Dampak Kurang Tidur terhadap Kesehatan Mental, Bisa Sebabkan Kondisi Memburuk Secara Drastis
Kondisi kurang tidur bisa sangat memengaruhi keadaan mental seseorang sehingga penting diperhatikan.
Ketika seseorang kurang tidur, segala sesuatu di sekitar kita bisa terasa serba salah dan serba buruk. Kondisi ini bisa membuat mood kita naik-turun dengan cepat serta fokus menurun.
Tidur nyenyak tak sekadar dibutuhkan untuk menghilangkan rasa lelah fisik. Tidur yang berkualitas juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental dan emosional kita. Faktanya, kurang tidur dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental, dan sebaliknya, masalah kesehatan mental tertentu juga bisa mengganggu kualitas tidur.
-
Apa dampak buruk kurang tidur? Kurang tidur yang berkepanjangan memaksa tubuh untuk melepaskan lebih banyak kortisol, yaitu hormon stres yang biasanya meningkat dalam situasi penuh tekanan. Ketidakseimbangan hormon ini berdampak pada perubahan suasana hati dan peningkatan tingkat stres.
-
Kenapa kurang tidur bisa bikin suasana hati buruk? Dehidrasi dapat menyebabkan efek samping yang tidak menyenangkan seperti makan berlebihan, suasana hati yang buruk, dan sakit kepala, yang dapat sangat menguras energi jika Anda kekurangan tidur.
-
Bagaimana tidur terlalu lama berpengaruh ke kesehatan? Efeknya terlihat pada gangguan metabolisme dan hormon, seperti insulin, yang dapat mempengaruhi kontrol gula darah.
-
Bagaimana insomnia memengaruhi kualitas hidup? Walau sebenarnya terkesan sepele, mengidap insomnia sangatlah mengganggu kualitas hidup seseorang. Utamanya kesehatan fisik dan juga mental.
-
Kenapa insomnia bisa berdampak negatif? Dampak insomnia tidak hanya terbatas pada rasa kantuk atau kelelahan, tetapi juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang, seperti masalah jantung, tekanan darah tinggi, atau gangguan mood seperti depresi dan kecemasan.
-
Kenapa tidur berlebihan berdampak buruk bagi kesehatan? Dilansir dari WebMD, kelebihan tidur dapat memicu sejumlah penyakit dan bahkan meningkatkan risiko kematian.
Dilansir dari Verywell Mind, hubungan antara tidur dan kesehatan mental bersifat dua arah. Gangguan tidur bisa menjadi gejala dari kondisi kejiwaan, namun kurang tidur juga bisa memicu atau memperparah berbagai gangguan tersebut.
Dampak Kurang Tidur pada Kondisi Mental
Berikut sejumlah kondisi terkait bagaimana kurang tidur dapat memengaruhi kesehatan mental Anda:
Kabut Otak (Brain Fog): Tanpa tidur yang cukup, otak Anda seperti komputer yang kehabisan daya. Anda akan kesulitan berpikir jernih, mengingat sesuatu, dan menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan hal yang Anda inginkan. Menyelesaikan tugas pun terasa berat dan melelahkan.
Perubahan Suasana Hati: Kurang tidur dapat meningkatkan iritabilitas dan memicu perasaan cemas dan depresi. Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur mengganggu fungsi amigdala, bagian otak yang memproses emosi, sehingga Anda rentan menjadi lebih mudah marah dan kehilangan kendali atas emosi.
Perubahan Perilaku: Kurang tidur tak hanya memengaruhi suasana hati, tetapi juga perilaku. Anda mungkin menjadi lebih impulsif, hiperaktif, dan mudah meledak secara emosional. Interaksi sosial pun terganggu karena Anda mudah frustrasi dan sulit mengendalikan diri.
Stres: Kurang tidur membuat Anda kewalahan menghadapi stres, bahkan untuk hal-hal sepele. Pikiran Anda dipenuhi kekhawatiran tentang sulit tidur, yang justru semakin membuat Anda terjaga di malam hari.
Gejala Psikotik: Kurang tidur berat dapat memicu munculnya gejala psikotik sementara, seperti halusinasi dan perubahan persepsi. Sebuah penelitian menemukan, individu yang tidak tidur selama 24 jam mengalami halusinasi, dan pada mereka yang tidak tidur selama 60 jam, selain halusinasi, juga dilaporkan mengalami delusi.
Dampak Kurang Tidur pada Kondisi Kesehatan Mental Tertentu
Tidur yang buruk tidak hanya mengganggu kesehatan mental secara umum, tetapi juga memperburuk gejala dari kondisi kejiwaan tertentu. Berikut beberapa contohnya:
Depresi: Insomnia dan masalah tidur lainnya bisa menjadi gejala depresi. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kurang tidur juga bisa menjadi faktor pemicu depresi. Seseorang yang mengalami insomnia memiliki risiko dua kali lipat lebih besar untuk mengalami depresi dibanding mereka yang tidurnya nyenyak.
Gangguan Kecemasan: Hubungan antara tidur dan kecemasan bersifat timbal balik. Orang dengan kecemasan cenderung mengalami gangguan tidur, dan sebaliknya, kurang tidur bisa memicu perasaan cemas. Kondisi ini bisa menjadi lingkaran setan yang memperparah keduanya.
Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD): Kurang tidur merupakan gejala umum pada 80-90% penderita PTSD. Tidak hanya itu, kurang tidur juga diduga berperan dalam perkembangan dan menetapnya gangguan ini.
Gangguan Bipolar: Gangguan bipolar sering kali disertai dengan gangguan tidur, seperti insomnia, siklus tidur-bangun yang tidak teratur, dan mimpi buruk. Perubahan pola tidur ini bisa menjadi gejala atau pemicu kekambuhan gangguan bipolar, serta memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder): Gangguan hiperaktivitas dan deficit perhatian ini sering dikaitkan dengan masalah tidur. Penelitian menunjukkan bahwa 25-55% anak dengan ADHD mengalami gangguan tidur. Mereka mungkin kesulitan tidur atau terjaga di malam hari, mengalami gangguan pernapasan saat tidur, sering terbangun, dan mengantuk di siang hari.
Gangguan Makan: Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penderita gangguan makan mengalami gangguan tidur. Kurang tidur bisa meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan makan, sementara gangguan makan itu sendiri bisa menyebabkan terganggunya pola tidur.
Cara Atasi Susah Tidur
Tidur yang nyenyak bukanlah obat atau solusi instan untuk mengatasi gangguan mental. Namun, tidur berkualitas merupakan bagian penting dari rencana perawatan yang komprehensif. Penelitian menunjukkan bahwa memperbaiki kualitas tidur dapat berdampak positif pada berbagai kondisi kesehatan mental.
Terapi Perilaku Kognitif untuk Insomnia (CBT-i): Terapi ini berfokus pada mengatasi insomnia dengan membantu Anda mengubah pikiran dan kebiasaan yang mengganggu tidur. Anda akan belajar teknik relaksasi untuk mempersiapkan diri beristirahat.
Selain mencari bantuan dari tenaga medis profesional, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan sendiri untuk meningkatkan kualitas tidur dan kesehatan mental Anda. Berikut beberapa tips untuk menjaga kebersihan tidur (sleep hygiene):
Batasi tidur siang: Terlalu banyak tidur siang dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk tertidur atau nyenyak di malam hari. Tidur siang selama 20-30 menit sudah cukup untuk membuat Anda merasa lebih segar tanpa mengganggu tidur malam.
Terapkan rutinitas malam hari: Biasakan diri dengan rutinitas tertentu yang membantu Anda mempersiapkan diri untuk tidur setiap malam. Misalnya, mandi air hangat, membaca buku, atau berlatih meditasi selama beberapa menit untuk menenangkan tubuh dan pikiran. Ulangi rutinitas ini setiap malam untuk membantu menciptakan suasana yang kondusif untuk tidur nyenyak.
Hindari kafein dan stimulan menjelang tidur: Mengonsumsi kopi, soda, atau produk lain yang mengandung kafein di sore atau malam hari dapat membuat Anda sulit tidur. Nikotin juga merupakan stimulan yang dapat mengganggu kualitas tidur.
Batasi konsumsi alkohol: Minum alkohol, terutama sebelum tidur, dapat menyebabkan Anda sering terbangun di malam hari atau bangun terlalu pagi. Cobalah batasi atau hindari alkohol sama sekali untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas tidur Anda.
Matikan perangkat elektronik: Menonton televisi atau bermain ponsel sebelum tidur dapat membuat Anda sulit rileks dan mempersiapkan diri untuk tidur. Selain itu, cahaya biru yang dipancarkan dari layar perangkat elektronik dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur-bangun tubuh. Sebaiknya batasi penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur.
Konsultasikan dengan dokter jika Anda menduga masalah tidur Anda disebabkan oleh atau berkontribusi pada kondisi kesehatan mental. Depresi, kecemasan, dan gangguan kejiwaan lainnya dapat mengganggu tidur. Namun, mengatasi masalah tidur Anda juga dapat berdampak positif pada gejala psikologis Anda. Jika perubahan gaya hidup tidak mengatasi masalah tidur, dokter mungkin akan merekomendasikan psikoterapi dan pengobatan