Mitos atau Fakta Telur Ayam Tinggi Kolestrol? Begini Penjelasannya
Telur ayam tinggi protein namun memiliki kandungan kolestrol yang tinggi pula, ini fakta dibaliknya.
Telur ayam telah lama menjadi sumber protein yang terjangkau dan bergizi. Namun, kontroversi mengenai dampaknya terhadap kadar kolesterol dan kesehatan jantung terus menjadi perdebatan. Dr. Francisco Lopez-Jimenez dari Mayo Clinic memberikan pandangan berdasarkan penelitian terbaru.
Telur Tinggi Kolesterol, Tapi Aman untuk Kebanyakan Orang
Telur ayam dikenal memiliki kadar kolesterol yang tinggi, dengan satu butir telur besar mengandung sekitar 186 miligram kolesterol, seluruhnya terdapat di kuning telur. Meski begitu, kolesterol dalam telur tidak terbukti secara signifikan meningkatkan kadar kolesterol darah seperti makanan lain yang kaya lemak trans dan lemak jenuh.
-
Bagaimana telur mempengaruhi kolesterol? Tubuh manusia sebenarnya menghasilkan kolesterol sendiri, dan jumlah produksi ini lebih dipengaruhi oleh lemak jenuh dan trans daripada kolesterol dari makanan.
-
Bagaimana kuning telur mempengaruhi kolesterol tubuh? Tubuh manusia memiliki mekanisme pengaturan yang canggih, di mana hati memproduksi lebih sedikit kolesterol ketika asupan kolesterol dari makanan meningkat.
-
Manfaat apa yang diberikan telur untuk kolesterol? Hasil studi menunjukkan bahwa mengonsumsi 2-4 butir telur per minggu dapat berkontribusi pada penurunan kadar kolesterol darah.
-
Kenapa konsumsi telur aman untuk kolesterol? 'Konsumsi telur dalam jumlah wajar, sekitar 4-6 butir per minggu, terbukti aman bagi pengidap kolesterol tinggi,' menurut penelitian dari Healthline.
-
Apa dampak konsumsi telur berlebih pada kadar LDL? Meskipun Norwitz mengonsumsi kolesterol dari makanan hingga 133.200 mg dalam waktu sebulan, kadar LDL di dalam tubuhnya justru mengalami penurunan sebesar 18 persen.
-
Apa manfaat kuning telur selain kolesterol? Faktanya, kuning telur juga kaya akan nutrisi penting lainnya, seperti vitamin D, B12, dan lemak sehat, yang semuanya bermanfaat bagi kesehatan.
Menurut Dr. Lopez-Jimenez, kebanyakan orang sehat dapat mengonsumsi hingga tujuh butir telur per minggu tanpa meningkatkan risiko penyakit jantung. Bahkan, beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi telur dalam jumlah tersebut dapat membantu mencegah jenis stroke tertentu dan degenerasi makula, kondisi mata serius yang dapat menyebabkan kebutaan.
Mitos tentang Telur yang Perlu Anda Ketahui
Telur Tidak Berbahaya untuk Kesehatan Jantung
Ada anggapan bahwa telur tinggi kolesterol dan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Namun, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi telur setiap hari tidak memengaruhi kadar kolesterol darah pada orang sehat. Pedoman Diet Australia menyatakan bahwa makan telur setiap hari tidak berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Yang lebih penting adalah menjaga pola makan rendah lemak jenuh.
Kuning Telur Juga Penting untuk Nutrisi
Beberapa orang menganggap lebih sehat hanya mengonsumsi putih telur. Faktanya, meskipun putih telur kaya akan protein, riboflavin, dan selenium, sebagian besar nutrisi dan hampir setengah dari protein telur justru terdapat di kuning telur.
Telur Tidak Tinggi Lemak
Telur sering disalahpahami sebagai makanan tinggi lemak. Padahal, telur memiliki kandungan lemak jenuh yang rendah, yaitu rata-rata hanya 1,7 gram per butir telur (60g).
Aman Dikonsumsi Selama Kehamilan
Ada mitos bahwa makan telur saat hamil dapat menyebabkan bayi mengembangkan alergi. Penelitian tidak mendukung anggapan ini. Telur mengandung banyak nutrisi penting bagi ibu hamil, dan tidak ada rekomendasi untuk menghindari makanan alergen selama kehamilan.
Pengenalan Telur pada Bayi Tidak Perlu Ditunda
Beberapa orang percaya bahwa menunda pemberian telur pada bayi hingga usia satu tahun dapat mengurangi risiko alergi. Namun, penelitian menunjukkan bahwa pengenalan kuning telur dapat dimulai sejak usia delapan bulan, bahkan sering kali sudah bisa ditoleransi sejak enam bulan.
Tidak Ada Perbedaan Nutrisi pada Telur Organik, Bebas, atau Biasa
Mitos lain menyebut telur organik atau telur ayam bebas lebih bernutrisi daripada telur biasa. Faktanya, tidak ada perbedaan nutrisi di antara jenis-jenis telur tersebut, kecuali pada telur yang diperkaya dengan nutrisi tambahan seperti omega-3.
Penderita Diabetes Tetap Bisa Makan Telur
Bagi penderita diabetes, makan telur sebagai bagian dari diet seimbang tetap dianjurkan. Telur tidak meningkatkan risiko kesehatan tertentu selama dikonsumsi sesuai pedoman diet yang sehat.
Konsumsi Telur Setiap Hari Tidak Berbahaya
Pedoman diet merekomendasikan konsumsi makanan dari kelompok daging tanpa lemak, unggas, ikan, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian setiap hari. Dua butir telur besar (120g) setara dengan satu porsi. Konsumsi telur yang lebih tinggi bahkan dikaitkan dengan kualitas diet yang lebih baik.
Cara penyajian telur memainkan peran penting dalam dampaknya terhadap kesehatan. Telur yang digoreng dengan mentega atau minyak, serta makanan pendamping seperti daging olahan (bacon atau sosis), dapat lebih berkontribusi terhadap risiko penyakit jantung dibandingkan telur itu sendiri. Untuk pilihan yang lebih sehat, Dr. Lopez-Jimenez menyarankan menggunakan putih telur, yang bebas kolesterol namun tetap kaya protein. Selain itu, para ahli menyarankan membatasi asupan kolesterol harian di bawah 300 miligram. Jika diet Anda rendah kolesterol dari sumber lain, konsumsi hingga satu butir telur per hari mungkin masih aman.
Telur ayam tetap menjadi pilihan makanan yang bergizi jika dikonsumsi secara bijak. Bagi mereka yang ingin menikmati manfaatnya tanpa risiko, fokus pada cara memasak yang sehat dan menghindari tambahan makanan berlemak dapat menjadi solusi.