Masuk jaringan ISIS, mahasiswi IAIN Tulungagung dideportasi dari Suriah
Merdeka.com - Seorang mahasiswi IAIN Tulungagung, Jawa Timur bersama dengan tujuh WNI lainnya dikabarkan dideportasi dari Suriah. Mereka yang menumpangi pesawat Turkish Airlines TK-056 tujuan Indonesia tersebut diduga terlibat ISIS.
Kapolres Tulungagung AKBP Rofik Sukendar, Minggu, mengkonfirmasi akurasi informasi yang beredar di media sosial tersebut.
"Iya memang betul. Tadi kami sudah cek ke satuan atas. Dan saat ini yang bersangkutan posisi masih di Jakarta dan masih dimintai keterangan oleh tim Densus 88 Anti-teror," kata Rofik Sukendar di Tulungagung, Minggu (27/5).
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Siapa yang diimbau TNI-Polri untuk menjaga keamanan? Mereka mengimbau agar warga berpartisipasi aktif dalam kegiatan siskamling.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Kenapa Imigrasi Denpasar perkuat pengawasan? Kasus-kasus viral itu diakui memicu kinerja mereka dalam melakukan pengawasan dan penindakan WNA di wilayah Imigrasi Denpasar yang meliputi 5 kabupaten (Gianyar, Klungkung, Tabanan, Bangli, Badung Utara) ditambah Kota Denpasar.
-
Apa yang disampaikan Kapolda Jateng kepada warga Sukolilo? 'Mulai sekarang di wilayah Sukolilo jangan takut Polisi, silahkan berbondong bondong ke kantor Polisi untuk menyelesaikan masalah apapun ' 'Saya tidak ingin lagi kalau di sini (wilayah Sukolilo, Pati) dicap tidak baik, karena di Sukolilo masih banyak masyarakat yang taat hukum. Masih banyak masyarakat yang baik namun proses hukum tetap ditegakkan kepada oknum masyarakat yang melanggar hukum,' tambahnya.
-
Bagaimana Densus 88 mengantisipasi ancaman teroris? 'Kita akan lanjutkan penyelidikan dan penyidikan untuk menjawab salah satunya pertanyaan seperti tadi,' ucap dia.
Informasi dihimpun seperti diberitakan Antara, mahasiswi inisial IM (24) bungsu dari dua bersaudara pasangan R (47) dan M (50) warga Desa Dukuh, Kecamatan Gondang.
Sedangkan, tujuh orang yang turut dideportasi bersama IM yakni, FL (43), NK (3), H (12), HA (9), AJ (21), WND (33) dan QAM (23).
Kini, kedelapan orang tersebut tengah diperiksa tim Densus 88 di Rutan Bambu Apus, Jakarta Timur.
"Sudah barang tentu kami dari satuan wilayah akan memonitor terus dan bekerjasama dengan satuan atas agar bisa terus mengawasi, memantau dan menginformasikan kepada masyarakat bahwa situasi terkait adanya warga Tulungagung yang dideportasi, masih dalam kondisi terkendali," kata Rofik Sukendar memastikan.
Ia juga mengimbau masyarakat tidak panik ataupun resah. Rofik meminta warga tetap waspada dan lapor aparat jika melihat gelagat mencurigakan.
"Jangan bertindak sendiri. Tetap berkoordinasi, percayakan keamanan kepada kami," ujarnya.
Sementara itu, Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IAIN Tulungagung, M Abdul Aziz mengakui kebenaran kabar yang menyebut salah satu mahasiswinya terlibat ISIS.
"Saudari IN ini memang pernah kuliah di sini. Di IAIN Tulungagung. Namun menurut catatan akademik, yang bersangkutan sudah setahun ini tidak aktif tanpa memberi keterangan," kata Abdul.
Namun, tanpa keterangan, IN sudah tidak aktif sejak semester 6.
Pihak keluarga, yakni kedua orang tuanya enggan dimintai keterangan. Kendati menerima kedatangan para wartawan, R dan M enggan diwawancarai secara terbuka.
"Saya juga sudah mendengar kabar tersebut," kata R.
Menurut dia, pasca munculnya kabar tersebut beberapa kali ada aparat yang menyambangi kediamannya.
Bahkan sebelum kedatangan beberapa awak media, ada personel dari Polres Tulungagung yang berkunjung.
Sedangkan sehari sebelumnya juga ada dari Koramil dan Polsek Gondang.
"Maaf, selebihnya silakan ditanyakan ke aparat bersangkutan," katanya.
R dan M mengakui masih tertekan dengan perkembangan yang terjadi.
Wajah keduanya datar, tatapan terkadang kosong.
"Masih kaget dan tidak percaya karena tiba-tiba banyak petugas yang datang dan melakukan penggeledahan," tutur M dengan mata sembab.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belasan pengungsi tersebut kabur dengan cara merusak pagar jaring besi.
Baca SelengkapnyaKeberlanjutan pembinaan resmi dari Pemerintah inilah yang akan memperkuat komitmen mantan anggota JI.
Baca SelengkapnyaPemerintah akan mempelajari mengapa para pengungsi bisa berakhir di Indonesia yang semula bukan negara tujuan atau transit.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 warga Poso yang merupakan mantan simpatisan jaringan teroris mengucapkan ikrar setia kepada NKRI di Mapolres Poso, Kamis (13/6).
Baca SelengkapnyaPencari suaka itu dibawa ke gedung Direktorat Jenderal Imigrasi untuk didata.
Baca SelengkapnyaTiga narapidana terorisme (napiter) mengucapkan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca SelengkapnyaKedua terduga teroris itu berinisial RJ dan AM. Petugas melakukan penangkapan pada Selasa, 6 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaMomen Haru Eks Napi Teroris Bebas Bersyarat, Ikrarkan Janji Kembali ke 'Pangkuan Ibu Pertiwi'
Baca SelengkapnyaSebanyak 101 pencari suaka asal Afghanistan, Irak dan Pakistan masih bertahan di gedung tersebut.
Baca SelengkapnyaTersangka diduga turut menyebarkan propaganda kelompok teroris ISIS di media sosial.
Baca SelengkapnyaCak Imin menilai, kedatangan pengungsi dari kelompok etnis Rohingya ke Indonesia khususnya di Aceh disetop.
Baca SelengkapnyaKasus pegawai KAI ini menjadi sorotan Densus 88 karena meski ISIS bubar, tapi pendukungnya masih ada
Baca Selengkapnya