Mencegah isu SARA dimainkan di Pilgub Jateng 2018
Merdeka.com - Direktur Lembaga Pengkajian dan Survey Indonesia (LPSI) Muchamad Yulianto dari Undip Semarang mengungkapkan, SARA tidak akan menjadi isu yang berpengaruh dalam pertarungan Pilgub Jateng 2018. Salah satu penyebabnya semua calon memiliki keyakinan dan agama sama dan berasal dari suku Jawa.
Meskipun dalam surveinya, Yulianto menemukan jika pemilih di Jateng ternyata masih sensitif dengan keyakinan dan agama dalam pilihan politik. 46,6 Persen pemilih masih menempatkan agama atau keyakinan menjadi pertimbangan saat menentukan pilihan pasangan calon Pilgub mendatang.
"Di Jawa Tengah tentang Pilkada berkaitan dengan sensitifitas agama akan muncul kalau ada orang yang di pencalonan berbeda agama. Berbeda agama di antara lima agama itu atau etnisnya berbeda. Tapi kalau selama etnisnya sama, agamanya sama, saya kira sulit untuk memunculkan sensitifitas dan keyakinan agama dalam pilihan politik," jelas Yulianto dalam perbincangan dengan merdeka.com Rabu (30/8) di Kota Semarang, Jateng.
-
Apa saja faktor yang mempengaruhi Pilgub Jateng? 'Peta kompetisi Pemilihan Gubernur Jawa Tengah berdasarkan temuan survei ini tampak masih cair. Semua kandidat masih berpeluang untuk saling mengungguli. Selain faktor popularitas calon, faktor Jokowi Effect, melalui tingkat kepuasan kepada presiden dapat berpengaruh,' imbuh dia.
-
Apa yang menjadi dasar munculnya tiga poros dalam Pilkada Jateng? Jika dilihat dari kursi di DPRD Jateng dan nama-nama tokoh yang beredar di masyarakat itu, setidaknya aka nada tiga poros dalam Pilkada Jateng 2024.
-
Siapa yang diprediksi unggul dalam Pilkada Jateng? Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan, mengungkapkan alasan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep unggul karena adanya pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Mengapa Pilkada Jateng menarik? Pilkada Jawa Tengah semakin menarik karena bakal ada 'perang bintang'.
-
Kenapa Ahmad Luthfi menepis 'perang bintang' di Pilkada Jateng? Dia menilai justru masyarakat yang nantinya akan lebih dewasa menyikapi perkembangan situasi di Pilgub Jateng. Sebab perbedaan harus disikapi secara bijak atau tanpa permusuhan. Termasuk paslon cagub Jateng usungan Koalisi Indonesia Maju (KIM), Jenderal TNI (Purn) Andika Perkasa-Hendrar Prihadi alias Hendi.'Pak Andika bagus, kemudian dari segi perfom, pernah sama-sama [tugas]. Saya Kapolres beliau Komandan Paspampres, tak perlu risaukan, demokrasi harus rangkulan dan perbedaan merupakan rahmat yang harus dijalankan sama-sama,' ungkapnya.
-
Siapa yang menjadi calon gubernur Jawa Barat? Calon Gubernur Jawa Barat Ahmad Syaikhu menggagas program Teras ASIH.
Selain itu, Yulianto menegaskan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah mengantisipasi terulangnya kembali trauma Pilkada DKI Jakarta di mana isu SARA, terutama agama dimunculkan untuk mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama.
"Jadi ini masalah Jawa Tengah (PDIP) sudah mengantisipasi kalau muncul itu akan terjadi gejolak berkaitan dengan keyakinan. PDIP menyadari bahwa Pilkada DKI itu buat pengalaman PDIP karena faktor etnis dan agama yang dipolitisasi untuk mengalahkan orang yang memiliki kualitas," ujarnya.
Yulianto menduga, antisipasi Megawati Soekarnoputri itu dengan tidak mengizinkannya Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo untuk ikut mendaftar di bursa bakal cagub Jateng yang digelar oleh DPD PDIP Jateng.
"Dan kebetulan dari PDIP lah yang mengusung sehingga di Jawa Tengah ada tokoh yang harus diapresiasi FX Rudy, tapi kan karena faktor agama dia menyadari sendiri dan PDIP menyadari bahwa itu bisa menimbulkan Pilkada DKI kedua. Karena yang akan dipolitisasi adalah faktor keyakinan," terangnya.
Yulianto menyebut ada banyak isu seperti persoalan Semen Rembang, persoalan ganti rugi jalan tol yang belum tuntas atau bahkan persoalan isu korupsi e-KTP yang bisa dipakai penantang untuk menyerang calon petahana.
"Misalnya mau menggoreng e-KTP, mau menggoreng (mengolah isu) semen, mau menggoreng jalan tol, mau menggoreng PLTU silakan. Itu mungkin lebih baik untuk di Jawa Tengah pertarungan soal itu dalam mencerdaskan pemilih daripada mempersoalkan soal Islam dan non Islam atau etnis Jawa atau non Jawa begitu," tandasnya.
Sementara itu Ketua Desk Pemenangan DPD Partai Gerindra Jateng Sriyanto Suryo Saputro mengimbau agar partai politik tidak menggunakan isu SARA untuk memenangkan Pilgub Jateng 2018 mendatang.
"Saya kira enggak. Itu analisis Mas Yulianto seperti itu bisa tapi kita tentunya sebagai partai politik tidak akan mengedepankan model pola-pola seperti itu. Soal Jakarta berimbas ke Jawa Tengah ya itu realita tentunya kita tidak bisa menolak. Tapi kita tidak baik mengkondisikan kayak begitu.
Sriyanto mengajak melakukan kompetisi secara fair dan terbuka tanpa membawa-bawa isu SARA di Jateng. Dirinya yakin, masyarakat Jateng sudah cerdas sehingga tidak akan bisa digoyang maupun di propaganda dengan isu SARA saat Pilgub berlangsung nanti.
"Bahwa kita ayo, kita bertarung secara fair, ya kita sehat atau kemudian kita harus namanya pilkada adalah sebuah SARAna demokrasi. Kenapa kita kemudian memasangkan isu agama. Saya kira tidak perlu lah semacam itu. Toh sekarang, mau diapa-apain, digoyang seperti apapun mereka sudah punya pilihan. Mereka sudah tidak dapat diatur-atur, tidak mudah dikompori. Itu saya kira masyarakat Jawa Tengah sudah cerdas.
Sedangkan Gubernur Jateng yang juga kader PDIP Ganjar Pranowo tidak yakin kasus pilkada DKI akan terulang di Jateng.
"Ya mudah-mudahan sih tidak karena agak beda kasusnya. Minimal dengan mereka yang trauma dengan Jakarta istilah saya. Kenapa trauma Jakarta? karena isu SARA-nya dikembangkan. Nah kalau di sini yang dikembangkan isu SARA-nya apa? Sekarang dari para calon (cagub) yang muncul relatif dari sisi agama sama. Jadi kalau membawa isu (SARA) itu agak berlebihan," ungkap Ganjar kepada awak media usai mengikuti pertemuan 25 bakal cagub dan cawagub di Panti Marhen Jalan Mayjend Sutoyo, Kota Semarang.
Ganjar berharap pertarungan Pilgub Jateng nanti berjalan sportif dan benar-benar kompetitif sebab kualitas demokrasi masyarakat di Jateng akan diuji pada Pilgub Jateng 2018 nanti. "Ya saya harapkan semuanya gentel saja. Gentel, tunggu bicara baik dan positif. Ini edukasi dan demokrasi kita akan diuji disini," pungkasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Calon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku mendapat serangan isu SARA. Dedi tidak terlalu memikirkannya karena yakin menang.
Baca SelengkapnyaKampanye secara negatif diharapkan tidak terjadi lagi karena berdampak buruk pada perkembangan demokrasi.
Baca SelengkapnyaKaesang mengatakan, Pilkada menjadi ajang pesta rakyat, tidak perlu saling hujat, menciptakan permusuhan.
Baca SelengkapnyaMenag mengingatkan, bangsa Indonesia dibangun oleh berbagai macam ras, suku, budaya, hingga agama.
Baca SelengkapnyaSekjen Gerindra juga mengungkap rencana pertemuan Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarnoputri dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaDiperlukan sikap lapang dada dalam menerima hasil pemilihan bagi seluruh pihak yang berkompetisi
Baca SelengkapnyaAlhasil para swing voter akhirnya memilih Luthfi-Yasin setelah partainya berkonsolidasi selama 10 hari.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengatakan, tidak masalah jika partai koalisi di tingkat nasional punya koalisi berbeda di tingkat daerah.
Baca SelengkapnyaSandiaga Uno, memberikan sinyal tak maju di Pilkada Jawa Barat 2024.
Baca SelengkapnyaTerlebih, petahana di Jawa Barat juga digadang-gadang akan maju kembali di Pilkada.
Baca SelengkapnyaDirinya sudah menjalin komunikasi dengan semua bakal calon yang akan berkontestasi.
Baca SelengkapnyaPenyelenggaraan Pilkada Serentak tahun ini bisa menjadi tolak ukur praktik demokrasi yang sesuai dengan perundang-undangan.
Baca Selengkapnya