ingin daftar haji, tapi baru tercapai saat usianya 94 tahun.
Baca SelengkapnyaTak ada pilihan lain bagi Pak Kasimin selain tinggal di tengah hutan. Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya.
Baca SelengkapnyaTak banyak yang tahu, Mbah Harjo Mislan Jemaah haji tertua se-Indonesia pernah ikut perang melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaPotret rumah seorang pensiunan TNI AL yang ada di tengah hutan di Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaPria tua ini bukanlah orang sembarangan. Dia masih memiliki darah keturunan Kerajaan Majapahit. Pesan leluhurnya juga masih dipegang teguh. Bahkan kakek ini juga masih menjunjung tradisi ageman Jawa Kuno.
Baca SelengkapnyaBertahun-tahun, tak ada anggota keluarganya yang tahu bahwa nenek Ngatima akan pergi haji
Baca SelengkapnyaAda banyak cara bagi seseorang untuk hidup tenang dan bahagia. Misalnya saja seperti yang dilakukan oleh pasangan lansia di Kampung Curug.
Baca SelengkapnyaDi usianya yang tak lagi belia, dia terpaksa tinggal sebatang kara. Bahkan, tempat tinggalnya hanya berupa gubuk sederhana berdinding karung goni.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca SelengkapnyaAndre Taulany berkesempatan untuk melihat ke bagian dalam rumah Haji Bolot. Salah satu yang mencuri perhatian yakni potret dapurnya yang begitu sederhana.
Baca Selengkapnya