Kehidupan Unik Warga Kampung Pasir Sumenep, Tidur hingga Makan Beralaskan Pasir
Merdeka.com - Tiap hari warga Sumenep menghabiskan waktu untuk beraktivitas layaknya orang pada umumnya. Bercengkerama hingga melepas penat di rumah tercinta mereka. Namun ada yang janggal, bukan keramik halus melainkan tumpukan pasir lembut menjadi alas mereka untuk beraktivitas. Tradisi unik ini telah menjadi perhatian masyarakat luas dan menjadi ikon bagi warga yang tinggal di Desa Legung Timur, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Desa ini terletak tidak jauh dari bibir pantai di pesisir Utara Pulau Madura. Mulai dari bercengkerama, makan, bermain, hingga tidur mereka lakukan di atas pasir. Rumah mereka sederhana sudah lengkap dengan tembok dan atap yang layak. Warga Desa Legung Timur sengaja tidak menghaluskan lantai, karena mempertahankan tradisi yang sudah ada turun-temurun. Menurut penelitian, ternyata tradisi unik mereka punya manfaat sendiri bagi kesehatan.
Sebenarnya mereka mampu membeli kasur empuk dari busa maupun kapas. Meski telah ada kasur busa, namun mereka tetap saja berkasur dengan tumpukan pasir halus.
-
Dimana nenek moyang menggambar di pasir? Temuan di lokasi itu meliputi serangkaian garis lurus panjang dalam pola segitiga yang mencakup garis pembagi dua sudut. Batu itu ditemukan di lokasi yang amat terpencil, di daerah terjal, dan bisa hancur oleh ombak dan badai.
-
Mengapa nenek moyang menggambar di pasir? Penciptaan seni adalah salah satu karakteristik yang membuat kita menjadi manusia.
-
Apa tradisi unik di Pulau Masakambing? Selain pesona alam, wisatawan bisa belajar tentang tradisi sedekah telur ayam dan pisang di tepi pantai. Tradisi ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
-
Apa manfaat bermain pasir bagi anak? Bermain pasir memungkinkan Anda mengetahui potensi kreatif anak yang mungkin tidak pernah terlihat sebelumnya. Anak dapat menggunakan benda-benda lain, seperti mobil-mobilan, sebagai pelengkap rumah pasirnya, atau menciptakan cara unik agar istananya tidak mudah hancur.
-
Bagaimana nenek moyang menggambar di pasir pantai? Jika jejak kaki nenek moyang manusia bisa terawetkan di bukit pasir atau permukaan pantai, maka pola gambar yang mereka buat dengan kayu atau jari juga bisa terlihat, kata ahli.
Kampung Pasir Sumenep©2021 Merdeka.com/Haerul Umam
Lelap, begitulah warga Desa Legung Timur menghabiskan waktu istirahat mereka. Terlihat seperti tidur pada kasur busa biasa. Namun sensasi berbaring di tumpukan pasir ini sangatlah berbeda. Mencobanya bakal mengotori tubuh dengan pasir yang menempel.
Desa ini mewajibkan warganya untuk menyediakan area tumpukan pasir di rumahnya, terlebih sebagai tempat tidur. Tradisi mendorong warga desa untuk melestarikan rumah berpasir agar tetap ada. Sekalipun di rumah mereka ada kasur busa, mereka nyaris tidak pernah menidurinya.
Agar lebih nyaman, mereka tetap menggunakan bantal dari kapas. Tujuannya ialah agar rambut mereka tetap bersih dari butiran pasir. Namun beberapa warga juga enggan memakai bantal kapas. Mereka membuat gundukan pasir sebagai pengganti bantal kapas.
Kampung Pasir Sumenep©2021 Merdeka.com/Haerul Umam
Tradisi rumah berpasir masih eksis hingga kini. Tiap rumah di Desa Legung sebagian besar mempunyai area pasir. Tua muda mereka sudah terbiasa dengan adanya tradisi ini. Bahkan kebanyakan bayi di desa ini dilahirkan di atas pasir. Mereka lahir, tumbuh berkembang, bermain, hingga dewasa di atas pasir. Para orang tua tidak khawatir jika anak-anak mereka terkotori oleh pasir. Mereka menganggap pasir ini punya manfaat bagi kesehatan tubuh mereka.
Pasir diklaim sebagai eksofoliator alami, tekstur butiran super halusnya dipercaya mampu membantu mengelupas kulit secara otomatis. Para ahli menyebutkan, tidur di atas pasir dengan kesehatan lebih dikaitkan kepada kondisi tubuh yang jauh lebih rileks. Nuansa pantai terasa saat berbaring di atas pasir ini. Bahkan pasir mampu membuat suhu di dalam ruangan menjadi lebih sejuk di tengah cuaca panas, begitupula sebaliknya.
Kampung Pasir Sumenep©2021 Merdeka.com/Haerul Umam
Kini beberapa rumah tidak menggunakan pasir sebagai keseluruhan alas rumah mereka. Beberapa bagian rumah kini dipadukan dengan lantai keramik. Ruang tamu menjadi bagian umum untuk dikeramik. Teras dan kamar tidur mereka lebih sering ditemui dengan pasir. Bahkan dapat dijumpai, meskipun rumah sudah dikeramik, namun dilapisi dengan timbunan pasir.
Kampung Pasir Sumenep©2021 Merdeka.com/Haerul Umam
Tradisi tidur berkasur pasir sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Pasir di rumah mereka bukalah pasir sembarangan. Pasir ini berasal dari sekitar Pantai Lombang dengan tekstur lembut, bersih, dan mengkilap. Bahkan bila tubuh dalam keadaan basah, pasir ini tidak akan lengket dan menempel pada tubuh.
Sebelum digunakan, warga memastikan betul bahwa pasir tidak menyimpan batu atau benda tajam dan benda berbahaya lainnya. Butiran pasir ini memiliki tekstur yang sangat halus, bersih mengkilap, dan memiliki warna putih gading. Sebelum digunakan, pasir akan saring untuk memastikan tidak ada batu atau benda berbahaya lain di dalamnya. Jika basah, pasir akan dijemur telebih dahulu untuk kemudian digunakan sebagai alas beraktivitas sehari-hari. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi unik warga desa di Kabupaten Sumenep, Madura yang memilih untuk tidur di atas pasir dibanding kasur.
Baca SelengkapnyaKampung adat ini masih menjalankan tradisi leluhur
Baca SelengkapnyaMandi Besimbur merupakan ritual adat mandi yang dilakukan oleh kedua mempelai yang baru saja melangsungkan pernikahan.
Baca SelengkapnyaDengan perahu rakit yang ia buat dari drum, Ibu Pasijah mengarungi perairan hutan mangrove untuk menanam bibit pohon tersebut.
Baca SelengkapnyaSumando dimaknai oleh masyarakat Tapanuli Tengah sebagai sebuah kesatuan, yakni pertambahan atau percampuran antara satu keluarga dengan keluarga lainnya.
Baca SelengkapnyaSeorang pria suku Dayak mengaku tidak mandi selama 3 tahun dan tidak pakai baju selama 10 tahun.
Baca SelengkapnyaSalah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca SelengkapnyaSetelah acara cuci tikar selesai, mereka seru-seruan main air bareng di saluran irigasi
Baca SelengkapnyaSungai Citarum jadi bukti kalau orang Sunda zaman dulu merupakan bangsa akuatik.
Baca SelengkapnyaAnak-anak di Kampung Pasir Gudang tidak bermain gadget saat mengisi waktu luang, melainkan mencari belut di sawah.
Baca SelengkapnyaPulau ini menawarkan daya tarik wisata unik, mulai dari habitat burung langka hingga wisata budaya
Baca SelengkapnyaJalanan yang sempit dan terjal sudah menjadi bagian dari keseharian mereka.
Baca Selengkapnya