Sejarah Masjid Tiban, dipercaya dibangun pasukan jin
Merdeka.com - Istilah Masjid Tiban konon diberikan oleh seorang supir angkot yang nyletuk pada penumpangnya kalau ada Masjid Tukul (Tumbuh) dari bumi sekitar tahun 2000-an. Sejak saat itu, banyak rombongan datang seolah-olah ingin mencari kepastian.
Bangunan yang dimaksud Masjid Tiban itu sejatinya adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri'asali Fadlaailir Rahmah. Bangunan berlantai 10 itu 'mendadak' muncul di lingkungan perkampungan karena itu disebut masjid ajaib.
"Namun tidak tahu pastinya isu itu datang dari mana. Hanya katanya-katanya yang hingga sekarang masih melekat di masyarakat," kata Joko Santoso, salah satu pengurus pesantren, Minggu (11/1)
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Bagaimana mitos soal rumah belakang masjid bisa muncul? Fakta Rumah di Belakang Masjid Selain itu, ada juga pandangan yang lebih rasional terkait rumah di belakang masjid. Beberapa orang berpendapat bahwa tinggal di dekat masjid akan memberikan akses lebih mudah untuk melakukan ibadah, terutama untuk jemaah yang tinggal jauh dari masjid.
-
Di mana masjid itu? Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Bagaimana masjid 'ribat' ditemukan? Dalam penggalian situs ini, tim dari Museum Arkeologi So Miguel de Odrinhas (MASMO) bekerja sama dengan sukarelawan dan mahasiswa arkeologi dari Universitas Lisabon dan Universidade Nova de Lisbon.
-
Siapa yang menemukan masjid tertua ini? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Bagaimana masjid ini berubah fungsi? Masjid Indrapuri ini dulunya merupakan sebuah candi Hindu yang akhirnya berubah fungsi menjadi masjid pada tahun 1618.
Saat itu ada pengunjung asal Gondanglegi dan Tumpang, Malang yang mengaku mendapat kabar dari seorang supir kalau ada Masjid Tiban (muncul mendadak). Namun soal siapa supir tersebut hingga kini tidak pernah diketahui.
Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri'asali Fadlaailir Rahmah berlokasi di Jalan KH. Wahid Hasyim Gang Anggur Nomor 10, RT 07/RW 06 Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang. Sekitar 40 kilometer dari pusat kota Malang.
Pondok tersebut didirikan oleh almarhum KH Hadratus Syeikh Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam atau Romo Ahmad. Almarhum Romo Ahmad berpulang pada tahun 2010 pada usia 67 tahun dan dimakamkan di komplek pondok.
Makam almarhum yang terletak di bawah bangunan dalam bentuk bunga lotus berkelopak itu menjadi tempat para santri dan pengunjung untuk berziarah.
Pondok Romo Ahmad ini mulai direncanakan pada tahun 1963, namun izinnya baru keluar pada 1978. Sekitar tahun 1987 baru dimulai pembangunannya. Romo Ahmad sendiri diketahui sebagai murid Kiai Sahlan asal Sidoarjo.
Sementara arsitektur yang digunakan untuk merancang bangunan merupakan hasil istikharah. Bangunan itu terus bertambah tergantung istikharah, namun bisa saja dihentikan bahkan dikurangi tergantung Romo Kyai Ahmad saat itu.
Pondok Romo Ahmad ini juga pernah didemo masyarakat karena dianggap aliran sesat sekitar tahun 2000. Saat itu beberapa bagian sempat dihancurkan karena dianggap syirik menyimpan jin dan lain sebagainya.
"Saat itu Bupati dan Kapolres turun untuk menengahi. Mereka yang demo dipersilakan untuk melihat kegiatan pondok dan akhirnya dinyatakan bukan termasuk aliran sesat. Dulu sempat juga ada bangunan kotak, mereka menuduh kita bikin kabah sendiri," kata H Mustafa, pengurus pesantren.
Mustafa menegaskan pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri'asali Fadlaailir Rahmah, adalah pondok tombo ati (obat hati). Pembelajarannya membersihkan penyakit hati berupa iri dengki, riya dan takabur.
Praktik yang dilakukan dengan mawas diri, suudzon (prasangka buruk) terhadap diri sendiri, namun khusnudzon (prasangka baik) pada orang lain. Sedangkan aliran yang diikuti adalah ahli sunnah wal jamaah yang tidak merasa benar sendiri.
Kini sepeninggal Romo Ahmad, kepemimpinan pondok dilanjutkan oleh istrinya, Nyai Luluk Rifqo Al Mahbubah (58). Ada sekitar 325 orang santri yang menetap bersama keluarganya di komplek pondok. Mereka tinggal sambil terus mengembangkan usaha untuk pesantren.
Sementara jumlah santri yang tidak menetap jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan, ditambah lagi dengan para jamaah yang tidak pernah terdata jumlahnya. Mereka dengan ikhlas menyumbangkan uang dan tenaganya demi pembangunan komplek pesantren warisan Romo Ahmad.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebenaran bahwa masjid itu didirikan oleh pasukan Mataram masih diragukan.
Baca SelengkapnyaSaat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulunya jadi tempat rahasia bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaMasjid kuno ini jadi salah satu wisata religi yang menarik untuk dikunjungi saat di Cirebon
Baca SelengkapnyaMasjid ini memiliki gaya arsitektur Arab yang dipadu dengan Jawa.
Baca SelengkapnyaMasjid Kedung Menjangan juga dikenal sebagai masjid merah, selalui Masjid Sang Cipta Rasa yang sudah lebih dulu ada.
Baca SelengkapnyaMasjid yang ada di tengah kota ini punya ciri khas unik.
Baca SelengkapnyaBahkan jin penunggu wilayah itu disebut ikut jadi santri pada masa awal ponpes ini berdiri.
Baca SelengkapnyaBangunan masjid yang berada di perbatasan kota Bukittinggi ini dibangun pada abad ke-19 oleh seorang ulama bernama H. Abdul Majid.
Baca SelengkapnyaMasjid ini ditemukan oleh pendeta tahun 1648 lokasinya terpencil di dalam gang, ini potretnya.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini viral di media sosial masjid berbentuk mirip Ka'bah di Jepara, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaDi Kota Medan terdapat masjid berusia ratusan tahun yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Baca Selengkapnya