Memperbaiki Sarana dan Prasarana Pendidikan, Meningkatkan Mutu Peserta Didik
Merdeka.com - Perbaikan sarana dan prasarana pendidikan menjadi atensi PemerintahDaerah Provinsi (Pemdaprov) Jawa Barat (Jabar) di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan Standar Sarana dan Prasarana sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Prov. Jabar Dewi Sartika, problem krusial Pemdaprov Jabar terkait sarana dan prasarana adalah keterbatasan lahan sekolah untuk penambahan Ruang Kelas Baru (RKB), khususnya di daerah perkotaan.
"Yang berakibat tidak dapat terpenuhinya jumlah rombongan belajar (rombel) dan ruang belajar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Maka itu, kami terus berupaya memperbaiki sarana prasarana SMA, SMK, maupun SLB di Jabar," kata Dewi.
-
Bagaimana SDN Ambon mengatasi kekurangan bangku? Walau demikian, pihak sekolah mengupayakan agar para siswa yang tak memiliki bangku ini bisa tetap mendapat mata pelajaran yang maksimal.
-
Apa solusi yang ditawarkan Dinas Pendidikan Palembang? Ansori mengaku akan mempertimbangkan usulan pembagian siswa dari sekolah dengan pendaftar berlebih. Tujuannya untuk mengisi banyaknya bangku kosong di sekolah itu.
-
Apa masalah di SDN Ambon? Puluhan siswa di sana terpaksa melakukan kegiatan belajar mengajar di lantai karena tak ada meja dan kursi.
-
Kenapa Pramono Anung prihatin dengan kondisi SLB di Jakarta Utara? Menjawab keluhan itu, Pramono mengatakan segera untuk membangun SLB, ia merasa prihatin dan meminta untuk jadi perhatian kepada anggota DPRD Jakarta dari fraksi PDI-P.'Tentunya yang seperti ini harus diusulkan, tidak mungkin, tidak ada yang menangani. Kalau tidak kasian sekali yang memang masyarakat, rakyat yang membutuhkan tetapi sama sekali tidak mendapatkan,' jelasnya.
-
Mengapa Banyuwangi membuat sekolah inklusif untuk para penyandang disabilitas? Bupati Ipuk Fiestiandani menjelaskan sejak 2013 Banyuwangi telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas.
-
Bagaimana Banyuwangi mendukung pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus? 'Dengan demikian, layanan dan pembelajaran yang diterapkan para GPK betul-betul tepat sesuai kondisi anak didik berkebutuhan khusus-nya. Harapannya ini bisa memaksimalkan prestasi mereka,' kata Ipuk.
Dewi mengatakan, ada dua sumber anggaran guna meningkatkan standar sarana dan prasarana, yakni Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN. Dua sumber anggaran tersebut dialokasikan supaya sarana dan prasarana pendidikan di Jabarmeningkat.
"Kami juga fokus menambah dan memperbaiki fasilitas praktik SMK se-Jabar. Jangan sampai ketersediaan fasilitas praktik di SMK terkendala. Karena jika fasilitas praktik di SMK minim atau kurang, proses pembelajaran akan terganggu," ucapnya.
Selama 2019, Disdik Jabar merehabilitasi ruang kelas atau belajar sebanyak 488 ruangan di 123 sekolah. Lalu, 16 ruangan guru di 16 sekolah direhabilitasi. Disdik Jabar pun membangun 298 RKB di 137 sekolah dan 177 Laboratorium IPA di 138 sekolah. Kemudian, 295 toilet barudibangun di 141 sekolah.
Selain pembangun, Disdik Jabar mengalokasikan DAK APBN untuk pengadaan Alat Peraga Pendidikan di 149 sekolah dan pengadaan Alat Kesenian Tradisional di 34 sekolah.
Sementara itu, Disdik Jabar mengalokasikan APBD untuk pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) dilakukan di 6 sekolah, pembangunan RKB di 4 SMA Negeri, pembangunan rehabilitasi di 2 SMA Negeri, pembangunan pagar di 15 SMA Negeri, pengadaan komputer di 27 SMA Negeri, dan pengadaan Meubeullair di 39 SMA Negeri.
Kemudian, pengadaan Mobile Interaktif Pendukung Kelas Digital di 73 sekolah, pengadaan perangkat Monitoring Kelas dan Presensi Terintegrasi di 150 sekolah, dan pemantapan lahan di 1 sekolah.
Dewi menyatakan, pihaknya optimistis sarana dan prasarana pendidikan di seluruh Jabar terus meningkat dan dapat memenuhi SNP yang telah ditetapkan. "Perbaikan sarana dan prasarana akan terus dilakukan. Selain memenuhi SNP, perbaikan sarana dan prasarana dapat meningkatkan mutu peserta didik," katanya. (mdk/paw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa sekolah kekurangan siswa. Namun kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.
Baca SelengkapnyaTidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Baca SelengkapnyaTahun ini, jumlah lulusan SD di Depok sebanyak 34.000 siswa. Namun daya tampung SMPN di Depok hanya untuk 9.000 siswa saja.
Baca SelengkapnyaProgram ini membantu sekolah-sekolah di pedalaman dan perbatasan, dengan cara memperbaiki sarana prasarana fisik secara menyeluruh.
Baca SelengkapnyaKarena kekurangan ruangan kelas sehingga harus digunakan bangunan yang tidak layak tersebut
Baca SelengkapnyaKondisi seperti ini sudah terjadi sejak 2014, karena kursi dan meja sudah rapuh.
Baca SelengkapnyaBantuan renovasi diberikan dalam bentuk perbaikan bangunan dan sarana prasarana sekolah yang rusak.
Baca SelengkapnyaJalur zonasi ini pertama kali diimplementasikan tahun 2017 pada masa kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy.
Baca SelengkapnyaDinas Pendidikan Depok mencarikan sekolah agar 51 siswa itu dapat diterima di sekolah swasta.
Baca SelengkapnyaKondisi bangunan bekas WC itu tak layak pakai. Jauh dari standar sekolah seperti biasanya.
Baca SelengkapnyaPT Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkomitmen mendukung upaya pemerintah mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaWarga sebelumnya menggelar aksi solidaritas karena banyak siswa dari keluarga miskin tidak diterima SMA Negeri 4 Depok.
Baca Selengkapnya