Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Perempuan Pembela Hak Asasi dari Pulau Pari

Perempuan Pembela Hak Asasi dari Pulau Pari Konpers hari perempuan pembela HAM di kantor Komnas Perempuan. ©2019 Merdeka.com/Tri Yuniwati Lestari

Merdeka.com - Perjuangan perempuan pembela Hak Asasi Manusia di Indonesia bukan isapan jempol. Kaum perempuan berani berada di garis terdepan dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat. Namun terkadang mereka justru merasakan pahitnya. Berupa teror atau ancaman.

Salah satu cerita datang dari Asmania yang memperjuangkan tanah kelahirannya di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dia dan suami sehari-hari bekerja sebagai nelayan. Kehidupannya bergantung pada hasil laut. Ini yang diperjuangkannya setelah sebuah perusahaan bernama PT Bumi Pari mengklaim memiliki 90 persen lahan di Pulau Pari dengan dasar puluhan sertifikat yang terbit pada tahun tersebut.

Asmania merasa perlu mempertahankan tanah kelahirannya. Bukan hanya karena tempat lahir dan tumbuh dewasa, tapi dia tak terima bila pembangunan itu merusak laut tempatnya mencari nafkah.

"Kami warga pulau pari hanya ingin hidup damai di tanah kelahiran, reklamasi rumput laut hancur gugusan pulau pari pulau H, rumput laut banyak yang mati akibat pengerukan batu karang, laut kami tercemar," ucap Asmania di Komnas Perempuan, Jakarta Selatan, Kamis (28/11).

Lindungi Kampung, Melawan Pemilik Modal

Asmania mengulang kembali, Perempuan Pembela HAM di Kepulauan Seribu diintimidasi oleh aparat yang dikerahkan untuk memasang plang pembangunan yang dilakukan pihak perusahaan.

"Pada tahun 2017 didatangkan 100 orang kepolisian, untuk memasang plang pembangunan proyek. Dan sampai saat ini kami warga pari masih merasakan trauma atas kejadian itu," ucap Asmania.

Pada saat itu Asmania dan teman-teman perempuan pembela HAM berada di barisan paling luar. Namun, kata dia, polisi justru tidak segan-segan mendorong dan mengkriminalisasi perempuan.

Asmania mengatakan lahan yang diambil perusahaan digunakan untuk dibangun resort atau hotel. Menurutnya, pembangunan resort di pulau pari tidak memperhatikan mata pencarian warga sekitar yang rata-rata sebagai nelayan.

"Selasa pemasangan plang, dua titik barat dan timur, tertulis rencana akan dibikin resort, bila dibangun resort, mati mata pencarian warga di sana," lanjut Asmania.

Kini Asmania dan teman-teman perempuan nelayan lainnya membuat komunitas untuk dapat menghidupi keluarganya. "Tanpa campur tangan pemerintah kita bisa membuat lapangan kerja," tutup Asmania.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Semangat Wanita Mangrove Tetap Bertahan di Rumahnya yang Dikelilingi Laut
FOTO: Semangat Wanita Mangrove Tetap Bertahan di Rumahnya yang Dikelilingi Laut

Dengan perahu rakit yang ia buat dari drum, Ibu Pasijah mengarungi perairan hutan mangrove untuk menanam bibit pohon tersebut.

Baca Selengkapnya
Nestapa Warga Pesisir di Padang, Takut 'Dicaplok' Pantai Air Manis
Nestapa Warga Pesisir di Padang, Takut 'Dicaplok' Pantai Air Manis

Daratan hingga rumah penduduk terancam hilang akibat abrasi yang terus terjadi

Baca Selengkapnya
10 Puisi Hari Kartini Singkat, Sebarkan Semangat yang Menginspirasi
10 Puisi Hari Kartini Singkat, Sebarkan Semangat yang Menginspirasi

Puisi Hari Kartini mencerminkan penghormatan dan apresiasi terhadap dedikasi sosok Kartini.

Baca Selengkapnya
Profil Francisca C. Fanggidaej, Nenek Reza Rahadian Seorang Pejuang Perempuan yang Terbuang
Profil Francisca C. Fanggidaej, Nenek Reza Rahadian Seorang Pejuang Perempuan yang Terbuang

Francisca Casparina Fanggidaej merupakan pejuang perempuan yang aktif dalam organisasi pergerakan.

Baca Selengkapnya
Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan
Pernah Melawan Penjajah Belanda Sampai 50 Tahun, Begini Sejarah Suku Basemah di Sumatera Selatan

Suku asli dari kota Pagaralam, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim ini melakukan perlawanan terlama dalam sejarah.

Baca Selengkapnya
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak

Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.

Baca Selengkapnya
Duka Warga Pesisir Padang Pariaman, Rumahnya Hancur Dihantam Abrasi Bertahun-Tahun
Duka Warga Pesisir Padang Pariaman, Rumahnya Hancur Dihantam Abrasi Bertahun-Tahun

Tingginya gelombang dan naiknya permukaan laut merusak rumah warga

Baca Selengkapnya
14 September 1910 Kelahiran Rasuna Said, Pahlawan Nasional Pembela Hak-Hak Wanita
14 September 1910 Kelahiran Rasuna Said, Pahlawan Nasional Pembela Hak-Hak Wanita

Terinspirasi oleh ketidakadilan yang dialami perempuan pada masa itu, ia aktif dalam dunia pendidikan dan organisasi.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok Fransisca Fanggidaej, Nenek Aktor Reza Rahadian Ternyata Penasihat Presiden Soekarno
Mengenal Sosok Fransisca Fanggidaej, Nenek Aktor Reza Rahadian Ternyata Penasihat Presiden Soekarno

Sikap progresif dan kritis dari Reza Rahadian menurun dari neneknya, Fransisca Casparina Fanggidaej. Ia adalah tokoh pergerakan wanita Indonesia asal Timor

Baca Selengkapnya
Aipda Nyamano Bedah Rumah Wanita Sebatang Kara, Gubuknya Berdinding Karung Goni
Aipda Nyamano Bedah Rumah Wanita Sebatang Kara, Gubuknya Berdinding Karung Goni

Di usianya yang tak lagi belia, dia terpaksa tinggal sebatang kara. Bahkan, tempat tinggalnya hanya berupa gubuk sederhana berdinding karung goni.

Baca Selengkapnya
FOTO: Emak-Emak Ikut Aksi Solidaritas untuk Pulau Rempang
FOTO: Emak-Emak Ikut Aksi Solidaritas untuk Pulau Rempang

Mereka menolak keras penggusuran Pulau Rempang. Mereka juga menuntut pemerintah agar menghentikan praktik perampasan tanah terhadap warga Pulau Rempang.

Baca Selengkapnya
UNESCO Tetapkan Hari Lahir A.A. Navis dan Malahayati sebagai Hari Perayaan Internasional
UNESCO Tetapkan Hari Lahir A.A. Navis dan Malahayati sebagai Hari Perayaan Internasional

Keputusan ini diambil pada akhir Sidang Umum ke-42 UNESCO yang berlangsung di Paris, Prancis pada 22 November 2023.

Baca Selengkapnya