PKS: Rakyat Bisa Nilai 4 Tahun Jokowi Gagal Wujudkan Janji
Merdeka.com - Survei Median menyebutkan, selisih elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga hanya 9,2 persen. PKS menilai, hal itu terjadi karena rakyat sudah paham Jokowi gagal wujudkan janji kampanye di Pilpres 2014 lalu.
Direktur Pencapresan PKS, Suhud Aliyuddin mengatakan, survei Median semakin memperlihatkan bahwa elektabilitas petahana mentok di bawah 50 persen. Sementara trend elektabilitas Prabowo-Sandi terus mengalami peningkatan.
"Hal itu menambah keyakinan kami bahwa peluang menang sangat besar. Masyarakat sudah bisa menilai kinerja Pak Jokowi dalam 4 tahun ini gagal mewujudkan janji-janjinya. Karena itu tidak mudah bagi Pak Jokowi untuk menaikkan elektabilitas di sisa masa kampanye," kata Suhud kepada merdeka.com, Selasa (22/1).
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Mengapa persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di era Jokowi menurun? Adapun jika melihat trennya, persepsi positif menurun, sebaliknya persepsi negatif meningkat.
-
Bagaimana persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di era Jokowi? Survei Indikator menunjukkan bahwa responden menilai kondisi pemberantasan korupsi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) buruk, dengan jumlah persentase sebesar 32,7 persen.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
Juru Debat Prabowo-Sandiaga ini pun akan fokus menggarap pemilih mengambang di sisa kampanye yang ada saat ini. Dia menargetkan, Prabowo-Sandiaga menang besar pada 17 April mendatang.
"Di masa kampanye ini kami fokus memastikan pemilih yang masih galau agar swing voters menjatuhkan pilihan pada pasangan Prabowo-Sandi. Kami juga berusaha agar selisih kemenangan bisa lebih besar," tutup Suhud.
Dalam survei median, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf meraih 47,9 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 38,7 persen. Jarak antar kedua pasangan ini hanya sekitar 9,2 persen.
Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu juga membeberkan sejumlah janji kampanye Jokowi pada 2014 yang dianggap gagal diwujudkan. Menurutnya, banyak janji yang tak dilaksanakan Jokowi.
"Janji kampanye tidak dilaksanakan maka itu kebohongan. Tapi kalau dilaksanakan tapi tidak tercapai itu bukan kebohongan," jelasnya dalam diskusi bertajuk 'Jejak-jejak Kebohongan Jokowi?' di Kantor Seknas Prabowo-Sandi di Jl HOS Cokroaminoto No 93, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/1).
Dia melanjutkan, salah satu kebohongan Jokowi adalah tidak akan berutang dan tak akan mengimpor pangan dari luar negeri. Menurutnya, hal paling bahaya adalah kebohongan yang ditutup dengan kebijakan.
"Saya tidak akan utang ke luar negeri, itu bohong besar. Saya tidak akan impor pangan dari luar negeri, itu juga bohong," ujar Said.
Lalu, kebohongan selanjutnya adalah Mobil Esemka. Dia mengatakan, capres nomor urut 02 Prabowo Subianto pun menjadi korban kebohongan mobil Esemka tersebut. Said mengaku pernah didorong untuk mempromosikan mobil tersebut. Namun dia tegas menolak.
"Saat saya melawan kebohongan pada saat itu mobil Esemka, saya Ketua Persatuan Insinyur Indonesia, Pak Bapak endors lah ini. Tapi saya gak mau karena menurut saya ini kebohongan. Esemka itu adalah kebohongan," ujar Said Didu.
"Pak Prabowo juga korban saya rasa karena dia beli 5 biji," tambahnya.
Bukan cuma Jokowi, Said Didu bakal melawan jika pun Prabowo-Sandi melakukan kebohongan. "Saatnya negara ini dihentikan dari kebohongan. Saya ingin membasmi pencitraan berbasis kebohongan," tegasnya.
Lebih jauh, dia bercerita soal rakyat Amerika Serikat yang lebih memilih Donald Trump ketimbang Hillary Clinton. Menurutnya, warga Amerika sangat menghormati moral yang jauh melekat pada Hillary dari pada Trump.
Namun, rakyat Amerika melabuhkan dukungan kepada Trump karena memiliki komitmen kuat untuk melindungi negara. Dari situ, Said berpandangan, bila orang moralnya bagus tapi tak ada daya juang untuk melindungi negara akan percuma.
"Saya tanya kenapa memilih Trump. Jawaban mereka, negara kami terancam, sehingga butuh pemimpin yang menyelamatkan negara kami. Gedung ini dibeli China, itu dibeli China. Kalau Trump tidak memimpin maka China akan membeli," terang Said.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
80 persen pemilih puas atas kinerja Presiden Joko Widodo
Baca SelengkapnyaPopulasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau s
Baca SelengkapnyaPSI hanya menarik 3 persen dari pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi.
Baca SelengkapnyaSaat disinggung banyaknya masyarakat Jawa Tengah yang masih bimbang, Jokowi minta kedua calon agar bisa meyakinkan
Baca Selengkapnyasurvei dilakukan Indikator Politik Indonesia dalam rentang 25 Agustus – 3 September 2023, menempatkan 1.200 responden.
Baca SelengkapnyaBelum tentu adanya korelasi kepuasan Jokowi dengan elektabilitas Gibran.
Baca SelengkapnyaSurvei LSI Denny JA yang mengusung tema "Di Ambang Pilpres Satu Putaran Saja" ini dilakukan pada periode 16-26 Januari 2024.
Baca SelengkapnyaSurvei Indikator ini dilakukan pada tanggal 18-21 Februari 2024 kemarin.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menilai permintaan maaf Presiden Jokowi di akhir masa jabatannya wajar saja
Baca SelengkapnyaMeski tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi cukup tinggi, ada lima kondisi masyarakat di era Jokowi yang menjadi perhatian.
Baca SelengkapnyaPenurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud dinilai karena blunder gaya kampanye yang menyerang Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaMenurut survei ini, mayoritas warga cukup puas atas kinerja Jokowi sebagai Presiden sebesar 76.2%.
Baca Selengkapnya