TKW Asal Aceh di Malaysia Disiksa Majikan, Badan Penuh Luka
Merdeka.com - Anisa (26) berasal dari Dusun Krueng Tuan, Desa Alue Dua, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara. Pada November 2017 lalu dara ini merantau sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan menjadi pembantu rumah tangga di negeri jiran.
Niatnya untuk membiayai hidup adik-adiknya di kampung setelah sang ayah berpulang. Tiga bulan kemudian, ia sempat mengirimi uang Rp1,5 juta, setelah itu, keluarga tak pernah lagi mendengar kabarnya.
Pada Jumat (19/7) malam, sebuah nomor berkode negara Malaysia tersambung ke telepon genggam salah seorang keluarga di Aceh. Kabar tak sedap pun terbetik dari seberang telepon.
-
Apa kegiatan Tengku Anataya setelah keluarganya pindah? Meskipun tidak ikut bersama keluarga, Chacha tetap menjalani kehidupan yang aktif dan menikmati berbagai kegiatan bersama suami, teman-teman, dan keluarga lainnya.
-
Mengapa Anik kembali ke kampung halamannya? Akhirnya Anik mengambil keputusan untuk pulang ke kampung halamannya demi mengurus pendidikan dan lebih dekat dengan anak-anaknya, serta membangun usaha kecil untuk menambah pendapatan keluarga.
-
Apa yang dilakukan Anissa Aziza di Labuan Bajo? Dengan pemandangan laut biru yang luas di belakangnya, ibu dua anak ini tampak anggun saat berpose.
-
Apa profesi perempuan tersebut? Perempuan tersebut terlihat sedang menjamu tamunya dengan sangat baik.Mereka kemudian berbincang panjang dan menjelaskan masing-masing latar belakangnya. Perempuan pemilik warung sekaligus tukang pijat itu pun akhirnya mengaku bahwa ia bekerja di bidang tersebut karena terpaksa.
-
Siapa yang membantu Asni? Saat menggelar patroli, anggota Bhabinkamtibmas Polsek Padang Bolak, Aipda Nyamano Damanik menemui Asni.
-
Apa yang dilakukan Nabila di Anyer? Di resort itu, Nabila menikmati keindahan matahari terbenam di tepi pantai sambil memeluk baby Garuda.
"Sebenarnya ditelepon setelah Jumat, namun tidak saya angkat. Malam baru saya lihat ada nomor seberang menelepon. Yang jawab orang yang tolong dia pertama kali," tutur kakak ipar Anisa, Jefri (35), kepada Liputan6.com, Rabu malam (24/7).
Anisa terisak, suaranya terdengar sengau. Dari seberang sana ia bertutur tentang penyiksaan yang tengah menimpanya sembari megap-megap.
Dalam sebuah video yang diperlihatkan ke tim Liputan6.com, tampak sekujur punggung Anisa berparut. Terdapat luka lepuh pada lengan dan kakinya, sementara di kepala penuh bercak dan lebam, serta beberapa gigi bagian atas tanggal.
Ia disiram dengan air panas, ditonjok, dan dipukul dengan kayu di bagian kepala. Semua dilakukan apabila majikannya itu tak berkenan atau kesal hati dengan hasil kerjaan Anisa.
Perlakuan tak manusiawi didapatnya hampir setiap hari. Ia juga mengaku kerap menjadi objek pelampiasan amarah kala kedua majikannya sedang bertengkar.
Komunikasinya dengan dunia luar pun terputus sama sekali. Sementara upahnya selama bekerja cuma diberi sekali saja.
"Tak bisa dihubungi karena teleponnya dirampas majikan. Makanya dia tak bisa beri kabar," ujar Jefri.
Suatu hari Anisa kabur. Ia bersembunyi dan tidur di atas pohon pada malam hari, lalu melanjutkan pelarian pada siang hari.
Malam itu dengan kondisi gelayaran dia meminta tolong kepada seseorang berkebangsaan India. Ia terpaksa turun dari persembunyian karena lapar dan kehausan.
Orang yang menolongnya berinisiatif membawa Anisa ke kantor polisi. Apa lacur, kedatangan mereka ke kantor polisi malah membawanya kembali ke tangan sang majikan.
"Dibawa ke situ, kembali lagi lah ke majikannya," ucap Jefri.
Anisa bekerja pada Puan Salmi Binti Ar-Rahman Puan Nizam di Kota Rawang, negara bagian Selangor Darul Ehsan, di utara Kuala Lumpur. Infonya, kedua majikan Anisa merupakan anggota dan petinggi Kepolisian setempat.
"Majikannya kepala polisi. Pas diantar lagi ke majikannya, lebih parah lagi lah ia disiksa," kata Jefri.
Lama berselang setelah itu, tiba-tiba majikannya menjanjikan akan memulangkan Anisa ke kampung halaman. Anisa diinapkan ke salah satu hotel kawasan Kajang melalui jasa seseorang yang dikenal sebagai 'datok', Kamis (18/7).
Anisa dibohongi. Dalih diinapkan di hotel kiranya hanya modus majikan durjana untuk membuangnya, karena ia tak kunjung dijemput hingga waktu yang telah dijanjikan.
"Waktu itu memang dibawa ke hotel. Dijanjikan dibawa pulang ke Aceh. Dibilang jam 5 dijemput. Dibayar sewa hotel cuma satu malam. Siang tidak dijemput sampai sore. Pihak hotel kan harus bayar, tidak mau tahu," katanya.
Di tengah kelinglungannya, Anisa bertemu dan tertolong oleh sesama buruh migran berkewarganegaraan Indonesia asal Pulau Jawa. Dari situlah penyiksaan yang dialami Anisa terbeberkan ke publik.
Beberapa warga Aceh yang berdomisili di Malaysia terlibat dalam mendorong kasus ini hingga terdengar ke telinga KBRI Kuala Lumpur (KL). Anisa kini menginap di rumah perlindungan di bawah otoritas kedutaan.
Menurut salah seorang warga Aceh yang ikut mendampingi, Mukhtar Abdullah, kasus ini mulai ditangani oleh KBRI KL sejak Senin (22/7). Anisa sebelumnya sempat menginap di rumah sepupunya di Ampang, Selangor.
"Anisa sewaktu berada di hotel diambil oleh perempuan Jawa dibawa balik ke rumah dia, kemudian di-upload ke Facebook di situlah saya tahu akhirnya saya pergi ke rumah kakak Jawa itu," kata Mukhtar kepada Liputan6.com, Rabu malam (24/7).
Kepala Dinas Sosial Provinsi Aceh, Alhudri mengatakan, pemerintah Aceh terus melakukan komunikasi dengan KBRI KL. Termasuk mengurus hal-hal yang dibutuhkan Anisa dalam penanganan kasus ini.
"Kita sudah intens dengan orang KBRI. Berkomunikasi terus. Kemarin juga sudah kita WA-kan paspornya ke sana. Diminta dari sini," kata Alhudri.
Alhudri berharap keadilan ditegakkan. Pemberlakuan hukuman terhadap pelaku serta pemenuhan hak terhadap penyintas akan didorong pemerintah Aceh via KBRI KL.
"Kita dorong melalui ke KBRI. Karena enggak benar itu. Kita mana terima itu. Perkara umpamanya soal beliau (Anisa) itu masuknya ke sana, itu urusan lain," tegas Alhudri.
Perkara pemberlakuan hukuman ini juga digarisbawahi oleh Jefri. Ia ingin adik iparnya itu mendapat keadilan, seadil-adilnya.
"Bagaimana cara harus lepas dan segera pulang. Bagaimana ia pergi, sehat, pulang juga mesti sehat. Jangan sampai cacat seumur hidup, nanti sama orang saja jadi takut nanti ketemu. Apalagi dia perempuan," pintanya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban mengalami trauma ganda. Selain perlakuan tak manusiawi, ia juga ketakutan karena suasana perang.
Baca SelengkapnyaCerita korban TPPO Disekap Berbulan-Bulan dan Kerja Tanpa Digaji
Baca SelengkapnyaSeorang TKI asal Nusa Tenggara Timur (NTT) bernasib malang saat bekerja di Malaysia.
Baca SelengkapnyaSementara ketiga teman korban dibebaskan tanpa terluka di tengah jalan oleh para tersangka.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaDua wanita asal Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar), ditangkap polisi. Mereka diduga terlibat tindak pidana perdagangan orang (TPPO) antarnegara.
Baca SelengkapnyaPihak keluarga saat ini sedang mengupayakan kepulangan Aas ke Indonesia. Namun upaya itu masih terganjal oleh beberapa persyaratan yang harus dipen
Baca SelengkapnyaMereka diduga berangkat dengan cara ilegal dan menjadi korban perdagangan manusia.
Baca SelengkapnyaKasus dugaan tindak pidana penjualan orang (TPPO) di Ogan Ilir diungkap polisi. Ironisnya, pelaku dan tujuh korbannya merupakan keluarga dekat.
Baca SelengkapnyaKorban dikurung dan disiksa selama 10 hari di pelbagai tempat negara bagian Malaysia, termasuk Penang.
Baca SelengkapnyaRohmana, seorang pria asal Sumedang menceritakan pengalaman ketika dirinya bekerja di Malaysia.
Baca SelengkapnyaSuami berinisial ZU (44 tahun) di Aceh Timur yang berprofesi sebagai PNS ditangkap polisi karena diduga menganiaya istrinya SA (28).
Baca Selengkapnya