PDIP Sentil Gibran Tak Sabaran: Karena Ada Karpet Merah Suka-Sukanya Ditabrak, Contoh Tak Bagus!
Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengaku kecewa dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengaku kecewa dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
PDIP Sentil Gibran Tak Sabaran: Karena Ada Karpet Merah Suka-Sukanya Ditabrak, Contoh Tak Bagus!
Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengaku kecewa dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Sebagai kader muda, Gibran dinilai tidak punya kesabaran karena menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Djarot menuturkan, anak muda harusnya tidak langsung menerabas. Harus betul-betul punya visi yang baik.
"Jadi saya setuju tadi politik tidak bisa cengengesan, betul-betul punya visi, jangan sampai anak muda itu menerabas. Saya curhat saja di sini, saya kecewa sama Mas Gibran bukan apa-apa, dia anak muda, dia anak muda, tapi dia tidak punya kesabaran,"
katanya dalam diskusi di kawasan Matraman, Jakarta, Senin (30/10).
Djarot bercerita, PDIP sesungguhnya ingin menggembleng Gibran menjadi pemimpin dari bawah. Maka putra Presiden Joko Widodo itu diberikan kesempatan sebagai wali kota.
Tetapi, kata Djarot, yang terjadi Gibran langsung menerabas menjadi calon wakil presiden dengan diberikan karpet merah. Djarot menyebut Gibran contoh tidak bagus untuk anak muda.
"Kita ini sebetulnya menggembleng seorang pemimpin itu dari awal. Oke kita kasih kesempatan sebagai wali kota, kalau bagus bisa naik ke provinsi. Provinsi bagus naik lagi, tidak langsung potong kompas karena ada karpet merah, misalnya ya, suka-sukanya ditabrak, ini contoh-contoh yang tidak bagus menurut saya untuk anak muda. Mohon maaf. Contoh tidak bagus," katanya.
Anak muda, kata Djarot, punya nilai semangat untuk berjuang, bertarung, berimprovisasi, berkreativitas dan bekerja keras untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih naik. Apa yang ditampilkan Gibran justru sebaliknya dengan privilese dan mengharapkan karpet merah.
"Bukan yang mengharapkan privilege, tidak mengharapkan karpet (merah) tidak berproses," ujarnya.
Berbeda dengan ayah Gibran, Joko Widodo merupakan wujud kaderisasi yang berhasil. Berproses dari bawah mengawali dengan menjabat sebagai wali kota, gubernur sampai akhirnya presiden dua periode.
"Ini berproses, lha ini ada proses-proses yang kemudian sekarang kita lihat ini diterjang oleh Mas Gibran. Ini yang kita prihatin, tadi saya sampaikan bahwa saya sebagai ketua bidang ideologi kaderisasi, nah ini ada yang salah ini. Ini pengecualian, saya anggap gagal lah," ujar Djarot.