Pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng di Samarinda buka suara
Merdeka.com - Pembina Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng (YPDK) Majelis Taklim Daarul Ukhuwah di Samarinda, Sumaryono, akhirnya angkat bicara. Itu setelah padepokan miliknya ditutup Pemkot Samarinda. Dia memastikan padepokan miliknya tidak melakukan pelanggaran hukum.
"Kami ingin meluruskan dengan pemberitaan media, seolah-olah kami ini sesuatu yang salah dan keliru. Saya memang pemimpin majelis taklim daarul ukhuwah yang sudah berdiri sejak 7 tahun lalu," kata Sumaryono, kepada wartawan di Samarinda, Kamis (6/10).
Menurut Sumaryono, penutupan ini hanya mengikuti aturan pemda setempat. Meski begitu, dia meyakini tidak ada pelanggaran hukum dilakukan padepokannya.
-
Siapa yang memberi klarifikasi ke Sekjen PDIP? Effendi Simbolon memberi klarifikasi ke Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto terkait ucapannya mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
-
Siapa pendiri Pesantren Sam'an Darushudur? Adalah Ridwan Effendi yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Netra Sam’an Darushudur.
-
Kenapa polisi memeriksa yayasan di Bali? 'Saat ini Polda Bali masih melakukan proses lidik dan pengembangan terhadap dugaan perdagangan bayi tersebut dan sudah melakukan pemeriksaan terhadap yayasan Bali Luwih yang berada di Tabanan,' kata Kombes Jansen dalam keterangannya, Jumat (20/9).
-
Siapa kader PDIP yang digeledah rumahnya? Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah rumah seorang anggota DPRD Jawa Timur bernama Mahfud dari Fraksi PDIP.
-
Kenapa Cak Diqin mendirikan Pesantren? Inisiatif mendirikan ponpes muncul karena pengajian rutin di rumah makan milik Cak Diqin banyak peminatnya.
-
Dimana rumah kader PDIP yang digeledah? Rumah yang digeledah itu diketahui berada jalan Halim perdana Kusuma Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Sumaryono berkukuh bahwa adanya mahar dalam padepokan diberikan ikhlas dari para pengikutnya. "Ini murni majelis taklim. Kami semua di majelis melakukan dengan ikhlas, tulus, tidak ada paksaan. Kita bicara logis saja. Ini majelis yang memang menghimpun massa, ada dakwah, taklim, salawat dan lainnya," terang Sumaryono.
Dia menuturkan, iuran itu untu menghidupi padepokannya. Ini terutama untuk makan para pengikut, lebih kurang Rp 3,5 juta per pekan. Selain itu, uang tersebut juga untuk membayar para penceramah.
Selain itu, lanjut dia, uang hasil urunan itu untuk membangun keperluan padepokan. "Saya sendiri bukan pengusaha, bekerja juga pas pasan. Akhirnya ada solidaritas teman-teman jemaah, menyisihkan rezekinya untuk bahu membahu. Misal bangun aula, listrik, mimbar, berkaitan dakwah itu, sebenarnya iuran," ungkapnya.
Lantas, bagaimana dengan penghilangan tulisan YPDK pascapenangkapan Dimas Kanjeng oleh kepolisian? Sumaryono tidak memberikan alasan secara jelas.
"Majelis ini murni, sebagai sarana dakwah. Jangan dikaitkan dengan Dimas Kanjeng secara personal, jangan dikaitkan Majelis Taklim ini dengan kejadian sekarang. Ini kan yayasan umum," sebutnya.
"Kalau saya ditanya apakah saya pengikut Dimas Kanjeng, iya karena saya ikuti semua giatnya berarti saya pengikutnya. Jangan kami dihakimi masyarakat sebagai majelis penggandaan uang. Jangankan Rp 100.000 ribu digandakan, Rp 2.000 saja ditangkap polisi," ujarnya lagi.
Sumaryono sendiri menyandang gelar Sultan Agung dari Dimas Kanjeng, yang melantiknya November 2015 lalu. Sumaryono menyatakan dia tidak pernah meminta gelar itu. "Ya itu sebuah gelar yang bisa diberikan kepada siapapun. Tapi saya tidak permah meminta, saya bukan ustad, tapi teman-teman sudah saya kasih tahu, saya bukan ustad. Tidak kapasitas saya sebagai ustad Bukan saya yang meminta," ungkapnya.
"Yang jelas bukan saya mengakuinya dan adapun foto ada Sultan Agung karena teman-teman saking senangnya, jamaah saking cintanya pada pimpinannya, itu wajar. Dengan adanya persoalan ini, opini berkembang, ustad jadi jaga jarak kami, majelis yang rugi," terangnya. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Satpol PP bersama tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) menyegel satu unit bangunan di Garut, Jawa Barat, Rabu (3/7).
Baca SelengkapnyaKejagung meminta penyidik Bareskrim Polri untuk menyerahkan tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.
Baca SelengkapnyaMuhadjir mengatakan, polemik Ponpes Al-Zaytun selama ini merupakan kasus individu yang diduga dilakukan pengasuh Panji Gumilang.
Baca SelengkapnyaImam ditengarai terlibat politik praktis dalam Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaAl-Zaytun akan dibina oleh Kementerian Agama. Bagaimana nasib para santri? Lalu kemana para guru akan mengajar?
Baca SelengkapnyaImam kini mengucapkan terima kasih kepada Sandy karena sudah mengungkapkan apa yang terjadi di Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Depok.
Baca SelengkapnyaDalam pidato kedatangannya, Panji blak-blakan tentang ancaman kehancuran Indonesia
Baca SelengkapnyaPanji bakal diserahkan ke Kejaksaan Negeri Indramayu, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaPengacara Panji Gumilang, Hendra Effendy, menyebut kliennya sudah berdamai dengan tiga pelapornya.
Baca SelengkapnyaGubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa aset-aset Pondok Pesantrean Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat sudah dibekukan.
Baca SelengkapnyaGus Yahya mengamini nasib pendidikan santri Al Zaytun terancam. Apalagi saat ini Panji sendiri sudah berstatus tersangka kasus penistaan agama.
Baca SelengkapnyaHashim memuji salah satu keberanian Gibran yakni membuka gereja yang ditutup di Solo.
Baca Selengkapnya