Dokter Luruskan Mitos Kesehatan: Konsumsi Obat Diabetes Tidak Rusak Ginjal
Konsumsi obat diabetes secara terus-menerus pada faktanya tidak menyebabkan kerusakan ginjal.
Mitos bahwa konsumsi obat diabetes secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan ginjal telah lama beredar di tengah masyarakat. Banyak pasien yang merasa khawatir dan enggan meminum obat secara rutin karena percaya bahwa obat-obatan ini memiliki efek samping yang merugikan ginjal. Pandangan ini diperparah oleh kurangnya edukasi yang memadai mengenai pengelolaan diabetes dan informasi yang salah yang sering kali tersebar luas melalui media sosial atau pengalaman pribadi yang tidak terverifikasi. Akibatnya, pasien diabetes sering kali memilih menghentikan konsumsi obat tanpa konsultasi dengan dokter, yang justru dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.
Hal ini lah yang juga menjadi pertanyaan salah satu peserta pada kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) ke-70 dan Hari Ibu ke-96, penyuluhan kesehatan yang digelar di Sakura Hall RS Prima Husada Kabupaten Malang pada Selasa (3/12) menjadi momen penting untuk meluruskan sejumlah mitos kesehatan yang salah kaprah di masyarakat. Salah satu mitos yang diangkat adalah anggapan bahwa konsumsi obat diabetes secara terus-menerus dapat merusak ginjal.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan ginjal? Selain pemeriksaan kesehatan, edukasi juga diberikan kepada sekitar 100 peserta yang terdiri dari santri putra dan putri. Materi edukasi mencakup faktor risiko, pentingnya gaya hidup sehat, dan bahaya konsumsi gula serta garam berlebihan. Para peserta diberi pemahaman bahwa pola makan buruk, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi zat aditif seperti pemanis buatan dapat menyebabkan kerusakan ginjal secara perlahan.
-
Obat apa yang aman untuk ginjal? Ada painkiller yang dimetabolisme melalui hati atau usus, yang itu lebih aman untuk ginjal.
-
Bagaimana diabetes menyebabkan gagal ginjal kronis? Diabetes, karena kadar gula darah yang terlalu tinggi dapat merusak penyaring dalam ginjal
-
Makanan apa yang membantu ginjal dari kerusakan? Kedua jenis ikan ini mengandung omega-3 dan asam amino esensial yang membantu melindungi ginjal dari kerusakan.
Kepercayaan ini sering kali didasarkan pada kesalahpahaman tentang hubungan antara penyakit ginjal dan diabetes itu sendiri. Faktanya, diabetes yang tidak terkontrol adalah salah satu penyebab utama kerusakan ginjal, bukan obat diabetes. Ketika kadar gula darah terus-menerus tinggi, pembuluh darah kecil di ginjal mengalami kerusakan, sehingga mengganggu fungsi ginjal.
Namun, sebagian masyarakat keliru mengaitkan kerusakan ginjal ini dengan konsumsi obat, tanpa menyadari bahwa justru pengobatan diabetes yang teratur dapat membantu mencegah komplikasi tersebut. Edukasi yang benar menjadi sangat penting untuk meluruskan mitos ini dan mendorong pasien untuk menjalani pengobatan sesuai anjuran medis.
dr. Zoraida Nur Wahyuni, Sp.PD. Dalam penjelasannya, ia membantah tegas mitos tersebut dan memberikan edukasi mendalam tentang pengelolaan diabetes yang benar.
Mitos Obat Diabetes dan Ginjal
Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit metabolik yang sangat kompleks. Tanpa pengelolaan yang baik, diabetes dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk gagal ginjal. Namun, dr. Zoraida menegaskan bahwa obat diabetes, hipertensi, atau kolesterol tidak merusak ginjal jika dikonsumsi sesuai anjuran dokter.
“Obat diabetes, obat hipertensi, obat kolesterol itu tidak merusak ginjal,” ujar dr. Zoraida dengan penuh keyakinan. Beliau menambahkan, yang sering merusak ginjal justru komplikasi diabetes yang tidak terkontrol, seperti kadar gula darah yang tinggi secara terus-menerus.
“Diabetes menyumbang 40% kasus gagal ginjal di dunia, dan banyak pasien harus menjalani hemodialisis atau cuci darah,” ungkapnya. Oleh karena itu, konsumsi obat secara teratur dan di bawah pengawasan dokter justru membantu mencegah komplikasi serius, termasuk gangguan ginjal.
Kunci Pengelolaan Diabetes yang Tepat
Dalam penyuluhan tersebut, dr. Zoraida menjelaskan pentingnya pengelolaan diabetes melalui lima pilar utama: diet, olahraga, pengendalian berat badan, penggunaan obat (pil atau insulin), dan kontrol rutin ke dokter.
“Penderita diabetes sebaiknya makan dalam porsi kecil tetapi sering, untuk mencegah fluktuasi kadar gula darah,” sarannya. Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya deteksi dini melalui skrining gula darah, terutama bagi individu berusia di atas 40 tahun.
Ia juga membahas tanda-tanda hipoglikemia, kondisi ketika gula darah turun drastis, yang sering dialami oleh pasien diabetes. “Jika gula darah drop, segera makan permen, jus buah, gula, atau madu. Kalau kondisinya parah, harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan infus,” tambahnya.
Dengan jumlah penderita diabetes yang diperkirakan mencapai 400 juta pada tahun 2030, edukasi seperti ini menjadi sangat penting. Kesalahpahaman tentang pengobatan diabetes harus segera diluruskan agar pasien mendapatkan pengelolaan kesehatan yang tepat dan terhindar dari komplikasi serius.
Melalui penyuluhan ini, dr. Zoraida menegaskan bahwa kontrol gula darah yang baik, kepatuhan pada pengobatan, dan pola hidup sehat adalah kunci utama untuk mencegah komplikasi diabetes, termasuk gagal ginjal.
“Jangan takut minum obat yang diresepkan dokter. Obat itu adalah teman Anda, bukan musuh,” tutup dr. Zoraida.