Berkenalan Dengan Prolaps Uteri yang Kerap Dialami Wanita: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mencegahnya
Prolaps Uteri atau yang akrab dengan bahasa turun pernakan, merupakan kondisi di mana organ panggul perempuan turun melalui liang vagina.
Berkenalan Dengan Prolaps Uteri yang Kerap Dialami Wanita: Gejala, Faktor Risiko, dan Cara Mencegahnya
Apa sebenarnya prolaps uteri? Ini adalah kondisi di mana organ panggul perempuan turun melalui liang vagina, disebabkan oleh kelemahan struktur penyokong dasar panggul.
Prolaps uteri mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tetapi seringkali dikenal dengan sebutan turun peranakan.
Dokter obstetri dan ginekologi, Nuring Pangastuti seperti dikutip dari Liputan6.com, menjelaskan bahwa organ dasar panggul melibatkan rahim, kandung kemih, dan saluran cerna bagian bawah.
Prolaps uteri memiliki berbagai penyebab, yang dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik melibatkan karakteristik yang melekat pada perempuan dan tidak dapat diubah, seperti struktur kolagen, faktor genetik, proses penuaan, dan menopause.
Menurut Nuring, faktor genetik dapat meningkatkan risiko prolaps, misalnya, perempuan yang ibunya mengalami prolaps memiliki kemungkinan empat kali lipat lebih tinggi.
Di sisi lain, faktor ekstrinsik melibatkan kondisi di luar tubuh perempuan yang dapat dikendalikan. Ini mencakup jumlah persalinan, berat badan, tekanan pada indra rongga perut, dan mengangkat beban berat dalam waktu yang lama.
Peningkatan tekanan pada otot panggul dapat menyebabkan prolaps uteri, dan faktor-faktor ini dapat diatasi atau dikurangi untuk mengurangi risiko.
Risiko mengalami prolaps uteri meningkat seiring bertambahnya usia dan penurunan kadar estrogen. Estrogen adalah hormon yang membantu menjaga kekuatan otot panggul.
Wanita yang pernah melahirkan melalui vagina atau yang sudah menopause memiliki risiko lebih tinggi. Selain itu, aktivitas sehari-hari yang memberikan tekanan pada otot panggul, obesitas, batuk kronis, dan sembelit kronis juga dapat meningkatkan risiko prolaps uteri.Prolaps uteri terbagi menjadi dua jenis utama: inkomplit, ketika rahim hanya melorot sebagian ke dalam vagina. Ada juga prolaps uteri total, ketika rahim turun terlalu jauh sehingga beberapa jaringan menonjol keluar vagina. Keadaan ini berkembang secara bertahap melalui empat tahap, mulai dari turunnya rahim ke bagian atas vagina hingga seluruh rahim keluar dari vagina.
Gejala prolaps uteri bervariasi, mulai dari tidak ada gejala hingga gejala yang cukup mengganggu.
Gejala Prolaps Uteri dan Tahapannya
Wanita dengan prolaps uteri mungkin merasakan benjolan saat duduk, pendarahan vagina, rahim menonjol keluar, perasaan berat pada panggul, inkontinensia urin, kesulitan buang air besar, hingga ketidaknyamanan pada panggul atau punggung bawah.
Tahapan prolaps uteri berkembang dari turunnya rahim ke bagian atas vagina hingga seluruh rahim keluar.
Meskipun prolaps uteri umum terjadi, langkah-langkah dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegahnya.
Pencegahan dan Pengobatan
1. Pertahankan berat badan yang sehat,2. Berolahraga secara teratur,
3. Lakukan senam Kegel untuk memperkuat otot dasar panggul,
4. Berhenti merokok untuk mengurangi risiko batuk kronis,
5. Hindari sembelit atau buang air besar secara terpaksa.
Jika seseorang sudah mengalami prolaps uteri, pengobatan dapat dilakukan tanpa pembedahan, terutama untuk derajat prolaps rendah. Terapi yang umum dilakukan adalah senam Kegel. Namun, pencegahan tetap menjadi langkah terbaik, termasuk membatasi jumlah anak dan menjaga berat badan agar tetap ideal.
Prolaps uteri dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan dan kualitas hidup wanita.
Nuring menjelaskan bahwa keluhan yang muncul melibatkan gangguan berkemih, saluran cerna, fungsi vagina, dan keluhan umum terkait prolaps. Gejala termasuk kesulitan buang air kecil, nyeri saat berhubungan seksual, dan rasa berat pada vagina.
Penting bagi perempuan untuk memahami prolaps uteri, mengenali gejalanya, dan mengambil langkah-langkah pencegahan. Dengan memahami faktor risiko dan melakukan perubahan gaya hidup yang sehat, perempuan dapat mengurangi risiko prolaps uteri dan menjaga kesehatan panggul mereka.