Kata Penelitian, Mata Kedutan Bisa Jadi Kebanyakan Ngopi
Selain mengurangi konsumsi kopi, terdapat beberapa metode lain yang efektif untuk mengatasi kedutan pada kelopak mata.
Kedutan pada kelopak mata (baik kiri maupun kanan) biasanya muncul secara tiba-tiba. Hal ini dapat terjadi saat seseorang sedang membaca, bekerja di depan komputer, atau bahkan saat mengemudi. Kejadian ini sering kali mengganggu dan tidak diharapkan.
Sayangnya, penyebab pasti dari kedutan ini masih menjadi misteri, meskipun beberapa teori telah diajukan. Penelitian menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi kopi di sore hari dapat membantu mengatasi masalah ini.
-
Bagaimana kopi mempengaruhi glaukoma? Konsumsi kopi bisa meningkatkan tekanan intraokular pada penderita glaukoma. Oleh karena itu, batasi atau hindari konsumsinya, walau penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan.
-
Apa efek dari kafein dalam kopi? Kafein dalam kopi bisa meningkatkan energi, kewaspadaan, dan fokus. Sayangnya hal ini juga bisa menimbulkan efek samping seperti kecemasan, gangguan tidur, dan ketegangan otot.
-
Kenapa kopi bisa bikin sakit kepala? Sakit kepala juga bisa menjadi petunjuk bahwa Anda mungkin perlu membatasi konsumsi kafein yang berlebihan.
-
Kenapa minuman bersoda dan kafein menyebabkan mata kuning? Minuman dengan kandungan kafein yang tinggi mampu membuat kita cepat merasa haus, karena kafein memiliki sifat menyerap cairan. Bila dibiarkan, tubuh akan kekurangan cairan dalam tubuh. Seperti juga dengan soda, namun soda ternyata memiliki dampak yang lebih buruk dari kopi dengan kafein. Soda adalah salah satu faktor penyebab mata menjadi kotor dan menguning.
-
Apa efek minum kopi terlalu sering? Meskipun konsumsi moderat dapat memberikan manfaat seperti meningkatkan kewaspadaan dan meredakan kelelahan, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan masalah seperti insomnia dan gangguan pencernaan.
-
Apa dampak kafein berlebih pada tubuh? 'Kafein merupakan stimulan. Bagi sebagian besar orang, konsumsi dalam jumlah tepat bisa menyebabkan efek samping yang minim,' terang Sunitha Posina, MD, dokter penyakit dalam di Stony Brook, New York dilansir dari Livestrong.
Dr. Wayne Cornblath dari Kellogg Eye Center, Universitas Michigan, menjelaskan kepada TIME pada tahun 2015 bahwa konsumsi kafein yang berlebihan bisa menjadi salah satu penyebab kedutan.
Ia menyatakan bahwa "terlalu banyak kafein tampaknya menjadi kemungkinan penyebab kejang otot kecil ini karena kafein merupakan stimulan, dan meningkatkan reaktivitas dalam otot dan saraf," seperti yang dikutip dari mental floss, Senin (4/11).
Selain itu, stres juga dapat berkontribusi terhadap masalah ini, karena stres meningkatkan produksi epinefrin, yang berkaitan dengan respons tubuh terhadap ancaman dan dapat menyebabkan kontraksi otot.
Kurang tidur juga dianggap berhubungan dengan kedutan pada kelopak mata, meskipun peneliti masih mencari penjelasan yang lebih mendalam tentang hubungan ini. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang mungkin memicu kedutan, antara lain:
- Konsumsi alkohol
- Merokok
- Cahaya terang
- Aktivitas fisik
- Iritasi pada permukaan atau bagian dalam mata
- Angin atau polusi
Selain itu, ada kemungkinan bahwa kedutan pada mata dapat bersifat genetik. Menurut Johns Hopkins Medicine, kondisi ini dapat muncul dalam keluarga dan mungkin berkaitan dengan saraf motorik di otak. Dengan demikian, penting untuk memahami berbagai faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mata kita.
Kellogg Eye Center mengklasifikasikan kejang yang mungkin dialami pada kelopak mata menjadi tiga jenis. Jenis kejang yang paling umum adalah kedutan ringan yang terjadi pada kelopak mata atas atau bawah, atau bahkan kedua kelopak mata, yang biasanya akan hilang dalam waktu beberapa hari.
Selain itu, terdapat blefarospasme esensial yang diawali dengan peningkatan frekuensi kedipan, yang kemudian dapat menyebabkan kelopak mata tertutup dan otot-otot di sekitar mata menegang, sehingga mengakibatkan ketidakmampuan untuk melihat secara sementara.
Kondisi ini tidak disebabkan oleh faktor stres atau konsumsi kafein, melainkan dipicu oleh area otak yang mengatur gerakan. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini dapat sangat melemahkan bagi individu yang mengalaminya.
Menurut The New York Times, blefarospasme yang parah dan mengganggu dapat diatasi dengan penggunaan Botox, yang disuntikkan ke otot-otot kelopak mata untuk mengurangi kejang.
Jenis kejang terakhir adalah kejang hemifasial, yang dijelaskan oleh Kellogg Eye Center sebagai kondisi di mana penutupan mata terjadi secara tidak sengaja, disertai dengan kejang otot di pipi, mulut, dan leher, tetapi hanya pada satu sisi wajah. Kejang ini dapat disebabkan oleh kelainan pada saraf yang mengontrol otot-otot wajah.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan penanganan yang tepat bagi mereka yang mengalami masalah ini.