Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Romansa Kasih tak Sampai Sepanjang Jembatan Siti Nurbaya

Romansa Kasih tak Sampai Sepanjang Jembatan Siti Nurbaya Jembatan Siti Nurbaya. ©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Berbicara mengenai Sumatera Barat (Sumbar) tidak hanya terkenal akan kulinernya saja, namun juga tempat wisata yang menjadi perhatian pelancong hingga sering dibidik fotografer, salah satunya Jembatan Siti Nurbaya.

Mendengar Jembatan Siti Nurbaya, tentunya mengingatkan kita akan sebuah novel lama yang dikemas secara apik oleh penulisnya. Novel ini berjudul Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai), dikarang oleh seorang melayu bernama Marah Rusli pada tahun 1922 silam.

Meski sudah seabad, namun novel tersebut masih masyhur sampai sekarang. Singkat cerita, di dalam novel ini dikisahkan bahwa Siti Nurbaya merupakan seorang anak yang ditinggal ibunya sedari kecil, dan tinggal bersama ayahnya Baginda Sulaiman yang mengalami kebangkrutan hingga membuatnya memiliki utang kepada orang paling kaya di Padang dengan sikap kasar yakni Datuak Maringgih.

Akan tetapi, Ayahnya Siti Nurbaya tidak mampu melunasi utang tersebut, sehingga Datuak Maringgih ingin menjadikan Siti Nurbaya sebagai jaminan atas utang itu. Kemudian berniat untuk menikahi Siti Nurbaya yang dikenal tidak cacat, bukan hanya sebatas kecantikan parasnya, namun juga kelakuan adatnya, serta elok budinya.

Akan tetapi pada hakikatnya, Siti Nurbaya tidak pernah setuju akan jaminan tersebut karena ia telah memiliki dambaan hati yaitu Samsulbahri, namun ia terpaksa menuruti kemauan sang ayah karena kasihan akan terlilit utang yang diancam akan dipenjarakan oleh Datuak Maringgih.

Samsulbahri sendiri merupakan teman masa kecilnya yang hendak menjalin cinta di usia remaja, namun terpisahkan oleh jarak ketika Samsul terpaksa pergi ke Batavia (Jakarta) untuk menempuh pendidikan. Panggilan kesehariannya adalah Sam, ia merupakan seorang anak Mahmud Syah, penghulu di Padang.

Diceritakan pada novel itu, meskipun menuruti keinginan sang ayah, Siti Nurbaya tetap saja menjalin hubungan secara diam-diam dengan bertukar surat kepada Sam, kemudian akhirnya ketahuan oleh Datuak Maringgih dan membuatnya marah hingga meracuni Siti Nurbaya sampai tewas.

Mendengar kabar itu, hati Samsulbahri tidak lepas akan gadis pujaan hatinya yang telah diracuni Datuak Maringgih memutuskan untuk membalas dendam dengan cara bergabung menjadi pasukan belanda, hingga akhirnya terjadilah peperangan antara kedua kubu tersebut yang kemudian berujung saling membunuh.

Sekilas Tentang Jembatan Siti Nurbaya

Jembatan Siti Nurbaya merupakan jembatan cantik yang membentang sepanjang 156 meter di atas sungai Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang. Jembatan ini sebagai penghubung Kota Tua Padang dengan Gunung Padang yang didominasi warna merah putih. Letaknya yang strategis menjadikan jembatan ini banyak digemari wisatawan baik lokal maupun dari luar daerah.

Apabila mengunjungi jembatan ini pada malam hari, wisatawan akan dimanjakan dengan warna-warni lampu yang menghiasi sisi kiri dan kanan tepi jembatan serta kuliner khasnya, yakni jagung bakar.

Ketika melihat ke arah barat, maka akan nampak Samudera Hindia, apabila melihat ke arah timur maka akan disungguhkan dengan pemandangan perbukitan. Tidak heran, jembatan ini menjadi primadonanya Kota Padang sebagai spot foto menarik yang sering dibidik kamera, baik dari kalangan muda hingga tua.

Pembangunan Jembatan Siti Nurbaya

Pada bagian dinding jembatan Siti Nurbaya telah bertuliskan pembangunan jembatan ini tercatat pada tahun 1995 silam. Penamaan Sitinurbaya diambil dari legenda klasik daerah ini yang dipopulerkan oleh Marah Rusli dalam novel dengan judul Sitinurbaya (Kasih Tak Sampai).

Pembangunan jembatan menelan anggaran sebesar Rp19,8 miliar yang kemudian diresmikan pada pertengahan tahun 2002 silam.

Apabila pelancong berjalan sedikit saja ke arah bawah sekitar 500 meter dari Jembatan Situ Nurbaya maka pelancong akan menemukan sebuah tulisan "Selamat Datang di Taman Siti Nurbaya". Tulisan ini tepat berada di tepi sungai hingga menampilkan pemandangan kapal-kapal yang menepi.

Keunikan Jembatan Siti Nurbaya di Mata Pelancong

Merdeka.com menemui salah satu pelancong asal Batam, Ade Izma Juliani (22). Dia mengatakan, setiap datang ke Sumatera Barat, Jembatan Siti Nurbaya adalah tempat tujuan pertama yang didatanginya.

Lanjutnya, Jembatan Siti Nurbaya adalah jembatan unik yang ada di Kota Padang. "Ini jembatan unik yang ada di ranah minang (Sumbar) penamaannya sama dengan nama tokoh di dalam novel Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)," ujarnya kepada merdeka.com, Kamis (24/11).

Katanya, mengunjungi Jembatan Siti Nurbaya tidak hanya bagus didatangi siang hari saja. "Berkunjung siang hari disuguhkan dengan pemandangan indah Sunggai Batang Aru dengan kapal-kapal nelayan yang menepi hingga pemandangan perbukitan yang dihiasi ratusan rumah-rumah mungil warga," katanya.

Sambungnya, jika berkunjung malam hari sensasinya jauh lebih berbeda, selain bisa menikmati sejuknya udara malam di Kota Padang juga bisa menyaksikan warna-warni lampu sisi kiri dan kanan jembatan.

"Pokoknya bagus, apalagi ini selalu menjadi instagramable orangnya Minang. Hanya saja ketika saya berkunjung kebersihannya kurang terawat. Ini kan juga salah satu ikonnya Kota Padang, semoga Pemko bisa menyiasati adanya sampah di sekitar jembatan hingga sungai. Sampah itu mengganggu mata saja," tuturnya.

"Saya setiap ke sini tidak pernah lupa untuk mengambil gambar, baik itu siang maupun malam," katanya.

Senada dengan Ade, pelancong asal Sumbar luar Kota Padang Suci Ramadhani juga mengatakan hal yang sama. Keunikan Jembatan Siti Nurbaya terletak pada pemandangan yang indah dengan warna-warni lampu di malam hari.

"Saya orang Bukittinggi, setiap kali jalan-jalan di Kota Padang Jembatan Siti Nurbaya tidak pernah terlewatkan, terutama di malam hari," tuturnya kepada merdeka.com.

"Ketika saya berkunjung ke sana, jembatan ini tidak pernah kosong oleh anak muda yang berhenti untuk menikmati embusan angin Kota Padang pada malam hari," ujarnya.

Respons Sejarawan

Salah satu sejarawan dan juga akademisi di Universitas Andalas (Unand) Sumbar Gusti Asnan mengatakan, pengambilan nama Jembatan Siti Nurbaya tidak terlepas dari novel karya Marah Rusli yang ceritanya memang mengangkat romansa di Kota Padang dekat jembatan Siti Nurbaya saat ini.

"Berdasarkan hasil perbincangan dan informasi yang saya dengar, nama tersebut diambil dari novel Marah Rusli yang tokoh utamanya Siti Nurbaya, dan dimitoskan sebuah titik tempat berkuburnya Siti Nurbaya yakni Gunung Padang yang letaknya tidak jauh dari Jembatan Siti Nurbaya" tuturnya.

"Ini bukan sejarah, tetapi mitologisasi saja," katanya kepada merdeka.com, Jumat, (25/11).

Sambungnya, penamaan Jembatan Siti Nurbaya tidak terlepas untuk menarik pelancong agar berkunjung di Kota Padang. "Penamaan yang serupa dengan tokoh novel itu tak lain hanyalah untuk menarik wisatawan," imbuhnya. (mdk/cob)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Sosok Marah Roesli, Dokter Hewan Sekaligus Sastrawan Pencipta Karya Siti Nurbaya
Mengenal Sosok Marah Roesli, Dokter Hewan Sekaligus Sastrawan Pencipta Karya Siti Nurbaya

Dalam dunia sastra Indonesia, Marah Roesli tercatat sebagai pengarang roman pertama.

Baca Selengkapnya
Nama Sastrawan Marah Roesli Diabadikan Sebagai Nama Jalan di Kota Padang
Nama Sastrawan Marah Roesli Diabadikan Sebagai Nama Jalan di Kota Padang

Sastrawan Marah Roesli terkenal dengan karyanya Siti Nurbaya

Baca Selengkapnya
Merasa Dirugikan dengan Judul Film Air Mata di Ujung Sajadah, Ini Profil Asma Nadia Penulis Novel Best Seller
Merasa Dirugikan dengan Judul Film Air Mata di Ujung Sajadah, Ini Profil Asma Nadia Penulis Novel Best Seller

Asma Nadia keberatan judul film mirip dengan novel miliknya.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sosok AA Navis, Penyair Asal Minang yang Tanggal Lahirnya Dijadikan Perayaan Internasional
Mengenal Sosok AA Navis, Penyair Asal Minang yang Tanggal Lahirnya Dijadikan Perayaan Internasional

Salah satu nama seniman Indonesia berdarah Minang terpampang di perayaan Internasional pada keputusan UNESCO baru-baru ini.

Baca Selengkapnya
5 Novel tentang Perempuan Berlatar Sejarah seperti Gadis Kretek
5 Novel tentang Perempuan Berlatar Sejarah seperti Gadis Kretek

Mulai dari Ronggeng Dukuh Paruk yang menceritakan kemelut politik 1965 hingga Rasina yang berlatar zaman kolonial Belanda.

Baca Selengkapnya
Penulis Novel Laris Tahun 70-an, Marga T Meninggal Dunia di Usia 80
Penulis Novel Laris Tahun 70-an, Marga T Meninggal Dunia di Usia 80

Marga T mengembuskan napas terakhir tepat pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78, 17 Agustus 2023.

Baca Selengkapnya
Sosok Merari Siregar, Sastrawan Asal Tapanuli yang Hidup dalam Ketatnya Adat dan Kawin Paksa
Sosok Merari Siregar, Sastrawan Asal Tapanuli yang Hidup dalam Ketatnya Adat dan Kawin Paksa

Sastrawan satu ini menciptkan novel "Azab dan Sengsara" menceritakan ketatnya sistem adat di daerahnya yang ditulis dengan corak penulisan baru.

Baca Selengkapnya
Mengenal Siti Rukiah Kertapati, Sastrawan Sunda Perempuan yang Terlupakan
Mengenal Siti Rukiah Kertapati, Sastrawan Sunda Perempuan yang Terlupakan

Sayangnya tak banyak yang mengenali sosok Siti Rukiah Kertapati.

Baca Selengkapnya
Profil Raja Ali Haji, Pujangga Kelahiran Melayu Pelopor Tata Bahasa Melayu Baku
Profil Raja Ali Haji, Pujangga Kelahiran Melayu Pelopor Tata Bahasa Melayu Baku

Putra Melayu kelahiran Kepulauan Riau ini dikenal sebagai pujangga abad 19. Ia memiliki mahakarya berjudul Gurindam Dua Belas pada tahun 1847.

Baca Selengkapnya
Syair Lampung Karam, Karya Sastra Melayu Klasik yang Menceritakan Dahsyatnya Letusan Krakatau
Syair Lampung Karam, Karya Sastra Melayu Klasik yang Menceritakan Dahsyatnya Letusan Krakatau

Hanya satu catatan terkait letusan Gunung Krakatau yang dibuat oleh orang pribumi. Tulisan itu berjudul “Syair Lampung Karam”.

Baca Selengkapnya
Sosok Ibrahim Marah Sutan, Kaum Intelek Masa Hindia Belanda Asal Padang Pariaman
Sosok Ibrahim Marah Sutan, Kaum Intelek Masa Hindia Belanda Asal Padang Pariaman

Seorang tokoh intelektual, pendidik, penulis, dan tokoh pergerakan asal Minangkabau ini hidup di masa Hindia Belanda dan Orde Lama.

Baca Selengkapnya
Kisah Petilasan di Tengah Jalan Sumedang, Alat Berat Malah Rusak saat Dipindahkan
Kisah Petilasan di Tengah Jalan Sumedang, Alat Berat Malah Rusak saat Dipindahkan

Pihak kontraktor asing sempat ingin membuat jalan di sana, namun alat berat justru rusak.

Baca Selengkapnya