Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tradisi Pukul Sapu Maluku, Tubuh Berdarah Demi Mengenang Para Pejuang

Tradisi Pukul Sapu Maluku, Tubuh Berdarah Demi Mengenang Para Pejuang Tradisi Pukul Sapu Maluku©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua

Merdeka.com - Sabetan dan pukulan batang lidi menghujam tubuh mereka. Sekuat tenaga berdiri menahan rasa perih. Seketika darah mengalir keluar di bekas pukulan yang dilakukan berulang. Tradisi menyakitkan ini biasa disebut Palasa atau Baku Pukul Manyapu. Beradu dengan saling memukulkan sapu lidi pada tubuh. Ritual ini biasa dilakukan oleh pemuda di Negeri Morela, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.

Darah yang keluar dari bekas pukulan merupakan wujud penghormatan bagi para pahlawan yang perjuang melawan VOC di Ambon. Sang legenda itu bernama Kapitan Telukabessy. Ia rela digantung mati demi membebaskan rakyatnya yang ditawan. Hingga akhirnya atraksi pukul sapu lidi digelar untuk mengenang pertumpahan darah para pejuang di Benteng Kapahaha Negeri Morela.

Rasa sakit pukulan lidi mencerminkan perjuangan para pahlawan. Bergantian saling pukul tanpa henti hingga tubuh mereka berdarah-darah.

tradisi pukul sapu maluku

Tradisi Pukul Sapu Maluku©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua

Pukul sapu dilakukan dalam dua kelompok atau regu. Tiap regu terdiri dari 10 orang yang dibedakan dengan warna celana hitam dan merah. Para pemain sebelumnya menjalani ritual dan iringan doa dari para tetua adat. Selain itu atraksi bambu gila, cakalele, dan tarian adat Morela tak ketinggalan ditampilkan. Penyulutan obor Kapitan Telukabessy menandakan pukul sapu siap dimulai.

Batang lidi dari pohon enau ini panjangnya lebih dari satu meter. Karakteristiknya sangat lentur namun kuat. Ukurannya yang kecil membuat sapu lidi enau mampu menyayat kulit hingga menumpahkan darah. Tiap pemuda berpasangan bergantian untuk menerima pukulan.

Tradisi pukul sapu Maluku selalu menyedot animo masyarakat. Ajang tahunan ini menjadi edukasi dan hiburan bagi mereka. Dikemas dalam perayaan seremonial yang diisi dengan petuah dan cuplikan sejarah para pejuang melawan penjajah.

tradisi pukul sapu maluku

Tradisi Pukul Sapu Maluku©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua

Uniknya saat mendapat giliran dipukul, mereka akan mengangkat tangan setingggi-tingginya, mereka pasrah untuk dipukuli. Sebaliknya, sang pemukul akan dengan sekuat tenaga memukul tubuh pasangan. Bertubi-tubi hingga mengeluarkan darah pada setiap bekas pukulan.

Bertelanjang dada dengan ikat kepala berwarna merah bernama kain berang. Diam dengan pasrah tanpa adanya perlawanan balik. Merepresentasikan pengorbanan Kapitan Telukabessy dahulu kala yang rela disiksa oleh para penjajah.

tradisi pukul sapu maluku

Tradisi Pukul Sapu Maluku©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua

Konon, tradisi ini sebelumya bermula dari permainan anak-anak di Benteng Kapahaha, Morela. Dulunya kehidupan masyarakat di Morela begitu damai hingga pecahnya perang melawan VOC Belanda.

Perjuangan melawan VOC begitu sengit hingga menewaskan rakyat di Kapahaha. Peperangan selama 7 hari bertutur-turut akhirnya menjatuhkan Benteng Kapahaha tepat pada tanggal 27 Juli tahun 1646.

Diikuti dengan penebusan jiwa Kapitan Telukabessy yang dihukum mati pada 13 September 1646 di Benteng Victoria Ambon. Hingga atraksi ini dipentaskan kembali pada 27 Oktober 1646. Bertepatan dengan pembebasan pejuang Kapahaha yang telah ditawan selama 3 bulan di Teluk Sawa Telu.

tradisi pukul sapu maluku

Tradisi Pukul Sapu Maluku©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua

Seusai ritual, tubuh mereka kemudian segera diobati dengan ramuan dari getah tanaman jarak atau dari minyak mamala. Kedua ramuan ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Sehinga luka akan cepat sembuh tanpa penobatan lainnya.

Secara turun-temurun, tradisi pukul sapu selalu dilaksanakan setiap tujuh hari setelah lebaran. Kisah keteladanan para pahlawan harus tertanam pada semangat dan jati diri orang Maluku. Rela berkorban jiwa dan raga memperjuangkan kepentingan bersama.

Meskipun berdarah-darah, para peserta ritual pukul sapu tidak pernah sedikitpun meninggalkan rasa dendam dan amarah. Pasalnya, luka dan darah merupakan simbol perjuangan melawan penjajah. (mdk/Ibr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenal Ritual Adat Laluhan, Simbol Kegigihan Masyarakat Dayak dalam Pertahankan Wilayah dari Gangguan Musuh
Mengenal Ritual Adat Laluhan, Simbol Kegigihan Masyarakat Dayak dalam Pertahankan Wilayah dari Gangguan Musuh

Adanya ritual ini bisa menjadi potensi wisata yang mengundang wisatawan dari berbagai daerah.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Ujungan di Lebak, Warga
Mengenal Tradisi Ujungan di Lebak, Warga "Saling Pukul" untuk Perkuat Persaudaraan

Walau saling pukul pakai rotan, namun warga di sini tidak saling dendam

Baca Selengkapnya
Kisah Mangkuk Merah, Dari Tradisi Adat Dayak hingga Peristiwa Perang Rakyat
Kisah Mangkuk Merah, Dari Tradisi Adat Dayak hingga Peristiwa Perang Rakyat

Selain berfungsi sebagai alat komunikasi antar sesama serumpun Suku Dayak, benda ini juga menyebabkan terjadinya rentetan peristiwa berdarah.

Baca Selengkapnya
Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan
Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan

Tarian adu kekuatan dan ketangkasan kaum laki-laki dengan menggunakan senjata berupa rotan sebagai alat pukul dan tameng yang terbuat dari kulit sapi.

Baca Selengkapnya
FOTO: Melihat Tradisi Sisemba, Duel Kaki Mendebarkan di Tana Toraja
FOTO: Melihat Tradisi Sisemba, Duel Kaki Mendebarkan di Tana Toraja

Ritual Sisemba menjadi ajang tahunan seusai panen padi, sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan akan panen yang lebih baik di masa mendatang.

Baca Selengkapnya
Melihat Tradisi Ojung di Lumajang, Pemenang  Terbanyak Sabet Lawan dengan Rotan
Melihat Tradisi Ojung di Lumajang, Pemenang Terbanyak Sabet Lawan dengan Rotan

Penduduk Desa Wonokerto, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, menggelar tradisi Ojung di sekitar sumber mata air Sumber Winong setiap Muharam atau Suro.

Baca Selengkapnya
Sebagai Bentuk Penghormatan Terhadap Leluhur, Ini Fakta Tradisi Mangai Binu dari Nias
Sebagai Bentuk Penghormatan Terhadap Leluhur, Ini Fakta Tradisi Mangai Binu dari Nias

Mengenal tradisi Mangai Binu dari Nias, perburuan kepala manusia sebagai bentuk status sosial.

Baca Selengkapnya
Potret Caluk Trantang, Senjata Tradisional Asal Tuban yang Berjasa Bebaskan Warga dari Kekejaman Penjajah
Potret Caluk Trantang, Senjata Tradisional Asal Tuban yang Berjasa Bebaskan Warga dari Kekejaman Penjajah

Masyarakat tak gentar hadapi para tentara Belanda walaupun senjata mereka lebih canggih.

Baca Selengkapnya
Mengenal Senjata Tradisional Masyarakat Suku Mentawai, Jadi Sandangan Utama Para Kaum Laki-laki Dewasa
Mengenal Senjata Tradisional Masyarakat Suku Mentawai, Jadi Sandangan Utama Para Kaum Laki-laki Dewasa

Sebuah senjata ampuh yang selalu digunakan untuk berburu hewan di hutan dan sudah menjadi simbol sandangan para kaum laki-laki di Mentawai.

Baca Selengkapnya
Warga Lamongan Gambarkan Kejamnya Kerja Rodi Zaman Penjajah saat Karnaval Agustusan, Bikin Merinding
Warga Lamongan Gambarkan Kejamnya Kerja Rodi Zaman Penjajah saat Karnaval Agustusan, Bikin Merinding

Warga Lamongan tampilkan kekejazam kerja rodi zaman penjajahan Belanda. Bikin nangis.

Baca Selengkapnya
Asal-usul Topeng Labu-labu, Lahir dari Legenda Wabah Penyakit Kusta di Desa Muarajambi
Asal-usul Topeng Labu-labu, Lahir dari Legenda Wabah Penyakit Kusta di Desa Muarajambi

Saat Idulfitri tiba, para pemuda di Desa Muarajambi ini tak pernah absen untuk menampilkan tradisi hiburan Topeng Labu-labu ini.

Baca Selengkapnya
Mengenal Ulu Ambek, Seni Pertunjukan Bela Diri Khas Pesisir Barat Minangkabau
Mengenal Ulu Ambek, Seni Pertunjukan Bela Diri Khas Pesisir Barat Minangkabau

Seni pertunjukan ulu ambek tumbuh dan berkembang di Pariaman, Pesisir Barat Minangkabau tepatnya Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat.

Baca Selengkapnya