Surya Paloh dan awal reformasi runtuhnya rezim Soeharto
Merdeka.com - Tokoh nasional Surya Paloh menjadi pembicara di Universitas Syiah Kuala, Aceh. Salah satu yang dibahas Paloh mengenai transisi masa orde baru ke reformasi.
Paloh menceritakan, kala itu rezim berakhir usai Presiden Soeharto mengundurkan diri setelah muncul desakan dari mahasiswa dan masyarakat. Bahkan 10 menteri lebih ikut mundur tak lama setelah Soeharto lengser.
"Inilah yang mengawali era reformasi 98 bawa tema anti-KKN. Yang terjadi DPR lakukan teori pendulum ekstrem dari kanan jadi anti yang berlebih," katanya di lokasi, Jumat (11/5).
-
Bagaimana mahasiswa merespon pengunduran diri Soeharto? Pengunduran diri Soeharto tersebut disambut suka cita oleh para mahasiswa. Aksi pendudukan Gedung DPR/MPR berubah menjadi pesta rakyat.
-
Kapan Soeharto lengser dari jabatan presiden? Kamis, 21 Mei 1998, menjadi sejarah untuk Bangsa Indonesia. Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri dari kursi presiden setelah berkuasa selama 32 tahun.
-
Apa yang memicu lengsernya Soeharto? Kondisi ini menjadi momentum semakin masifnya gerakan menuntut Soeharto mundur dari kursi presiden.
-
Mengapa Soeharto akhirnya lengser? Setelah merasa kehilangan dukungan dari orang orang terdekatnya, Soeharto akhirnya bersedia mengundurkan diri setelah lebih dari 32 tahun berkuasa.
-
Kapan Sutiyoso mengundurkan diri? Surat pengunduran diri Sutiyoso disampaikan pada 13 Oktober lalu.
-
Bagaimana Soeharto menyingkirkan jenderal? Di era Orde Baru, 'Didubeskan' atau dikirim menjadi Duta Besar adalah cara Soeharto menyingkirkan para jenderal di sekelilingnya yang dianggap tidak lagi sejalan atau bisa menjadi saingan.
Pemerintah pun kemudian melakukan amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali. Menurutnya, sebetulnya spirit amandemen tersebut hanya satu pasal, yakni jabatan waktu presiden.
"Presiden jangan 35 tahun kalo bisa 10 tahun tapi kebablasan. Struktur jadi rancu. UUD katakan presidensial. Tetapi posisi presiden diatur Parlementer," jelasnya.
Kemudian, kata Paloh, mulailah pembentukan komisi-komisi hampir 130 lebih. Namun, saat ini sudah dipangkas menjadi 70.
"Buat KPK niatnya bagus, badan yang orangnya macam malaikat, yang duduk enggak pernah salah. Enggak pernah berdosa. Akibatnya ketika Komisi III melahirkan kpk, bentuk pansus eh minta datang dia (KPK) minta tunggu MK," ujarnya.
"Nasib DPR enggak laku dibanding lembaga yang dibentuk. Persepsi masyarakat DPR maling. Ini bukan berarti antilembaga ini. Tetapi realita persepsi publik seperti ini," tambah Paloh.
Lebih lanjut Paloh mengatakan, dari 4 amandemen kurangkan tugas MPR pilih presiden. "Dulu DPRD pilih kepala daerah. Dulu ada GBHN," tuturnya.
Paloh melanjutkan, di reformasi ada baik buruk. Harus diakui hal yang mendasar harus dipahami ini bukan orisinal. "Ini demokrasi kopifoto. Mahasiswa guru besar mohon dalami riset model sistem demokrasi ini. Lebih banyak faedah mandat atau Mudarat. Demokrasi bukan tujuan, demokrasi hanya alat yang disepakati untuk antar tujuan dalam bawa tujuan," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Momen Soeharto saat akan tinggalkan Istana Merdeka usai diminta lengser dari jabatannya.
Baca SelengkapnyaSebelum mengumumkan pengunduran diri, Soeharto ingin bertemu tokoh-tokoh masyarakat.
Baca SelengkapnyaJenderal (Purn) Wiranto merupakan saksi sejarah lengsernya Presiden Soeharto setelah 32 tahun berkuasa.
Baca SelengkapnyaSoeharto marah dan dendam dilengserkan. Ada sejumlah orang dia cap sebagai pengkhianat.
Baca SelengkapnyaHidup Soekarno semakin parah usai dilengserkan dari kursi presiden.
Baca SelengkapnyaTritura sendiri merupakan momentum perpindahan dari masa pemerintahan Orde Lama (Soekarno) menuju Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.
Baca SelengkapnyaPotret Presiden Soeharto saat memimpin sidang terakhir Kabinet Pembangunan II viral menarik perhatian siapapun yang melihatnya.
Baca SelengkapnyaMiliter ada di belakang aksi-aksi mahasiswa pasca G30S/PKI. Ini pengakuan para jenderal saat itu.
Baca SelengkapnyaJelang Pemilu 2024, terdapat 24 partai politik yang akan bertarung. Sementara Orde Baru hanya ada tiga partai.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet), pada sidang akhir masa jabatan MPR periode 2019-2024.
Baca Selengkapnya