Elektabilitas Jokowi tinggi, PDIP anggap biasa
Merdeka.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menilai tidak ada hal istimewa dari berbagai survei yang menyatakan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo alias Jokowi tinggi sebagai capres. Namun, mereka lebih menyiapkan sesuatu untuk pemerintahan ke depannya.
"Jokowi naik sudah biasa. Ketika elektabilitas Jokowi naik, parpol (partai politik) siapkan segala suatunya. Kita siapkan konsepsi pemerintahan ke depan," kata Wasekjen PDIP Hasto Kristiyanto, saat survei 'Kualitas Personal dan Elektabilitas Capres' di Jakarta, Minggu (1/12).
Tingginya elektabilitas Jokowi dibanding ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri , lanjut Hasto, bukan kecelakaan politik bagi PDIP. Bahkan, keduanya sama-sama menjalankan tradisi politik partainya.
-
Apa yang dikatakan Hasto soal Jokowi? Lebih lanjut Hasto menyatakan, Jokowi ingin mempertahankan kekuatan politik dengan menguasai parpol. Tidak hanya PDIP namun juga Partai Golkar pimpinan Airlangga Hartarto, salah satu pembantunya di Kabinet Indonesia Maju.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Siapa yang mengklaim telah menyatu dengan Jokowi? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan.
-
Bagaimana Jokowi berusaha agar tetap berkuasa? 'Diawali upaya untuk memperpanjang kekuasaan, dimulai dari upaya untuk menambah massa jabatan tiga periode, menambah massa jabatan 2-3 tahun, namun kedua upaya ini tidak berhasil,' ungkap dia.
-
Bagaimana cara mesin politik Jokowi dan mesin politik NU bekerja? Mereka yang bekerja sepenuh hati berbasis loyalitas, kesamaan frekuensi ideologis, dan keyakinan intelektualitas, akan bekerja lebih rapi ketimbang para influencer atau buzzer bayaran (seprofesional apapun mereka, pasti hasil kerjanya akan bebeda).
-
Apa yang menentukan mesin politik Jokowi dan mesin politik NU? Mereka yang bekerja sepenuh hati berbasis loyalitas, kesamaan frekuensi ideologis, dan keyakinan intelektualitas, akan bekerja lebih rapi ketimbang para influencer atau buzzer bayaran (seprofesional apapun mereka, pasti hasil kerjanya akan bebeda).
"Jokowi bukan hasil kecelakaan politik. Mega dan Jokowi sama menjalankan tradisi politik yang sama," jelasnya.
Seperti diketahui, Megawati berada di juru kunci dalam semua kriteria calon presiden (Capres) dari survei yang diadakan oleh Indikator Politik Indonesia (IPI) menggunakan metode 'top of mind' atau secara spontan. Dia kalah bersaing dengan juniornya sekaligus Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo alias Jokowi .
Sedangkan, Jokowi sendiri dianggap sebagai sosok yang pantas menjadi pemimpin Indonesia dalam survei 'Kualitas Personal dan Elektabilitas Capres'. Bahkan, melalui tiga metode, namanya tetap berada di puncak. Bahkan, dalam survei ini, menyebut nama Jokowi sebagai capres yang jujur dan bisa dipercaya. (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres naik signifikan mengalahkan Mahfud MD dan Cak Imin.
Baca SelengkapnyaNamun, kata dia untuk membangun peradaban politik yang berpihak kepada kehendak rakyat.
Baca SelengkapnyaSekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, menilai pemilihan umum (Pemilu) 2024 bukan sekedar Jokowi effect.
Baca SelengkapnyaNiat pensiun dari percaturan politik Tanah Air, Jokowi malah muncul kembali di Pilkada 2024 dengan 'open jastip' dukungan kepada calon kepala daerah.
Baca SelengkapnyaPDIP ibaratkan hubungan Jokowi dan Megawati ibarat ibu dan anak, yang pastinya sering terjadi perbedaan pendapat.
Baca SelengkapnyaPeneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, ada dua alasan utama mengapa dukungan publik untuk PDIP tinggi.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan upaya Presiden Jokowi berupaya mempertahankan kepemimpinannya dengan merebut PDIP dan Golkar.
Baca SelengkapnyaKoalisi itu tak terbentuk karena PDIP keburu mendeklarasikan Ganjar.
Baca SelengkapnyaDia tak terkejut jika Presiden Jokowi menginginkan posisi sebagai ketua umum PDIP.
Baca SelengkapnyaHasto mengatakan kartu tanda anggota atau KTA yang dimiliki Jokowi hanya formal
Baca SelengkapnyaKetika tingkat dukungan untuk Jokowi meningkat, maka berdampak positif bagi PDIP.
Baca Selengkapnya