Soekarno dan Tan Malaka jadi Inspirasi Said Abdullah Masuk Partai
Said menceritakan pengalamannya sejak awal terjun ke dunia politik.
MH Said Abdullah sudah tercatat lima kali lolos sebagai Anggota DPR RI dari Madura. Politikus PDIP itu bahkan pada Pileg 2024 ini, menjadi peraih suara tertinggi yang mencapai lebih dari setengah juta suara.
Kepercayaan masyarakat pemilih dari Madura kepada Said Abdullah bukan tanpa alasan. Said telah kenyang pengabdian dan pengalaman di bidang politik. Kurang lebih seperempat abad, Said mendedikasikan hidupnya berjuang untuk masyarakat kampung halamannya.
Pada suatu kesempatan, Said, menceritakan pengalamannya sejak awal terjun ke dunia politik. Pria kelahiran Sumenep 22 Oktober 1962 itu mengaku sejak masih sekolah, gemar membaca. Kebetulan, ayah Said, yang memiliki latar belakang Nahdlatul Ulama (NU) mengoleksi beberapa buku bacaan. Dan kegemaran itu pun turun kepada Said. Di antara buku milik ayahnya yang dibaca Said ketika ia masih SMP adalah buku berjudul Sarinah karya Soekarno.
"Setelah membaca itu, saya tambah tertarik. Kemudian saya membaca Di Bawah Bendera Revolusi, waah semakin bergetar dada ini," kata Said Abdullah.
Said menyebut ayahnya sempat melarang untuk membaca buku-buku tersebut karena mungkin dinilai belum cukup umur. Tapi kata Said, justru karena dilarang ayahnya dia penasaran dan diam-diam menyelesaikan bacaannya itu.
Kemudian kegemaran Said membaca juga sampai untuk melahap buku-buku karya Tan Malaka. Karena mencerna buah pikiran Soekarno dan Tan Malaka itulah, Said pada saat masih SMA berniat masuk ke partai politik untuk ikut berjuang untuk bangsa dan negara. Dan partai yang ia tuju adalah Partai Demokrasi Indonesia (PDI), yang merupakan cikal bakal PDIP sekarang.
Menurut Said, pikiran Soekarno dan Tan Malaka yang ia pelajari membuatnya merasa cocok dengan PDI. Padahal latar belakang di lingkungannya sangat kental dengan NU.
"Dulu di kampung saya itu aneh kalau masuk PDI. Karena kalau enggak NU, ya Golkar," ucap Said.
Sudah masuk PDI sejak SMA, itulah awal Said terjun ke dunia politik. Di mana ia sudah menjadi ketua salah satu organ politik Segi Tiga Banteng yakni Pemuda Demokrat DPC Sumenep. Dan ketika kelas 3 SMA, Said Abdullah sudah dipercaya menjadi Sekretaris DPC PDI dan Ketua Majelis Muslimin Indonesia.
"Ini awal saya memulai karir politik praktis. Dan sampai saat ini sudah lebih separuh umur saya menggeluti dunia politik," katanya.
Setelah lulus SMA tahun 1984, Said semakin aktif berpolitik. Ketika itu, Said sudah bersahabat dengan Megawati Soekarnoputri yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua DPC Jakarta Selatan.
Pada tahun 1986 atau di usia 23 tahun Said Abdullah terpilih menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Partai (MPP) Pusat dan termuda se Indonesia.
"Usai Pemilu tahun 1987 menjadi Staf Ahli Wakil Ketua DPR-RI di Bidang Polkam. Masa-masa pembentukan karakter politik saya, yakni dari tahun 1982 sampai 1988. Baru bisa mulai mandiri di dunia politik pada awal tahun 90-an," ucap Said.
Walau sudah aktif berpolitik sejak SMA, tapi Said awalnya tidak pernah bermimpi untuk menjadi Anggota DPR. Awalnya karena pertimbangan kemampuan akademik yang hanya lulusan SMA. Namun, partai justru mendesak mengamanatkan.
"Keinginan saya menjadi wakil rakyat di tingkat Kabupaten. Waktu itu, mau ambil dapil Cilacap atau asal kelahiran istri. Tapi, DPP justru mengamanatkan di DPR-RI Dapil Madura. Karena perintah partai, saya jalani meski saat itu butuh perjuangan yang keras dan perlu meyakinkan pada publik," katanya.
Said pertama kali berhasil lolos menjadi Anggota DPR RI pada Pemilu 2004. Saat itu, Said memperoleh 9.776 suara. Said selalu berhasil mempertahankan kursinya di Senayan pada 4 edisi Pileg berikutnya. Pada Pemilu 2009, Said di dapil yang sama mendapatkan 77.092 suara. Berikutnya di Pemilu 2014, suara Said kembali naik menjadi 112.539 suara. Lalu Pemilu 2019, suara Said naik lagi menjadi 176,981 suara. Teranyar, Said menjadi peraih suara Pileg terbanyak yang membuatnya bertahan di Senayan selama lima kali secara berturut-turut.