Makepung, Pacu Kerbau Petani Jembrana Sebagai Wujud Syukur
Merdeka.com - Debu tebal menyelimuti area pertandingan. Sang joki berdiri di atas cikar yang terikat pada sepasang kerbau bertanduk. Memacu jalannya kerbau dengan cambuk di genggaman tangannya. Saling beradu merebut gelar juara. Suara penonton gaduh riuh terdengar, memberi semangat pada joki dari pinggir lapangan.
Seru dan menegangkan, itu lah suasana yang terjadi tatkala melihat tradisi Makepung di Jembrana, Bali. Makepung artinya berkejar-kejaran ini tidak hanya perlombaan biasa. Namun, juga menjadi wujud syukur petani untuk hasil panen mereka. Kegembiraan yang terekam saat Makepung menjadi bentuk syukur para petani pada Ibu Bumi.
Tradisi balap kerbau ini sudah mendarah daging di Jembrana sejak 1930an. Makepung juga menjadi penanda Jembrana adalah bagian tak terpisahkan dari budaya agraris Pulau Dewata.
-
Bagaimana cara warga lereng Merbabu menyambut panen raya kopi? Tradisi ini dilakukan sebagai perasaan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa,'
-
Apa makna tradisi Marpege-pege bagi masyarakat Batak Angkola? Marpege-pege merupakan salah satu bentuk dari rasa solidaritas, saling membantu dan toleransi antar anggota keluarga dan masyarakat khususnya dalam upacara perkawinan.
-
Bagaimana masyarakat mendapatkan berkah dari Kirab Kebo Bule? Beberapa orang percaya, sisa makanan, bunga, dan kotoran kerbau yang keluar saat kirab dianggap bisa membawa berkah.
-
Bagaimana cara nelayan merayakan Larung Kepala Kerbau? Pesta Bersenang-senang Saat Larung Kepala Kerbau atau Tradisi Lomban digelar, baik itu masyarakat biasa atau nelayan turut tumpah ruah dalam kegembiraan dan menghabiskan waktu bersenang-senang di laut. Selain itu, ada juga lomba menangkap bebek dan angsa yang dilepaskan ke tengah laut. Kemudian ada lomba mengambil barang yang dilempar dari perahu.
-
Apa tradisi unik di Pulau Masakambing? Selain pesona alam, wisatawan bisa belajar tentang tradisi sedekah telur ayam dan pisang di tepi pantai. Tradisi ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit.
-
Bagaimana masyarakat Batak Angkola saling membantu dalam tradisi Marpege-pege? Dalam upacara perkawinan Batak Angkola, setiap mempelai laki-laki wajib memberikan mahar yang menjadi alat yang dibayarkan kepada pihak keluarga perempuan yang akan dinikahi.
Meski sering disamakan dengan Karapan Sapi di Madura atau Sapi Gumbrungan oleh masyarakat Buleleng. Namun sejatinya, Makepung berbeda dengan keduanya. Makepung punya aturan yang unik.
Berbeda dengan adu balap lain pemenang bukanlah yang sampai pertama mencapai garis finish pertama kali, akan tetapi ditentukan juga dari jarak antar peserta yang sedang bertanding. Artinya, seorang peserta akan dianggap sebagai pemenang bila ia menjadi yang terdepan saat mencapai finish dan mampu menjaga jarak dengan peserta di belakangnya, sejauh 10 meter.
Namun, bila pasangan kerbau yang berada di belakang bisa mempersempit jarak dengan peserta di depannya, menjadi kurang dari 10 meter, maka pasangan kerbau yang di belakang itulah yang akan keluar sebagai pemenang. Sangat menantang bukan?
©2021 Merdeka.com/Dewa KrisnaDalam tradisi Makepung, joki punya peranan vital. Nyali besar menjadi modal utama. Sebab mengendalikan kerbau balap bukan semata urusan hobi, tapi juga perlu kepiawaian dan sadar risiko terempas. Bagi para joki sang petani, Makepung seringkali menjadi simbol kejantanan lelaki Jembrana.
Bunyi hentakan kaki kerbau terdengar di seluruh arena. Kerbau tersebut nampak beda dengan ornamen kulit berwarna kuning keemasan sebagai mahkota. Leher kerbau tersebut terkalung genta gerondongan (gongseng besar). Tatkala kerbau berpacu akan terdengar bunyi seperti alunan musik yang mengiringi adu balap mereka.
©2021 Merdeka.com/Dewa KrisnaKerbau Makepung punya perlakuan khusus. Kerbau petarung ini dirawat layaknya anak sendiri. Para petani Jembrana rela sepetak sawahnya ditumbuhi rerumputan untuk santapan istimewa sepasang kerbau miliknya. Terlebih lagi mendekati lomba, petani akan memberi makanan khusus seperti campuran telur ayam kampung, kecap manis dan madu agar kerbau tangguh di arena.
©2021 Merdeka.com/Dewa KrisnaDilakukan sejak 1930 dan masih lestari hingga kini. Tradisi ini berawal saat petani bergotong royong menggunakan kerbau untuk meratakan sawah dengan gerobak. Setelah itu berlanjut, saling kejar-kejaran.
Makepung digelar biasanya setiap setahun sekali oleh para petani saat akan pergantian cocok tanam dan lahan sawah digenangi air. Acara ini sekaligus menjadi rasa syukur atas capaian proses panjang di dalam mengolah tanah pertanian.
Ya, bukan soal mencari juara di ajang ini, tetapi kegembiraan dan kebersamaan sesama petani dalam menyambut masa peralihan cocok tanam. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain sebagai hiburan, menyaksikan keseruan kerbau beradu kecepatan, kultur ini juga sebagai simbol rasa syukur dan doa para petani,
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar para petani saat memasuki musim tanam padi. Seperti halnya para petani di Desa Selokgondang, Kecamatan Sukodono, Lumajang.
Baca SelengkapnyaFestival ini juga diadakan untuk menjaga kerhamonisan antara manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaTradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Baca SelengkapnyaPermainan rakyat yang bersifat menghibur ini sudah dilaksanakan ratusan tahun lalu yang sampai sekarang masih terus dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
Baca SelengkapnyaRitual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7), berlangsung meriah.
Baca SelengkapnyaTradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.
Baca SelengkapnyaMelihat tradisi unik kebo-keboan yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME atas berkah dan karunianya dalam bentuk melimpahnya hasil panen.
Baca SelengkapnyaTradisi Unduh-unduh sudah dilaksanakan oleh jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jombang sejak tahun 1939. Tradisi ini merupakan cara mensyukuri kekayaan.
Baca SelengkapnyaProses adat budaya masyarakat Aceh sampai sekarang masih terus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai bentuk rasa syukur dan harapan sukses.
Baca SelengkapnyaRitual Sisemba menjadi ajang tahunan seusai panen padi, sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan akan panen yang lebih baik di masa mendatang.
Baca Selengkapnya