Marosok, cara orang Minang tawar menawar harga sapi lewat sarung
Merdeka.com - Sebuah pemandangan tak lazim akan anda jumpai saat menyinggahi perkampungan di beberapa daerah di ranah minang saat hari pakan atau hari pasar. Hari di mana pasar lebih ramai dari biasanya, atau hari di mana pasar dibuka, ketika kaki memutuskan terjebak di pasar ternak, pasar di mana sapi diperdagangkan. Biasanya, ada sekitar seratus pemilik ternak dengan jumlah hewan antara 150 hingga 200 ekor diperdagangkan di sana.
Jika terbiasa dengan hiruk pikuk pedagang yang biasa menawarkan harga dengan suara yang lantang, maka kesampingkan persoalan itu jika benar-benar terjebak di areal tersebut. Sebab transaksi yang terjadi antara satu pedagang dan satu pembeli dilakukan tanpa suara, mengandalkan isyarat tangan yang ditutup oleh sarung, handuk, baju, ataupun topi tanpa mengeluarkan suara. Hanya anggukan atau gelengan yang terlihat.
Jangan berspekulasi bahwa pedagang maupun pembeli penyandang bisu atau tuli, mereka normal. Namun inilah tradisi yang turun-temurun diberlakukan, meski zaman sudah mengenal telepon genggam. Tradisi ini dinamakan Marosok, sistem jual beli ternak sapi dengan menggunakan isyarat tangan.
-
Bagaimana cara tradisi nyedengin baju dilakukan? Saat dibawa, kain akan diukur dan dijadikan pakaian sesuai permintaan. Pelanggan bisa meminta dibuatkan kemeja, kaus sampai celana pendek dan panjang sesuai kebutuhan.
-
Apa itu Tradisi Ancakan? Tradisi Ancakan merupakan tradisi yang rutin diadakan masyarakat Demak pada malam Iduladha. Tradisi ini merupakan bentuk sedekah ahli waris kepada para peziarah atau masyarakat luas yang merupakan tradisi sebelum penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga.
-
Siapa yang memakai baju tradisional? Istri Kapolda Riau Tampil Elegan saat Hadiri Acara Penyematan Gelar di Balai Adat Melayu Riau Kompak menggunakan pakaian adat Melayu, penampilan Nindya tak kalah keren dari dekorasi balai adat yang mewah.
-
Apa tujuan dari tradisi nyedengin baju? Ini bertujuan agar baju lebaran nantinya cukup dan pas ketika dikenakan.
-
Dimana pakaian adat Pakpak digunakan? Pemakaian baju adat Pakpak kerap digunakan saat pesta-pesta simbolik seperti upacara adat. Tak hanya itu, pakaian ini juga lazim digunakan masyarakat saat kerja-kerja Njahat atau kerja Mbaik.
-
Dimana tradisi nyedengin baju biasanya dilakukan? Tradisi ini biasanya dilakukan di tukang jahit langganan, dengan membawa kain yang akan dijadikan pakaian.
Kegiatan Marosok sendiri berlangsung antara penjual dan pembeli seperti orang bersalam-salaman namun tangan mereka ditutup. Umumnya, sarung digunakan sebagai penutup tangan mereka, meski beberapa ada yang memakai peci ataupun baju. Hal terpenting, transaksi yang menggunakan jari jemari mereka tidak terlihat oleh pembeli ataupun pedagang yang berseliweran di sana.
Kegiatan ini memang bertujuan supaya harga ternak yang dibeli pembeli tidak diketahui oleh banyak orang. Persoalan harga menjadi rahasia antara pembeli dan penjual saja. Salah satu daerah yang masih menjaga cara berdagang sapi seperti ini bisa ditemui di pasar ternak Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Tontonan menarik ketika melihat tawar menawar yang berlangsung, di mana penjual dan pembeli saling menggenggam, memegang jari, menggoyang ke kiri dan ke kanan. Jika transaksi berhasil, setiap tangan saling melepaskan. Sebaliknya, jika harga belum cocok, tangan tetap menggenggam erat tangan yang lain seraya menawarkan harga baru yang bisa disepakati.
Dalam Marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan rupiah. Semisal, pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp 5,5 juta, maka dia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, lima jari yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp 10 juta dikurangi Rp 5 juta. Sedangkan untuk menunjukkan Rp 500 ribu, lima jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp 5,5 juta.
Jika pembeli ingin menawar seharga Rp 5,2 juta, maka dia cukup menggenggam dua jari dan menggoyangnya ke kiri. Kalau ingin ditambah Rp 50 ribu lagi, pemilik ternak akan memegang satu ruas jempol si pembeli sambil mematahkannya ke bawah, maka harga ternak itu menjadi Rp 5,25 juta.
Untuk membeli Sapi, berat sapi tak ditentukan dengan timbangan. Di pasar ternak ini, semua timbangan tak memiliki fungsi. Harga sapi hanya berdasarkan pengamatan, persoalan berat sapi dikesampingkan. Jika cocok, transaksi terjadi.
Tujuan Marosok sendiri adalah agar orang lain tak melihat proses transaksi tersebut. Dengan begitu, harga ternak hanya diketahui antara penjual dan pembeli. Setidaknya ini cara untuk 'menghargai' pedagang dan pembeli lain.
Tak ada yang tahu persis Marosok muncul, namun sejumlah pedagang ternak meyakini tradisi ini sudah dimulai sejak zaman raja-raja di Minangkabau dan diterima secara turun temurun. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada sistem jual beli hewan ternak orang Minang cukup unik karena tradisi ini sering kali membuat orang yang menyaksikan menjadi penasaran.
Baca SelengkapnyaDalam tradisi Lingga-Riau, kain ini juga menjadi makna simbolis dari norma kesopanan dan kesantunan dalam berpakaian.
Baca SelengkapnyaKerajinan kain tradisional yang satu ini tak hanya sarat dengan makna, melainkan juga menjadi identitas dari masyarakat Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaSebuah kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh Kerajaan Adat Marusu sebagai simbol bahwa musim tanam di Kabupaten Maros akan segera tiba.
Baca SelengkapnyaPakaian adat dari Pakpak penuh dengan simbol dan tanda keagungan.
Baca SelengkapnyaBeberapa pasar unik di Indonesia menarik untuk dikunjungi.
Baca SelengkapnyaTradisi tersebut diwariskan secara turun temurun oleh warga setempat
Baca SelengkapnyaTradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.
Baca SelengkapnyaSibelik Sumpah, sebuah aksesoris tradisional khas masyarakat Orang Rimbo atau Suku Anak Dalam penuh nilai spiritual.
Baca SelengkapnyaDari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaAda satu aturan atau sumpah yang harus dipatuhi oleh masyarakat yaitu kepandaian bertenun hanya boleh diwariskan kepada anak cucu.
Baca SelengkapnyaBaju kurung tanggung ini masih kental dengan nuansa Melayu. Pasalnya populasi masyarakat Melayu di Jambi memang cukup tinggi.
Baca Selengkapnya