Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Kurang Tidur? Benarkah Bisa Sebabkan Kematian?
Kurang tidur selama beberapa waktu bisa berdampak buruk pada tubuh, namun benarkah hal ini bisa berdampak hingga kematian?
Kurang tidur mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang. Namun, ketika kurang tidur terjadi secara terus-menerus, dampaknya terhadap kesehatan bisa sangat serius, mulai dari perubahan suasana hati, penurunan fungsi kognitif, hingga risiko kecelakaan. Meskipun jarang, kurang tidur yang ekstrem bahkan dapat mengancam nyawa.
Mengalami satu malam tanpa tidur mungkin tidak langsung berdampak fatal, namun ketidaknyamanan yang ditimbulkannya sering kali sangat mengganggu. Beberapa orang mungkin terjaga sepanjang malam, terganggu oleh pikiran yang tak henti-hentinya berputar. Tentu, “Kurang tidur selama semalaman bisa membuatmu terasa tidak nyaman keesokan harinya.” Namun, apakah benar kurang tidur bisa menyebabkan kematian?
-
Apa yang bisa menyebabkan kematian tidur? Terdapat dua kemungkinan terkait masalah jantung yang dapat menyebabkan kematian saat tidur, yaitu serangan jantung atau masalah kelistrikan jantung yang berpotensi fatal.
-
Apa yang terjadi kalau kurang tidur? Hasilnya, para peneliti tidak menemukan hubungan antara pola makan sehat dengan penurunan risiko diabetes tipe 2 pada partisipan yang tidur kurang dari enam jam setiap hari.
-
Bagaimana tidur terlalu lama berpengaruh ke kesehatan? Efeknya terlihat pada gangguan metabolisme dan hormon, seperti insulin, yang dapat mempengaruhi kontrol gula darah.
-
Kenapa tidur terlalu lama bisa berbahaya? Meskipun istirahat yang cukup sangat penting, tidur terlalu lama telah terkait dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk meningkatnya risiko diabetes, penyakit jantung, dan bahkan peningkatan risiko kematian.
-
Apa risiko tidur terlalu lama? Dikumpulkan dari berbagai sumber, berikut sejumlah risiko masalah kesehatan yang bisa muncul akibat tidur terlalu lama.
-
Kenapa orang tidur kurang dari 7 jam beresiko kematian tinggi? Sebuah studi baru menunjukkan bahwa orang dengan obstructive sleep apnea (OSA) yang tidur kurang dari tujuh jam semalam memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidur lebih lama.
Dampak Kurang Tidur pada Tubuh
Satu malam tanpa tidur mungkin hanya akan menyebabkan rasa kantuk dan lelah di siang hari berikutnya. Namun, ketika kondisi ini terjadi lebih dari satu malam, tubuh mulai mengalami perubahan yang signifikan.
Tidak Tidur Selama 24-36 Jam
Setelah 24 Jam Tanpa Tidur
Menahan diri untuk tetap terjaga selama 24 jam memiliki dampak yang mirip dengan kondisi mabuk. Menurut sebuah penelitian pada tahun 2010, berada dalam keadaan terjaga selama 20 hingga 25 jam setara dengan memiliki kadar alkohol dalam darah (BAC) sebesar 0,10 persen. Sebagai perbandingan, di banyak tempat, seseorang dianggap mabuk secara hukum dengan BAC 0,08 persen.
Artinya, dalam kondisi ini, sebaiknya hindari aktivitas yang memerlukan fokus tinggi seperti mengemudi atau pekerjaan berisiko lainnya. Efek samping lain dari satu malam tanpa tidur meliputi kantuk di siang hari, kebingungan, perubahan suasana hati seperti cepat marah, dan kesulitan berkonsentrasi.
Setelah 36 Jam Tanpa Tidur
Setelah 36 jam tanpa tidur, tubuh mulai mengalami dampak yang lebih serius. Kurang tidur yang berkepanjangan memaksa tubuh untuk melepaskan lebih banyak kortisol, yaitu hormon stres yang biasanya meningkat dalam situasi penuh tekanan. Ketidakseimbangan hormon ini berdampak pada perubahan suasana hati dan peningkatan tingkat stres.
Selain itu, ketahanan tubuh terhadap infeksi menurun akibat terganggunya sistem kekebalan tubuh. Berkurangnya asupan oksigen juga bisa menyebabkan gejala seperti demam dan menggigil. Di tahap ini, seseorang mungkin mulai kesulitan dalam mengingat, merasa lelah, dan berbicara dengan lancar.
Tidak Tidur 2-3 Hari
Setelah 48 Jam Tanpa Tidur
Pada titik ini, dampak kurang tidur akan semakin terasa dan dapat mengganggu hampir seluruh aspek kehidupan sehari-hari. Seseorang mungkin akan sulit memahami percakapan, mengingat, atau bahkan menyelesaikan tugas-tugas sederhana. Keinginan untuk tidur akan semakin kuat hingga tubuh sering kali memasuki kondisi yang disebut “microsleep.” Microsleep adalah episode singkat saat tubuh tertidur selama beberapa detik hingga setengah menit, yang terjadi tanpa sadar. Seseorang mungkin baru tersadar setelah “terbangun” dengan perasaan bingung.
Kondisi ini juga berdampak pada sistem kekebalan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi. Risiko kecelakaan juga meningkat secara signifikan karena penurunan fungsi motorik dan kognitif.
Setelah 72 Jam Tanpa Tidur
Kurang tidur selama tiga hari atau lebih dapat menyebabkan gangguan pada persepsi realitas. Di tahap ini, tubuh dan pikiran mencapai titik kritis. Seseorang mungkin akan mengalami halusinasi, yang dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap apa yang nyata dan tidak nyata. Perubahan suasana hati yang ekstrem, seperti perasaan cemas, depresi, atau paranoia, sering kali muncul di tahap ini.
Selain itu, beberapa orang mengalami fenomena yang disebut "hat phenomenon," yaitu sensasi tekanan di sekitar kepala. Hal ini juga bisa berlanjut menjadi gejala psikosis, di mana seseorang kehilangan kontak dengan realitas, yang memperburuk risiko kecelakaan atau cedera serius.
Apakah Kurang Tidur Bisa Menyebabkan Kematian?
Secara umum, kematian akibat kurang tidur sangat jarang terjadi. Namun, jika seseorang terus-menerus mengabaikan kebutuhan tidurnya, berbagai masalah kesehatan dapat muncul, termasuk risiko kegagalan organ. Pada beberapa kasus, kurang tidur berkepanjangan memang dapat mengakibatkan kondisi kesehatan serius yang berujung pada kematian.
Selain itu, kondisi mental dan fisik yang melemah akibat kurang tidur meningkatkan risiko kecelakaan fatal, terutama ketika seseorang mengemudi atau mengoperasikan alat berat. Ketidakmampuan tubuh untuk pulih akibat kurang tidur yang ekstrem akhirnya akan mengakibatkan berbagai gangguan pada organ vital.
Cara Mengatur Pola Tidur yang Sehat
Penting untuk memahami bahwa tidur yang berkualitas sama pentingnya dengan nutrisi dan olahraga untuk kesehatan secara keseluruhan. Kebanyakan orang dewasa memerlukan 7 hingga 9 jam tidur per malam. Kekurangan tidur secara terus-menerus, baik karena tuntutan pekerjaan, stres, atau gangguan lainnya, dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.
Agar kualitas tidur tetap terjaga, beberapa langkah dapat dilakukan, seperti menjaga kamar tidur tetap nyaman, menghindari penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur, dan mencoba tidur di jam yang sama setiap hari. Berolahraga secara teratur juga dapat membantu tubuh lebih mudah memasuki kondisi rileks saat tidur.
Jika mengalami masalah tidur yang berkepanjangan, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan solusi yang tepat. Karena, meskipun kurang tidur mungkin tidak langsung menyebabkan kematian.