Vendor Blak-blakan Harga Menu Super Hemat Cegah Stunting di Depok, Ada Potongan Pajak dan Fee
Para vendor itu juga mengaku sudah mendapatkan keuntungan dari usaha penyediaan PMT.
Pemkot Depok menganggarkan Rp4,7 miliar untuk program PMT lokal.
Vendor Blak-blakan Harga Menu Super Hemat Cegah Stunting di Depok, Ada Potongan Pajak dan Fee
Pihak penyedia pemberian makanan tambahan (PMT) lokal di Kota Depok memberikan penjelasan usai polemik menu sawi dan tahu yang menjadi viral.
Sajian menu dipertanyakan karena anggaran dari program ini mencapai Rp4,7 miliar. Adapun harga perporsi Rp18.000.
Pihak vendor membenarkan harga per porsi menu cegah stunting sebesar Rp18.000. Tetapi nilai itu, belum dipotong pajak. Setelah dipotong pajak maka menu makanan sehat menjadi seharga Rp12.870. Adapun rincian pajak yakni 2 persen bagi yang punya NPWP dan 4 persen bagi yang tidak punya NPWP.
Pihak vendor membenarkan harga per porsi menu cegah stunting sebesar Rp18.000. Tetapi nilai itu, belum dipotong pajak. Setelah dipotong pajak maka menu makanan sehat menjadi seharga Rp12.870. Adapun rincian pajak yakni 2 persen bagi yang punya NPWP dan 4 persen bagi yang tidak punya NPWP.
"Kita terima kan satu paket Rp18.000. Saya buat hitungan (potongan) PPH 2 persen yang punya NPWP, kalau tidak punya 4 persen. Potongan fee untuk platform Mbiz 2 persen, kemudian ongkir Rp2.000, kemasan Rp2.500 untuk satu hari. Total setelah potongan kita terima Rp12.780."
Kata Kemal, salah satu wira usaha baru (WUB) atau vendor penyedia PMT lokal.
Nilai itu diolah untuk dua model penyajian. Yakni kudapan dan makanan lengkap. Tentu saja, untuk makanan lengkap nilai itu tidak cukup. Sehingga, katanya, dilakukan lah subsidi silang.
"Jadinya kita subsidi silang dari keuntungan kudapan. Jadinya rata-rata kita dapat Rp10.000 tapi bukan berarti yang dikasih dari Dinkesnya segitu. Kita dapatnya Rp18.000, cuma akhirnya kita inisiatif subsidi silang menu kudapan untuk menu makan besar, jadinya rata-rata yang menu kudapan itu Rp 10.000."
Ujar Kemal.
Kemal mengaku sudah dapat untung dari nilai tersebut. Besaran untung yang didapat enggan dibeberkan.
"Apa itu untung? Untung, kalau engga untung ngga mungkin kita jalanin. Kita hitung tiap hari, masih untung kok," katanya.
Terpisah, Iza, WUB di Kecamatan Beji juga mengakui harus melakukan sistem subsidi silang untuk menu kudapan dan menu besar dari dana Rp18.000/porsi yang disediakan. Dia mengaku sejauh ini sudah mendapatkan keuntungan meski besarannya tak mau disampaikan.
"Cukup kok ada untung. Kadang ada makanan yang hari ini lebih murah dibanding besok, jadi ada subsidi. Misal hari ini tahu juragan, memang tahu tapi topingnya ada udang, ikan yang giling dan jadikan seperti tahu isi. Besoknya bikin makaroni skutel, ayam dan telur dua pieces yang kita buat. Jadi intinya memang subsidi silang. Kalau kita beli jumlah banyak bisa untung," kata Iza menceritakan.
Untuk toples yang digunakan sebagai wadah, Iza mengaku membeli dalam jumlah besar bersama WUB lainnya. Karena jika membeli satuan di market place harganya cukup tinggi.
"Sempat cari di market place harga toples Rp 21.000, kami kordinasi. Kalau beli banyak kan lebih murah. Saya akhirnya beli bareng-bareng. Nyarinya toples kecil untuk kudapan," kata Iza menceritakan.
Membuat Laporan Kandung Gizi Makanan
Kemal menambahkan, sebagai vendor menu cegah stunting, setiap harinya dia harus membuat laporan kandungan gizi menu yng disajikan. Laporan tersebut diberikan kepada petugas gizi di puskesmas.
"Karena memang dari standar gizi, kita sebagai pengada setiap hari harus share menu, ukurannya berapa gram, jadi berapa porsi ke tim gizi puskesmas. Jadi kita tiap hari laporan," kata Kemal.
Saat ini, Kemal menjadi koordinator untuk 1.300 makanan cegah stunting yang dibagikan di wilayah Sawangan Depok. Jumlah tersebut dibagikan pada sejumlah WUB yang ada di kecamatan tersebut.
"Di Kecamatan Sawangan kurang lebih ada 1.300 paket. Tapi saya cuma pegang 200 karena dibagi lagi dengan pelaku UMKM di kelurahan. Satu orang ada yang pegang 50-100," ujarnya.