Kasus Century disebut bakal pengaruhi elektabilitas Demokrat di 2019
Merdeka.com - Pengamat politik Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti menilai kasus korupsi bank Century dapat memengaruhi elektabilitas Partai Demokrat di Pemilu 2019. Kasus Century sendiri telah menyeret nama Boediono yang saat itu menjadi Wakil Presiden di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Bisa juga, tapi kan belum berkembang sampai sekarang, artinya Pak Boediono juga belum dimintai keterangan. Tapi menurut saya sih ya, sangat mungkin, ya isu Century itu. Tapi apakah kita lihat apakah setahun ini isu itu dinaikkan atau tidak tergantung KPK. Tapi kali itu terjadi sangat bisa menohok Demokrat," kata Ray saat ditemui di D'Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (24/4).
Ray menilai, dengan kasus Century Demokrat tak mesti tersandera untuk mendukung poros Jokowi. Menurutnya, peluang Demokrat membentuk poros ketiga masih ada. Diketahui, partai yang belum menyatakan sikap dukungan kepada Jokowi dan Prabowo Subianto adalah Demokrat, PKB dan PAN.
-
Siapa yang dituduh melakukan korupsi? 'Permintaan kebutuhan operasional Syahrul Yasin Limpo dan keluarganya yang juga didukung dengan petunjuk berupa barang bukti elektronik, chat WA antara terdakwa Syahrul Yasin Limpo dan Imam Mujahidin Fahmid, serta adanya barang bukti antara lain dokumen catatan staf Kementan RI dan bukti kwitansi serta transfer uang pembayaran kebutuhan menteri dan keluarganya.
-
Siapa yang menjadi tersangka kasus korupsi? Harvey Moeis menjadi tersangka dalam kasus korupsi Tata Niaga Komoditas Timah Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk periode 2015-2022.
-
Siapa yang korupsi Banpres? Dalam perkara ini, KPK telah menetapkan satu orang tersangka yakni Ivo Wongkaren yang merupakan Direktur Utama Mitra Energi Persada, sekaligus Tim Penasihat PT Primalayan Teknologi Persada tahun 2020.
-
Siapa yang diduga melakukan korupsi? KPK telah mendapatkan bukti permulaan dari kasus itu. Bahkan sudah ada tersangkanya.
-
Siapa pendiri Partai Demokrat? Gagasan pendirian Partai Demokrat pertama kali muncul dari SBY.
-
Apa itu Sengketa Pemilu? Sengketa Pemilu adalah konsekuensi yang mungkin terjadi dalam sistem penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Walaupun sistem sudah dirancang sebaik mungkin, kemungkinan pelanggaran yang bisa mencederai kualitas Pemilu masih bisa terjadi.
Lanjutnya, PKB sendiri cenderung mendukung Jokowi. Jika akhirnya Demokrat mendukung Jokowi dan minta jatah cawapres, menurut Ray PKB tak akan sudi. Maka dari itu peluang untuk kesepakatan poros ketiga masih ada.
"Membuat poros baru itu gak sulit, memang ada keinginan keras dari pak SBY membuat koalisi baru itu tetapi kalo hitung hitungan di atas kertas menurut saya bisa. PKB punya kecenderungan pada pak Jokowi, lebih dari itu kalo dia dapet wakil Presiden nya dari Demokrat itu dia juga gak maulah," tandasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Artikel ditulis reporter magang kampus merdeka program Kemendikbud: Nayla Shabrina.
Baca SelengkapnyaAnies belum mau mengungkapkan isi pertemuan dan langsung masuk ke dalam rumah SBY.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi I PDIP menyinggung soal keterlibatan Presiden dalam endorse salah satu paslon di Pilkada Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaApakah SBY terkena karma akibat peristiwa 2009? Cek faktanya
Baca SelengkapnyaKetua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung pribahasa musang berbulu domba.
Baca SelengkapnyaDukungan terbuka Presiden Prabowo Subianto terhadap pasangan calon Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Pilkada Jateng yang disampaikan dalam sebuah video menuai polemik.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Prabowo terus meningkat lantaran mesin politik KIM sudah mulai panas.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA mengungkapkan elektabilitas PDIP disalip Gerindra pada November 2023.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyampaikan terima kasih atas dukungan Aktivis 98 terhadap dirinya sebagai capres 2024.
Baca SelengkapnyaSelama mengusung calon pemimpin yang berasal dari rakyat, PDI Perjuangan tidak gentar sedikitpun.
Baca SelengkapnyaKata "Amin" kini sensitif diucapkan di kalangan Partai Demokrat. Beberapa kader yang mengucapkannya membuat ekspresi SBY berubah.
Baca Selengkapnya