Batuk Tak Kunjung Sembuh pada Anak Bisa Jadi Tanda Adanya Asma
Merdeka.com - Berbagai hal yang dilakukan oleh anak membuat mereka kerap kali mengalami batuk. Walau begitu, terjadinya batuk yang tak kunjung sembuh atau batuk kronik pada aanak perlu diwaspai oleh Orangtua.
Dokter spesialis anak konsultan respirologi KSM Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM dr Wahyuni Indawati, Sp.A(K) mengingatkan orang tua agar waspada jika anak mengalami batuk kronik berulang, sebab kondisi tersebut bisa jadi gejala asma.
"Kewaspadaan harus dimiliki orang tua yaitu kalau anak batuk tidak kunjung sembuh atau batuk kronik yang berulang," kata Wahyuni beberapa waktu lalu dilansor dari Antara.
-
Apa saja penyebab batuk anak? Berikut lima penyebab umum batuk terus-menerus pada anak: 1. Infeksi Saluran Pernapasan 2. Asma 3. Alergi 4.Sinusitis 5. Refluks Asam (GERD)
-
Kenapa batuk pada anak bisa terus-menerus? Batuk terus-menerus pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan memahami penyebabnya sangat penting untuk menentukan penanganan yang tepat.
-
Mengapa anak batuk berdahak? Saat anak mengalami flu, pilek, atau infeksi saluran pernapasan, tubuhnya akan memproduksi lebih banyak lendir dan membuatnya lebih kental untuk memerangkap bakteri penyebab masalah.
-
Kenapa anak-anak sering batuk pilek? Anak lebih rentan terhadap batuk pilek karena sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang. Mereka belum memiliki kekebalan terhadap banyak kuman yang ada di lingkungan sekitar mereka.
-
Kenapa batuk kronis perlu diperiksakan ke dokter? Jika batuk berlangsung lebih dari dua minggu, ini dapat dikategorikan sebagai batuk kronis. Batuk kronis memerlukan perhatian medis lebih lanjut karena bisa menjadi tanda adanya kondisi yang lebih serius seperti penyakit paru-paru kronis atau infeksi lainnya.
-
Bagaimana mengatasi batuk anak? Mengatasi batuk terus-menerus pada anak memerlukan pendekatan yang sesuai dengan penyebab batuk tersebut.
Ia menjelaskan, batuk kronik berulang adalah batuk yang terjadi berkepanjangan yakni lebih dari dua minggu atau lebih dari tiga episode dalam tiga bulan berturut-turut.
"Jadi batuknya bukan batuk biasa. Tidak kunjung sembuh, berulang, hampir setiap bulan batuk," imbuh Wahyuni.
Batuk kronik berulang menurut Wahyuni juga dapat menjadi gejala penyakit lainnya seperti tuberculosis (TBC) hingga pneumonia.
Untuk itu, kata dia, orang tua juga perlu memahami karakteristik-karakteristik lain dari asma seperti napas yang berbunyi seperti peluit atau mengi akibat penyumbatan di saluran pernapasan, hingga batuk yang muncul lebih berat atau lebih sering pada waktu malam.
Selain itu, menurut Wahyu, perlu juga diperhatikan apakah ada makanan atau situasi tertentu yang dapat memicu batuk atau mengi.
"Misalnya, dia ter-trigger karena ada asap, debu, kemudian muncul batuk. Selain itu, bisa juga karena aktivitas fisik," ujar Wahyuni.
"Kemudian ketika diberikan terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi asma seperti diuap atau minum obat (asma) lalu dia membaik, kita harus curiga jangan-jangan itu asma," lanjut dia.
Wahyuni mengatakan, asma yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan pertumbuhan berat badan menjadi terganggu.
Sehingga, penting bagi orang tua untuk memahami keluhan batuk yang dialami anak dan berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan tatalaksana yang tepat.
Misalnya, anak yang derajat asmanya cukup berat, maka dia memiliki ambang sensitivitas yang rendah sehingga lebih mudah kambuh. Pada kondisi ini, diperlukan terapi yang bertujuan untuk menstabilkan dan menaikkan ambang sensitivitas tersebut.
"Untuk menstabilkan atau menaikkannya, perlu terapi jangka panjang. Kita berikan secara terus menerus, setiap hari, umumnya berupa hirupan, walaupun yang usianya di bawah lima tahun ada juga obat yang diminum," ujar Wahyuni.
Wahyuni juga mengatakan, orang tua juga dapat melakukan penanganan mandiri di rumah jika anak mengalami serangan asma.
"Kita bisa berikan inhalasi awal tentu dengan obat untuk asma. Kita bisa berikan dua kali di rumah, lihat responsnya, kalau membaik tapi masih ada gejalanya, boleh diberikan sekali lagi," kata Wahyuni.
"Tapi kalau sejak awal kondisinya berat maka cukup berikan sekali dan bawa ke rumah sakit. Begitu juga jika dia memiliki risiko tinggi tertentu yang butuh perhatian lebih," tandasnya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Batuk terus-menerus pada anak adalah masalah yang sering menjadi kekhawatiran bagi orang tua.
Baca SelengkapnyaPenyakit asma pada anak dapat diketahui dari beberapa gejala khas seperti batuk, sesak napas, dan mengi yang kerap terjadi saat malam hari.
Baca SelengkapnyaBatuk yang tak kunjung sembuh dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius.
Baca SelengkapnyaPermasalahan pertusis atau batuk rejan ternyata banyak yang tidak terdata sehingga perlu dicegah.
Baca SelengkapnyaPertusis atau batuk rejan yang tak segera diobati bisa berdampak parah sehingga perlu dipahami dengan tepat.
Baca SelengkapnyaBatuk memiliki ciri khas sehingga dapat dikenali. Satu hal yang perlu diingat bahwa batuk hanyalah sebuah gejala, bukan suatu penyakit.
Baca SelengkapnyaPolusi udara yang buruk turut menjadi pendorong kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum 10 cara mengatasi batuk kering pada anak dengan aman dan efektif.
Baca SelengkapnyaKetahui penyebab batuk berdahak pada bayi dan cara tepat mengatasinya.
Baca SelengkapnyaPolusi udara berpotensi memicu bronkitis pada anak-anak, dengan gejala seperti batuk berdahak dan kesulitan bernapas. Cari tahu cara penanganannya di sini.
Baca SelengkapnyaBronkopneumonia pada anak merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dan penanganan medis yang tepat.
Baca SelengkapnyaAsma adalah penyakit paru yang paling umum dan dapat menyerang anak-anak dengan cara yang tak terduga.
Baca Selengkapnya