Potret Kerukunan Warga di Surabaya dengan 6 Rumah Ibadah Saling Berdampingan
Merdeka.com - Hidup rukun berdampingan tentu menjadi dambaan setiap warga. Apalagi, di tengah perbedaan keyakinan, umat yang ada mampu menyelaraskan kehidupan bertetangga yang cukup harmonis.
Hal ini lah yang tercermin dari kehidupan rukun tetangga di Perumahan Royal Residence, Wiyung, Surabaya. Dengan berbagai macam latar belakang, mulai dari multi etnis, pekerjaan, hingga agama, warga perumahan di kawasan tersebut dapat menjadi representasi kehidupan rukun masyarakat Indonesia pada umumnya.
Yang paling unik, adalah kehidupan rukun beragama warga di kawasan tersebut. Hal ini tercermin dari berdirinya 6 rumah ibadah yang saling berdampingan pada lokasi yang sama. Keenam rumah ibadah tersebut, sesuai dengan 6 agama yang diakui di Indonesia, yakni, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
-
Bagaimana kehidupan antar agama di kampung toleransi? Hal ini membuat seluruh umat beragama dari kalangan Buddha, Kristen sampai Muslim hidup rukun berdampingan.
-
Bagaimana cara membuat hidup lebih damai dengan perbedaan? Saling menghargai perbedaan membuat hidup lebih damai.
-
Kenapa warga di kampung Kristen hidup rukun? Desa ini bisa menjadi contoh bagaimana toleransi dibangun sehingga bisa saling mendukung satu sama lain walau berlatar belakangan perbedaan.
-
Bagaimana cara bertetangga dengan baik agar dapat hidup bahagia bersama tetangga? Selanjutnya, tata cara bertetangga dengan baik adalah dengan saling tolong menolong. Ini adalah kunci agar kamu bisa hidup bahagia dengan tetangga. Bersikaplah ringan tangan dan selalu siap membantu tetangga yang membutuhkan. Bantuan bisa berupa hal kecil seperti meminjamkan alat, membantu membersihkan halaman, atau sekadar mendengarkan ketika mereka membutuhkan teman bicara. Saling tolong menolong akan menciptakan rasa kebersamaan yang kuat.
-
Siapa yang merasakan kebersamaan? Sahabat adalah mereka yang tahu semua kekuranganmu namun tetap memilih bersamamu ketika orang lain meninggalkanmu.
-
Siapa yang bisa saling menghormati perbedaan? Anak sulung dan anak bungsu dapat menghormati perbedaan satu sama lain. Anak sulung telah belajar untuk menghargai keberagaman pendapat dan kebutuhan adik-adik mereka, sementara anak bungsu terbiasa menghormati otoritas dan pandangan orang tua. Hal ini membantu menciptakan pengertian dan perasaan aman di antara pasangan, yang merupakan dasar yang kuat untuk suatu hubungan yang langgeng.
Uniknya meski berbeda, keenam rumah ibadah yang berdiri dalam satu lokasi berdampingan itu tidak menggunakan pagar atau pembatas lainnya. Sehingga, lokasi rumah ibadah itu terlihat menyatu dan indah, lantaran antara satu bangunan dan lainnya memiliki perbedaan gaya arsitektur masing-masing agama.
"Dalam satu lokasi itu ada Masjid Muhajirin, Gereja Katolik Kapel Santo Yustinus dan Kristen Protestan GKI Royal Residence, Kelenteng Ba De Miao, Vihara Budhayana Royal Residence, dan Pura Sakti Raden Wijaya," ujar Ketua Forum Komunikasi antar Rumah Ibadah (FKRI) Royal Residence, Indra Prasetyo, saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (24/12).
Indra menambahkan, selama ini kerukunan antar umat di kawasan perumahan ini diakuinya cukup terjaga, meski dalam satu lokasi berderet 6 rumah ibadah dari 6 agama yang berbeda. Untuk tetap menjaga kebersamaan tanpa mengganggu peribadatan masing-masing umat, ada beberapa kesepakatan yang dicapai oleh warga.
Ia mencontohkan, meski masjid berpengeras suara, namun itu hanya digunakan untuk azan saja. Di luar itu, masjid hanya menggunakan pengeras suara yang ada di dalam masjid. Demikian juga dengan gereja maupun tempat ibadah lainnya, meski terdapat lonceng, namun tidak pernah dibunyikan.
"Kesepakatan warga demikian. Bahkan, di masjid tidak ada bedhugnya. Lonceng di gereja atau rumah ibadah lainnya tetap ada, tapi bandulnya dilepas, sehingga tidak dapat dibunyikan," ujarnya.
Ia mengakui, hal ini dikarenakan adanya rasa toleransi dan komunikasi yang baik antar umat beragama yang tergabung dalam FKRI.
"Komunikasi ini yang terus kita jaga. Karena dari komunikasi ini, kita dapat saling menjaga kerukunan antar umat beragama di sini," tambahnya.
Saling Menjaga Toleransi
Indra menceritakan, meski keenam rumah ibadah itu saling berdampingan antara satu dengan lainnya, namun selama ini tidak pernah menimbulkan persoalan yang pelik antar umat beragama yang memakai rumah ibadah tersebut.
Bahkan, antar rumah ibadah tidak saling terganggu jikalau ada peribadatan yang sedang berlangsung pada setiap rumah ibadah. "Komunikasi itu kuncinya. Kalau umat Islam kan harus 5 waktu (salat) kegiatan ibadahnya, sedangkan yang lain kan waktu tertentu. Nah di situlah forum ini berperan. Yang penting komunikasi dan tidak saling mengganggu," ungkapnya.
Selama ini, umat masing-masing agama yang beribadah di tempat ibadah tersebut, dapat saling memahami. Sehingga, proses peribadatan masing-masing agama di perumahan itu, dapat berjalan dengan lancar dan tiada kendala yang berarti.
"Contohnya lagi begini, umat Kristen biasanya ibadah pada hari Minggu, dengan demikian yang Katolik biasanya memilih hari Sabtu. Jadi mereka dapat menjalankan prosesi ibadahnya dengan tenang," ungkapnya.
Lalu, bagaimana kebhinekaan ini diwujudkan dalam kegiatan umat bersama? Indra menegaskan meski soal ibadah adalah urusan umat masing-masing, namun di kawasannya tetap ada kegiatan yang melibatkan antar umat beragama.
Ia mencontohkan, saat ada kegiatan Agustusan (memperingati hari kemerdekaan), setiap masing-masing agama mengirimkan wakilnya, untuk berperan sebagai pendoa. Mereka pun berdoa dalam kegiatan bersama dengan doa dan kepercayaan masing-masing umat.
"Semua (agama) mengirimkan perwakilannya. Kemudian berdoa bergantian sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Yang mengamini ya umatnya masing-masing. Itu kan gak papa, mendoakan negara sesuai dengan agama masing-masing," pungkasnya.
Untuk terus menjaga kerukunan umat di wilayah tersebut, komunikasi yang intensif dalam FKRI lah yang menjadi kuncinya. Untuk itu, sebagai Ketua FKRI, dirinya bertekad untuk terus dapat menjaga kondisi di wilayah tersebut agar dapat terus kondusif. "Kuncinya sekali lagi adalah komunikasi di sini. Kami juga mohon doanya supaya kerukunan umat ini akan dapat terus terjaga," tegasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di sini warganya menjujung tinggi gotong royong dan saling mendukung peribadatan kelompok lain.
Baca SelengkapnyaSaking harmonisnya hubungan antarwarga beda agama, kampung ini dijuluki Desa Pancasila.
Baca SelengkapnyaKedamaian pun nampak tercipta di kampung tersebut. Lantas seperti apa penampakan kampung Kristen ini?
Baca SelengkapnyaVideonya viral di tiktok dan menuai perhatian warganet.
Baca SelengkapnyaKampung ini berhasil menjaga toleransi meski terdiri dari beragam penganut agama, etnis, adat dan budaya.
Baca SelengkapnyaWalaupun terbuka bagi siapapun, warga Thekelan tetap menjaga teguh adat istiadat dan tradisi mereka.
Baca SelengkapnyaDi sana juga terdapat tiga makam besar dari keluarga G.B Walter yang merupakan warga keturunan Belanda kelahiran Sumedang pada 1879.
Baca SelengkapnyaToleransi menjadi indah jika bisa diterapkan dengan baik di kehidupan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaIndonesia menjadi contoh masyarakatnya tidak terpecah karena saling membenci.
Baca SelengkapnyaSalah satu kawasan memiliki sebuah gang sempit yang begitu menarik perhatian. Meski ukuran gang itu begitu kecil, namun tiap warganya tetap dapat hidup rukun.
Baca SelengkapnyaAksi sekelompok mahasiswa muslim 'ngabuburit' ke Kapel Biara Ursulin ini viral, tuai komentar warganet.
Baca SelengkapnyaKepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Banyuwangi, 23-24 Agustus 2023.
Baca Selengkapnya