MUI bakal gelar Ijtima Ulama, salah satunya bahas fatwa politisasi agama
Merdeka.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Ijtima' Ulama pada 7-10 Mei 2018 di Pondok Pesantren Al-Falah Banjar Baru, Kalimantan Selatan. Dalam agenda ini akan dibahas berbagai persoalan, salah satunya ialah fatwa terkait politisasi agama.
"Itu kita akan (bahas) menyangkut soal politisasi agama. Seberapa jauh boleh apa tidak agama dijadikan alat politik. Ini nanti akan menarik. Itu akan menjadi bahan karena ramai sekali. Nanti akan kita keluarkan fatwa MUI," kata Ketua MUI, KH Ma'ruf Amin saat jumpa pers di Gedung MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (30/4).
Menurut Ma'ruf, pembahasan politisasi agama ini bukan berarti politik harus dipisah dari agama. Berpolitik juga harus disertai dengan nilai agama sehingga para politisi tak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
-
Apa inti dari politik? Inti dari politik adalah manusia dan tatanan hidupnya.
-
Apa tujuan utama dari politik? Politik merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sebagai suatu sistem yang mengatur cara-cara pengambilan keputusan dan pembagian sumber daya, politik memainkan peran sentral dalam membentuk struktur masyarakat dan pemerintahan.
-
Apa peran negara dalam membangun kemaslahatan umat menurut MUI? Dalam forum tersebut, KH Marsudi Syuhud menyebut bahwa negara melalui berbagai aturan yang dibuatnya berperan dalam membangun kemaslahatan umat.
-
Bagaimana MUI menilai pentingnya aturan dalam mengelola kekayaan negara? “Negara adalah aturan-aturan. Semua ada aturan-aturannya, seperti konstitusi, undang-undang, perpres, peraturan menteri dan lainnya. Kalau tidak ada aturan, maka kocar-kacir,“ ujar KH Marsudi Syuhud dalam diskusi tersebut, Sabtu (5/8/2023).
-
Mengapa aturan negara penting bagi MUI? Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud berbicara mengenai pentingnya aturan dalam sebuah negara untuk menjaga kemaslahatan umat.
-
Mengapa moral diabaikan di dunia politik? Penelitian mereka memperlihatkan sikap bermusuhan terhadap kelompok oposisi atau mereka yang pandangan politiknya berbeda menjadi faktor pendorong untuk mengabaikan moral ketika orang berada di ranah politik.
"Ada politik yang harus didasari oleh agama. Nanti kalau enggak ada agamanya, menghalalkan segala cara. Nanti akan kita posisikan. Tapi juga agama jangan dijadikan alat politik dalam arti sempit," jelasnya. Selain itu akan dibahas juga soal hukum politik uang.
Agenda dua tahunan MUI ini rencananya akan dihadiri Presiden Joko Widodo. Tujuannya untuk menghimpun para ulama di Indonesia dalam rangka membahas berbagai masalah keagamaan yang menyangkut masalah-masalah kebangsaan, dilihat dari perspektif agama.
Selain politisasi agama, Ma'ruf menyampaikan pihaknya juga akan membahas soal penguatan kerukunan bangsa. Hal ini penting karena MUI melihat ada kelonggaran ikatan persaudaraan (ukhuwah) Islamiyah, ikatan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah) dan ikatan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah).
"Ini akan kita bahas namanya prinsip-prinsip kesatuan yang namanya pilar kebangsaan Indonesia. Yang menyangkut juga pemberdayaan ekonomi umat, kemudian hubungan agama dan politik, politisasi agama ini ramai dibicarakan orang. Kemudian hak kepemilikan lahan, seharusnya seperti apa distribusi lahan itu, nanti akan kita bahas di sana," paparnya.
Hukum kewenangan negara membuat aturan zakat juga akan dibahas. Termasuk arti pendapatan bersih dalam zakat profesi, dan apakah zakat untuk bantuan hukum diperbolehkan. "Masalah haji juga akan kita bahas juga, seberapa jauh, seberapa mampu, sehat, nah nanti dibahas soal kesehatan. Waktu melempar (melontar) jumroh jam berapa saja," papar Ma'ruf.
Selain itu, akan dibahas juga soal donor organ tubuh manusia. Penggunaan darah untuk obat dan kandungan alkohol dalam obat.
"Perundang-undangan menyangkut berbagai hal, tentang aliran kepercayaan, RUU hukum material peradilan agama, RUU kekerasan seksual kemudian RUU pendidikan pesantren. RUU minuman beralkohol dan pemidanaan LGBT. Itu yang akan kita bahas," sebutnya.
Ijtima' ulama rencananya akan dihadiri seribu ulama yang merupakan perwakilan MUI daerah. Termasuk juga perwakilan perguruan tinggi, pesantren, ormas-ormas Islam, pengamat, peninjau dari luar negeri seperti Malaysia, Palestina, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya.
(mdk/rzk)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menag berpesan agar pelaksanaan Pemilu 2024 nanti bisa dilakukan dengan penuh riang gembira.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia patut bersyukur dan bersuka cita karena telah melewati proses Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaMenteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengimbau masyarakat agar tidak memilih pemimpin yang memecah belah umat.
Baca SelengkapnyaYaqut mengatakan, pemilu sebagai pesta demokrasi yang diselenggarakan lima tahun sekali sehingga dijalankan dengan penuh riang gembira.
Baca SelengkapnyaMenurut Ma’ruf, Ijtima Ulama menjawab masalah yang dihadapi umat dan rutin digelar tiga tahun sekali.
Baca SelengkapnyaSejumlah pihak diingatkan tidak memainkan politisasi agama hanya untuk meraih kemenangan
Baca SelengkapnyaYaqut menegaskan tak akan mencabut pernyataannya soal capres bermulut manis.
Baca SelengkapnyaCak Imin mengklaim dirinya dan Anies Baswedan secara tegas menolak politik identitas.
Baca SelengkapnyaSelain penguasaan literasi yang baik, seorang ulama juga harus memiliki akhlak dan karakter yang santun, tenang, dan tidak mudah menghasut.
Baca SelengkapnyaUntuk mengatasi permasalahan di negara ini bukan sebuah sistem baru, tapi persatuan dan kesatuan.
Baca SelengkapnyaZulhas tidak ada maksud melecehkan dan menistakan agama
Baca SelengkapnyaYaqut terancam sanksi dari PKB, namun dia menegaskan tidak akan mengubah pernyataannya.
Baca Selengkapnya