Ribuan Rumah di Gresik Tidak Layak Huni
Merdeka.com - Jumlah rumah tidak layak huni (RTLH) di Kabupaten Gresik terbilang cukup tinggi. Hingga tahun ini, Dinas Cipta Karya, Perumahan dan Kawasan Permukiman (CKPKP) Gresik mencatat masih ada sebanyak 6.608 dalam kondisi tidak layak untuk ditinggali.
Upaya perbaikan RTLH di seluruh wilayah pun terus dilakukan, baik melalui pintu kerja sama lewat program Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai perusahaan di Gresik, maupun menjalin kerja sama dengan lembaga horisontal seperti TNI. Sehingga dalam setiap tahun, Dinas CKPKP menarget penurunan di angka 400 hingga 500 rumah.
Rumah milik Abdul Karim di Dusun Telogogede, Desa Ngasin, Kecamatan Balongpanggang misalnya. Kini sudah bisa kembali ditempati setelah sebelumnya roboh dan dibangun kembali dengan program bedah rumah dari Dinas CKPKP.
-
Bagaimana Pak Kasimin mendapatkan kebutuhan sehari-hari? Sehari-hari ia beraktivitas sebagai pedagang sayuran. Hasil bumi ia cari di hutan dan hasilnya ia jual ke pengepul. Kalau belanja kebutuhan sehari-hari pun ia harus pergi ke perkampungan terdekat.
-
Kenapa Abun tidak bisa memperbaiki rumahnya? Uangnya tak cukup untuk merenovasi rumah, sehingga ia hanya bisa pasrah sembari berharap ada bantuan dari pemerintah maupun pihak yang peduli.
-
Mengapa keluarga Muhanah kesulitan memperbaiki rumahnya? Karena ekonomi yang sulit, ia bersama suami tak bisa berbuat banyak dan menanti uluran tangan pihak terkait.
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Kenapa pria itu tinggal di kolong rumah? 'Ini adalah situasi yang aneh, tetapi mungkin bukan hal yang tidak biasa. Saat ini, orang-orang memang mencari tempat berlindung.'
Dalam program ini, Dinas CKPKP memberikan bantuan stimulan material bangunan. Tidak hanya itu, Baznas juga turun memberikan bantuan uang tunai kepada Abdul Karim.
"Alhamdulillah, saya sangat bahagia mendapat bantuan ini. Rumah saya yang roboh sejak tahun lalu, dan sampai sekarang belum mampu memperbaiki. Tapi sebentar lagi bisa dibangun lagi berkat bantuan dari Pemkab Gresik dan Baznas," kata Abdul Karim, Rabu (14/6).
Keterbatasan ekonomi menjadikan Abdul Karim tidak mampu memperbaiki rumahnya yang saat ini sudah rata dengan tanah. Bahkan untuk kehidupan sehari-hari, saat ini dirinya tinggal bersama pamannya. Dengan adanya bantuan ini, Abdul Karim merasa lega dan bahagia karena bebannya teringankan.
Abdul Karim pun tak kuasa menahan tangis hari ketika dikunjungi Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah bersama rombongan dari Dinas CKPKP, Baznas, dan Kecamatan Balongpanggang.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah berharap adanya program RTLH mampu meringankan bantuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak huni. Bu Min menegaskan, papan (rumah) merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat. Oleh karenanya, dalam pemenuhannya wajib diusahakan.
"Awalnya kita menerima laporan dari Pak Camat, bahwa ada rumah warga yang roboh. Dari laporan ini, kita tindak lanjuti bersama Dinas CKPKP dan Baznas. Walaupun tidak banyak, tapi alhamdulillah nanti pihak desa bisa membantu lebih lanjut," terangnya.
Sementara itu, Camat Balongpanggang Muhammad Amri menyatakan bahwa kegiatan hari ini juga merupakan wujud nyata dalam upaya pengentasan kemiskinan.
“Tak lupa kami juga memberikan apresiasi kepada pemerintah desa yang juga memberikan dukungan penuh atas program tersebut,” pungkas dia.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kakek Carmad masih dibayangi rasa cemas oleh ombak besar yang bisa saja datang secara tiba-tiba.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaKisah hidup Kuntoro alias Toro, anak PNS di lingkungan TNI AD yang kini hidup sebatang kara di rumah yang terbengkala.
Baca SelengkapnyaSudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaKisah haru Pak Aris, pak ogah di Yogyakarta yang hidup sebatang kara dengan keterbatasan tubuh atau disabilitas.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah kakek pembuat gula merah berusia 82 tahun ini memprihatinkan bahkan nyaris roboh.
Baca SelengkapnyaKeluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.
Baca SelengkapnyaAbdul menghabiskan waktu kurang lebih 7 tahun untuk mengubah hidupnya di kampung.
Baca SelengkapnyaPak Usman hidup sebatang kara tanpa anak dan istri.
Baca SelengkapnyaUntuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca Selengkapnya