Simbol Toleransi dari See Hin Kiong, Klenteng Tertua di Kota Padang
Merdeka.com - Jejak pemeluk agama Konghucu di Kota Padang, Sumatera Barat (Barat) bisa terlihat dari keberadaan klenteng See Hin Kiong. Tempat ibadah yang bernama lain Vihara Tri Dharma merupakan klenteng tertua di Kota Padang, tepatnya di Jalan Klenteng, Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.
Bagi masyarakat Kota Padang, wilayah permukiman tersebut juga lazim disebut sebagai Kampung Cino (Kampung China).
Selain tempat ibadah, Klenteng See Hin Kiong yang didominasi warna merah itu juga telah terdaftar sebagai cagar budaya di BPCB Sumatera Barat dengan nomor inventaris 06/BCB-TB/A/01/2007.
-
Apa nama awal dari Kelenteng See Hien Kiong? Kelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.
-
Dimana letak Kelenteng See Hien Kiong? Kelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im. Keberadaan kelenteng di suatu daerah menjadi bukti jika orang-orang etnis Tionghoa bisa hidup rukun dengan masyarakat sekitar.
-
Dimana lokasi Kelenteng Hok An Kiong? Mengutip Beritamagelang.id, Kompleks Kelenteng Hok An Kiong berada di atas tanah seluas 3.120 meter persegi.
-
Kapan Kelenteng See Hien Kiong didirikan? Kelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.
-
Bagaimana Klenteng Hong San Kiong menjadi tempat ibadah 3 agama? Klenteng Hong San Kiong terkenal sebagai tempat ibadah yang disediakan untuk tiga agama, yaitu Konghucu, Budha, dan Tios.
-
Dimana Klenteng Talang berada? Sam Po Toa Lang adalah nama Tionghoa dari klenteng yang ada di Jalan Talang No.2, Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Keberadaannya yang bernilai sejarah juga menjadi daya pikat wisata. Terbukti pengunjung yang datang tidak hanya dari pemeluk agama Konghucu, namun juga masyarakat umum.
Kampung Pondok ini memang terkenal sebagai perkampungan masyarakat non-Muslim di Kota Padang, namun nyatanya banyak juga masyarakat yang menganut Agama Islam menetap di sekitar area ini. Hal ini menunjukkan kerukunan salin terjaga satu sama lain.
Petugas bagian pelayanan umat, Ahong (60) mengatakan, klenteng ini merupakan tertua di Kota Padang yang dibangun pada tahun 1841 silam. Di tahun 1861 sempat hangus saat kebakaran melanda. Kemudian dibangun kembali di tahun 1893 yang diresmikan pada tahun 1897.
Kemudian tahun 2009 rusak berat akibat gempa bumi yang mengguncang wilayah Sumatera Barat dengan magnitudo 7,6 Skala Richter.
"Setelah gempa dibangun kembali tahun 2010 di lokasi sekarang, kurang lebih berjarak 100 meter dari lokasi semula yang kemudian diresmikan pada 30 Maret 2013 lalu," tuturnya kepada merdeka.com, Minggu (27/11).
Ahong menuturkan tidak ada pembatasan bagi pengujung. Jam operasional setiap harinya dimulai pukul 07.00 hingga 21.00 WIB.
"Tidak ada batasan bagi masyarakat, tetapi kalau masyarakat yang tidak beribadah kami tidak memberikan izin untuk masuk tanpa surat izin dari petugas," tuturnya.
"Kalau sekadar di luar dan berfoto tanpa masuk boleh, bahkan masyarakat Muslim juga sering berfoto di luar ini," tuturnya.
Meski minoritas, namun Ahong mengakui sikap toleransi antara umat beragam di Sumbar sangat kuat. Lanjutnya, di perkampungan ini tidak hanya dihuni oleh masyarakat non-Muslim saja, namun juga ada masyarakat Muslim.
"Toleransi beragama tinggi, buktinya kami selama ini hidup rukun saja. Sebelah sini juga ada masjid, aman-aman saja. Saya saja sering bergaul dengan masyarakat Muslim. Intinya saling menghargai antara umat beragama," katanya.
Salah satu wisatawan Muslim, Ani mengatakan, sikap toleransi antara umat beragama di Padang terbilang tinggi, buktinya tidak hanya masyarakat non-Muslim saja yang bisa mendatangi klenteng tertua di Kota Padang.
"Kalau untuk toleransi saya lihat tinggi, mereka tidak mempermasalahkan siapa saja yang mau berfoto di tempat ini," ujarnya diwawancarai di lokasi.
Kendati demikian, Ani mengaku tidak mendapatkan izin untuk masuk kecuali mendapat izin dari petugas. "Jika hanya sekadar foto-foto kita tidak izinkan masuk sama petugas. Harus ada surat izin dari lembaga," tuturnya yang baru pertama kali berkunjung.
"Ini kan juga tempat ibadah, jadi harus kita hargai. Tidak masalah jika tidak diizinkan masuk. Di luar kan juga bisa untuk berfoto," ujarnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.
Baca SelengkapnyaSaat ini Klenteng Sian Djin Ku Poh telah diresmikan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah yang bebas dikunjungi.
Baca SelengkapnyaKlenteng ini jadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang
Baca SelengkapnyaVihara ini jadi salah satu bangunan cagar budaya di Kota Bandung.
Baca SelengkapnyaLokasi ini juga jadi salah satu tempat wisata religi yang ada di Kota Tangerang.
Baca SelengkapnyaWilayah yang terdiri dari beberapa pulau ini terkenal dengan ragam destinasi wisata yang menarik untuk di kunjungi. Simak beberapa spot wisatanya berikut ini.
Baca SelengkapnyaShio Imlek tahun 2024 adalah Naga Kayu yang melambangkan sebuah keberuntungan.
Baca SelengkapnyaKelenteng itu dibangun pada tahun 1746. Nama “Tay Kak Sie” sendiri memiliki makna “Kuil Kesadaran Agung”.
Baca SelengkapnyaPembangunannya diinisiasi oleh seorang pendatang Tionghoa di Cirebon yakni Tan Sam Chai atau H. Moh. Syafei.
Baca SelengkapnyaSalah satu peninggalan Islam yang bercorak Tionghoa di Palembang ini tidak lepas dari keberadaan Laksamana Cheng Ho di masa lampau.
Baca SelengkapnyaKelenteng ini merupakan kelenteng induk dari sembilan kelenteng Chen Fu Zhen Ren yang tersebar di Jawa Timur, Bali, dan Pulau Lombok.
Baca SelengkapnyaSemarang semakin memperkuat reputasinya sebagai tujuan wisata yang tak boleh terlewatkan di Indonesia.
Baca Selengkapnya