Menelusuri Pasilliran Kambira, Kuburan Bayi di Pohon Tana Toraja
Merdeka.com - Dari kejauhan rimbun pepohonan memang nampak seperti pada umumnya. Keasrian alamnya begitu terjaga. Namun jika melihat lebih dekat, bakal ada nuansa yang berbeda. Pohon-pohon tua berukuran besar memiliki tambalan di setiap sisinya. Lubang tambalan tersebut bersemayam bayi-bayi masyarakat Toraja yang telah tiada. Teknik pemakaman unik setelah kubur batu dan goa yang terkenal di Tana Toraja.
Masyarakat Toraja biasa menyebutnya dengan Pasilliran, sebuah prosesi memakamkan bayi pada tubuh batang pohon Tarra. Pohon Tarra atau pohon sukun memiliki kandungan getah berwarna putih yang banyak. Mereka meyakini pohon inilah yang menjadi pengganti rahim sang ibu. Sedangkan getah pohonnya menjadi pengganti ASI atau air susu ibu.
Kompleks pemakaman bayi dalam pohon ini bisa ditemui di Baby Grave Kambira. Berada di daerah pegunungan Sulawesi Selatan atau 306 km dari Ibu Kota Sulawesi Selatan.
-
Apa saja benda-benda unik di makam bayi? Situs tersebut mengandung lebih dari 60 manik-manik kerang yang berlubang, empat liontin, dan bahkan satu cakar burung hantu elang yang ditemukan berdekatan dengan sisa-sisa tulang manusia.
-
Siapa yang mengubur bayi-bayi di bawah batu naga? Sebuah penemuan arkeologi mengungkap batu setinggi 3,5 meter yang berasal dari abad ke-16 SM, digunakan oleh masyarakat prasejarah yang disebut Armenia untuk mengubur dua bayi baru lahir dan seorang wanita dewasa di bawahnya.
-
Apa yang unik dari Kuburan Sukun? Kompleks Kuburan Sukun di Kota Malang ini unik karena punya koridor pintu di bagian depannya.
-
Dimana kerangka bayi ditemukan? Kerangka anak dan cincin perak yang diduga digunakan untuk bayi berusia 7.600 tahun ditemukan selama penggalian di Gundukan Domuztepe, Turki.
-
Bagaimana cara anak-anak dikuburkan? Analisis selanjutnya menunjukkan metode penguburan berbeda-beda tergantung pada usia orang yang meninggal—anak-anak dikuburkan, sedangkan mayoritas orang dewasa dikremasi. Orang dewasa yang dikuburkan tanpa kremasi ditempatkan di peti mati kayu, sedangkan anak-anak ditempatkan di kotak atau lubang yang lebih sederhana dan ditutup dengan penutup, menurut pernyataan itu.
-
Di mana makam bayi perempuan itu ditemukan? Penemuan ini terjadi di wilayah Liguria, Italia, dan telah diungkapkan dalam sebuah artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports.
©2021 Merdeka.com/Allako Pasanggang
Lain daripada yang lain Kepercayaan nenek moyang masyarakat Toraja Aluk Todolo memberikan aturan meninggalnya bayi yang belum tumbuh gigi tidak diperkenankan dimakamkan layaknya manusia dewasa. Si bayi yang telah tiada akan disemayamkan di dalam pohon yang menjadi takdir kehidupannya setelah meninggal dunia.
Bayi akan dimakamkan dalam posisi meringkuk di dalam pohon. Tanpa selendang, baju, atau kain kafan. Layaknya si bayi saat berada dalam rahim ibunya. Pohon yang telah disemayamkan bayi di dalamnya kemudian di tutup dengan serat ijuk. Tak begitu rapat, tujuannya ialah agar oksigen masih bisa keluar masuk ke dalam liang pohon.
©2021 Merdeka.com/Allako Pasanggang
Lebatnya hutan membuat nuansa area pekuburan menjadi lebih mistis. Nampak dari atas ke bawah bertingkat tambalan-tambalan liang pemakaman bayi. Bukan tanpa sebab, penempatan status sosial yang bayi sudah melekat saat mereka lahir. Semakin tinggi derajat keluarganya, maka lubang pohon bayi dimakamkan akan berada semakin tinggi.
Pemandangan yang tak pernah ada duanya di Tana Toraja. Pohon pohon di Kambira terjaga dengan lestari. Membuat ukuran pohon Tarra tumbuh besar dari umumnya. Masyarakat Toraja pantang menebang pohon ini, pasalnya keberadaan pohon Tarra diyakini sebagai perjalanan lanjutan si bayi menuju alam baka.
Meskipun sering dilubangi sebagai tempat pemakaman, pohon Tarra masih bisa mampu untuk hidup seperti pohon normal lainnya. Getah yang ada di dalam pohonlah yang membantu bekas lubang dalam pohon lekas kering seperti semula.
©2021 Merdeka.com/Allako Pasanggang
Uniknya lagi, aturan kepercayaan Toraja tidak memperbolehkan ibu kandung si bayi untuk mlihat pemakaman buah hati mereka di dalam pohon Tarra. Sang ibu dianggap tidak pantas melihat si bayi hingga dalam waktu setelah satu tahun lamanya. Hal tersebut bertujuan agar sang ibu tidak berlarut dalam kesedihan. Sehingga meningkatkan kemungkinan sang ibu mendapatkan bayi di masa mendatang.
©2021 Merdeka.com/Allako Pasanggang
Pohon Tarra tumbuh bersandingan dengan berbagai jenis pohon yang ada di Kambira. Satu batang pohon Tarra dapat menampung 10 liang pemakaman bayi. Posisi liang pohon pemakaman juga disesuaikan menuju arah rumah kedua orang tuanya.
Saat ini tradisi Pasilliran sudah tak lagi dilakukan. Masuknya agama baru yang menyebar dengan cepat memaksa untuk meninggalkan ritual kubur bayi dalam pohon. Tepatnya sejak tahun 1970 an menguburkan bayi ke dalam pohon Tarra sudah tidak lagi dilakukan. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saka dibalut kain kafan, seperti layaknya orang yang telah meninggal, dan menjalani sumpah dengan wajah serius penuh keyakinan.
Baca SelengkapnyaBerikut contoh pantun lucu yang menghibur dan cocok untuk mencairkan suasana saat berkumpul.
Baca SelengkapnyaTradisi unik warga desa di Kabupaten Sumenep, Madura yang memilih untuk tidur di atas pasir dibanding kasur.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tana Toraja di Sulawesi Selatan punya beragam kekayaan budaya menarik dan tradisi yang unik.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah pasangan sejoli yang merawat pohon sejak masih pacaran hingga kini untuk bermain anak.
Baca SelengkapnyaSeluruh elemen warga, baik itu anak-anak, orang dewasa, laki-laki, maupun perempuan saling berbaur turun ke sungai dan berlomba menangkap ikan.
Baca SelengkapnyaKesenian tradisional dari Provinsi Lampung ini biasanya dibawakan ketika acara-acara besar di Keratuan Darah Putih.
Baca SelengkapnyaPolisi masih menyelidiki penyebab robohnya huruf T pada tugu Toraja.
Baca SelengkapnyaMemanggil ikan memakai peluit merupakan bagian dari tradisi warga di Pantai Bakaro sejak puluhan tahun silam
Baca Selengkapnya