WN Amerika di Bali menangis minta 4 anaknya dibebaskan
Merdeka.com - Eli Gattenio (51) warga Amerika Serikat yang tinggal di Bali meminta keempat anaknya yang berada di Rumah Penampungan Trauma Center milik Kementerian Sosial di Jakarta dibebaskan. Permintaan itu disampaikan Eli dalam sidang hak asuh anak di Pengadilan Agama Kabupaten Badung, Kamis (21/3).
"Saya rela berbuat apa saja asal mereka bisa bersama saya kembali," ujar dia sambil menangis.
Eli menuturkan, sudah setahun berpisah dengan keempat putrinya, Indigo Lilian Gattenio (13), si kembar Hope Elisabeth Gattenio dan Joy Elisabeth Gattenio (11) dan si kecil Nadia Eve Gattenio (5). Menurut Eli, keempat anaknya ingin pulang ke Bali untuk berkumpul kembali dengannya.
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Siapa yang mengasuh 4 anak perempuan? Ibunda Hilda, seorang ibu tunggal yang sukses dan tangguh, mampu mengasuh keempat anak perempuannya dengan luar biasa.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Siapa yang terdampak dari broken home? Dampak dari broken home dapat terasa pada anggota keluarga, terutama anak-anak.
-
Bagaimana anak menerima keadaan keluarga yang hancur? Ajari aku bagaimana caranya menerima keadaan tanpa membenci kehidupan.
-
Bagaimana cara mengatasi anak broken home? 'Menjadi utuh lagi adalah impian mereka yang broken home.'
"Mereka bilang mau pulang ke Bali untuk bertemu bapaknya dan ingin kembali ke sekolah. Dia juga bilang sudah putus asa dan bilang benci berada di Jakarta," ungkap Eli.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi yang dihadirkan sebagai saksi dalam sidang menyatakan RPTC milik Kementerian Sosial sangat tidak layak untuk anak.
"Kami dua kali menemui anak-anak itu dan mereka protes keras karena merasa dalam penjara. Mereka ingin kembali ke rumah dan sekolah," kata pria yang dipanggil Kak Seto ini.
Prahara rumah tangga ini berawal saat Eli bercerai dengan Sari Soraya Ruka, Mei 2010 lalu. Sejak itu Eli menjadi single parent bagi keempat putrinya.
Bulan Maret 2011, Eli mengancam bunuh diri bersama keempat anaknya karena diancam akan dideportasi ke Amerika. Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar saat itu mengeluarkan nota catatan untuk membatalkan deportasi itu demi alasan kemanusiaan. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaMenurut dia, keluarga korban dua balita ini berada di Solo dan satu lagi di Papua.
Baca SelengkapnyaNP dihukum 14 bulan penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Lubuklinggau. Padahal, selama ini dia merasa diteror pria yang suka mengintipnya.
Baca SelengkapnyaDari sebuah rekaman CCTV terlihat anak itu dibawa seorang laki-laki dan perempuan yang berboncengan menggunakan sepeda motor.
Baca SelengkapnyaMomen haru anggota TNI yang lama bertugas jauh dari keluarga yang akhirnya pulang. Sang anak tampak tak mengenali bahkan menangis saat bertemu ayahnya.
Baca SelengkapnyaSeorang ayah ingin mengakhiri hidupnya, setelah mengetahui empat anak yang dikunci di dalam kamar mandi tewas.
Baca SelengkapnyaAnak Papua menangis histeris menghadang mobil TNI yang hendak pulang kampung. Mereka tak ingin ditinggalkan.
Baca SelengkapnyaSalah satu anggota Perkumpulan Pejuang Anak Indonesia mengeluhkan sulitnya bertemu darah dagingnya.
Baca SelengkapnyaIbu korban menangis tiada henti saat mengantarkan empat peti jenazah anaknya ke TPU Perigi, Sawangan, Depok.
Baca SelengkapnyaTetangga korban, Irwan mengungkap identitas keempat korban.
Baca SelengkapnyaViral momen polwan kunjungi panti asuhan balita di Semarang, penuh haru.
Baca SelengkapnyaTetangga mengaku sempat mendengar adanya benturan ke dinding dan guyuran air dari dalam kontrakan yang dihuni oleh pelaku.
Baca Selengkapnya